Bireuen & Segelas Kopi: Refleksi Perjalanan 25 Tahun Kota Juang

study tour, Refleksi 25 Tahun Bireuen: Merajut Asa Menepis Rintangan Sejuta Potensi Bireuen dalam Tiga Seruput Kopi Kota Juang & Segelas Kopi: Refleksi Perjalanan Bireuen yang Kian Dewasa
Feri Irawan. Foto: Dok. Penulis.

Duduk sejenak di ikon bertajuk ‘Tugu Kota Juang’ di alun-alun depan pendopo Bupati Bireuen setempat membawa suasana penat keseharian sedikit terobati. Fresh di tengah hiruk pikuk orang berkendara sepulang dari tempat kerjanya.

Kuseruput segelas kopi espresso dalam cup yang tadi Aku pesan pada penjual minuman di sebuah warung kopi. Dalam benakku, betapa sibuknya kota kabupaten ini. Apa gerangan yang dilakukan penduduk Kabupaten Bireuen ini?

Sengaja ku buka Paman Google untuk menjelajah Bireuen lewat dunia maya. Ya, kabupaten yang dikenal dengan Kota Santri atau Kota Juang adalah kabupaten yang berada di jalur strategis.

Secara geografis, Kabupaten Bireuen terletak di jalur Banda Aceh dan Medan yang diapit oleh tiga kabupaten yaitu: Bener Meriah, Pidie Jaya dan Aceh Utara. Bireuen merupakan wilayah yang kaya akan warisan budaya dan signifikansi sejarah.

Didirikan sebagai kabupaten terpisah pada tahun 1999, Bireuen telah berkembang baik secara ekonomi maupun sosial, menjadikannya salah satu daerah yang penting di Aceh. Mayoritas penduduknya beragama Islam yang konon kabupaten ini pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia seminggu.

Penduduknya mayoritas suku Aceh. Bireuen melahirkan tokoh ulama terkenal. Ada Tgk. Muhammad Amin (Tu Min), Abu Mudi Samalanga, hingga Tgk. Muhammad Yusuf (Tu Sop), dan lainnya.

Kabupaten yang memiliki 17 kecamatan dan 609 gampong ini memiliki luas 1.796,32 Km² (179.632 Ha), dengan ketinggian 0 – 2.637 mdpl (meter di atas permukaan laut). Mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian  penduduknya adalah agraris dan berdagang dari jumlah populasi tercatat 453.242 jiwa (sumber: Bireuen dalam Angka 2024).

Untuk pengairan sawah, kabupaten ini memanfaatkan tujuh sungai yang semua bermuara ke Selat Malaka. Salah satunya, Bendungan Pante Lhong, yang memanfaatkan air Krueng Peusangan. Padi dan kedelai merupakan komoditas utama di kabupaten ini.

Bireuen Permata Tersembunyi

Kuseruput lagi kopi yang belum hilang rasa hangatnya. Aku melanjutkan penelusuran tentang kabupaten ini dari androidku. Ya, Bireuen punya keindahan alam luar biasa.

Sederetan destinasi wisata seperti Krueng Batee Iliek di Samalanga, Ujong Seukee di Peudada, Taman Bukit Cinta Paya Santewan di Kota Juang, Ujong Blang Kuala di Krueng Juli Timu, Kuala, Pantai Kuala Jangka, Pantai Cemara Gandapura, dan banyak lainnya, patut dikunjungi dan menjadi tempat rekreasi yang menawan.

Selain itu, kabupaten ini memiliki sejarah panjang yang terkait dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selama masa penjajahan Belanda dan Jepang, daerah ini menjadi basis penting bagi para pejuang kemerdekaan. Bireuen juga terkenal karena menjadi tempat berlangsungnya beberapa pertempuran penting dalam sejarah Indonesia.

Angin semilir di sore hari itu menandai sudah tiga jam Aku berada di Alun-alun Kota Juang. Ternyata kopiku tinggal sedikit lagi, dan ternyata Bireuen hari ini telah berusia 25 tahun.

Dengan usia yang sudah lebih matang ini dan berkaca dari masa lalu, semoga program kerja dari kebijakan pimpinan daerah semakin selaras dengan aspirasi masyarakat serta terus berinovasi menciptakan program nyata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang didukung peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakatnya.

Baca jugaH. Abubakar, Saudagar Bireuen yang Beri Baju Baru untuk Soekarno

Demikian juga semua Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) harus terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, dan terus bersinergi dengan para alim ulama mewujudkan Bireuen yang religius.

Tak terkecuali, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan semua masyarakat Bireuen senantiasa ikut menjadi bagian dari kemajuan dengan cara bekerja sungguh-sungguh sesuai dengan bidang profesi masing-masing.

Masyarakatnya masih menjaga berbagai adat istiadat, seni, dan budaya lokal seperti tari Saman dan Seudati.

Dan terpenting, diperlukan karakter pemimpin yang kuat dari sisi pemikiran strategis, agar penataan wilayah juga peningkatan SDM dapat mudah untuk di tingkatkan keberadaannya.

Tim think tank yang tangguh dan trengginas juga harus dimiliki dengan akselerasi program-program strategis guna menaikkan ketertinggalan di sektor-sektor penting yang menjadi variabel penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan indikator-indikator lain.

Tentunya masing-masing bidang berkolaborasi dan saling mengisi untuk meraih masa depan yang gemilang.

Seperti banyak daerah lainnya, Bireuen juga menghadapi beberapa tantangan seperti pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan kualitas pendidikan serta kesehatan. Namun, dengan potensi alam dan budaya yang dimiliki, Bireuen memiliki peluang besar untuk berkembang lebih pesat di masa depan.

Di momentum hari jadi ini, sudah sepatutnya pemerintah daerah menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya bagi seluruh pihak yang berperan aktif dalam tumbuh dan berkembangnya Bireuen sampai saat ini yang selama ini telah mengulurkan tangan, bahu-membahu, berperan aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Semoga ke depan, infrastrukturnya semakin memadai dan merata, pelayanan publik semakin cepat dan tidak berbelit. Semoga Kota Santri lebih maju dan masyarakatnya sejahtera berkeadilan serta menjadi role model bagi kabupaten/kota di Aceh dan Indonesia. Ya, Kota Juang dengan segala potensi yang ada di dalamnya, di sinilah Aku dan kalian sekarang makan dan minum. Termasuk segelas kopi yang telah kuminum habis di alun-alun kota.

Artikel SebelumnyaHimne Aceh Mulia Dinyanyikan Murid SD Katolik Budi Dharma
Artikel SelanjutnyaPantai Ulee Lheue: Spot Kece Nikmati Senja Banda Aceh
Feri Irawan
Feri Irawan merupakan seorang guru. Kepala SMK Negeri 1 Jeunib, juga Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bireuen. Dapat dihubungi melalui email: [email protected].

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here