Selamat Jalan, Martti!

Martti Ahtisaari
Mendiang Martti Ahtisaari, pria flamboyan yang bekerja keras mewujudkan perdamaian di dunia. Foto: cmi.fi.

Martti Ahtisaari, pria flamboyan itu telah pergi. Ia menutup mata pada Senin, 16 Oktober 2023. Martti yang meraih Nobel Perdamaian pada 2008, dikuburkan pada Jumat, 10 November 2023 di Helsinki. Dunia kehilangan seorang teman yang peduli pada kemanusiaan.

Di pengujung 2004, sebuah musibah maha dahsyat melanda Aceh. Gempabumi yang dilanjutkan dengan mega tsunami menyapu daratan Aceh pada Minggu, 26 Desember 2004. Dunia terhenyak. Orang Aceh kaget tak terkira. Di tengah konflik bersenjata lebih dari 30 tahun, tiba-tiba semuanya menjadi tak berarti. Gempabumi dan gelombang Samudera Hindia, meratakan Aceh. Seketika, 227.898 jiwa melayang.

Doa-doa supaya Tuhan mewujudkan perdamaian kembali didengungkan di meunasah, masjid, dan tempat-tempat lainnya. Orang Aceh merasa bencana alam itu sebagai pamungkas betapa Tuhan sudah jengah melihat perang yang tak kunjung bermuara.

Baca: Presiden CMI Martti Ahtisaari Meninggal Dunia

Seluruh dunia menaruh perhatiannya ke Aceh. Ragam bangsa dari seluruh dunia, bersedia membantu. Tapi ada syarat utama; bahwa tak ada lagi konflik di Serambi Mekkah. Dalam keadaan perang, tak mungkin mereka bisa membantu Aceh secara leluasa. Di tengah penerapan Darurat Militer/Sipil, mustahil Aceh dapat dibangun kembali.

Lalu, timbul tanya. Bilakah perang dilanjutkan, untuk apa? Bila kelak merdeka yang ingin dicapai, untuk siapa akan dipersembahkan. Ratusan ribu telah kembali ke alam barzah. Mereka yang sebelumnya juga berharap hal yang sama; kapan Aceh akan damai sentausa. Supaya mereka dapat menata mimpi di tengah sapuan angin perdamaian.

Elit membangun komunikasi. Elit GAM melunak. Elit Pusat [Indonesia] melunak. Semua sepakat bahwa perang panjang harus diakhiri. Tak lagi dibahas siapa yang menang. Toh, pada titik setelah gempabumi dan tsunami, ego telah dikalahkan oleh alam. Rakyat Aceh butuh kepastian.

Setelah negosiasi panjang, dengan berbagai pertarungan ide di meja perundingan, akhirnya GAM dan Republik Indonesia sepakat berdamai. Tanggal bersejarah itu, 15 Agustus 2005. Nama Martti Ahtisaari bergema. Dia dengan Crisis Management Initiative-nya menjadi penengah, sekaligus fasilitator lahirnya memorandum of Understanding (MoU) Helsinki, yang terkenal itu.

Nama Martti Ahtisaari dibicarakan di koran-koran. Menjadi pembahasan masyarakat dari seluruh lapisan kelas sosial. Ia menjadi media darling Tanah Air. Menjadi sosok yang diperbincang oleh elit hingga rakyat ekonomi sulit. Self government yang menjadi dua lema paling agung di Aceh di awal perdamaian, merupakan narasi politik yang pertama kali muncul dari mulut Martti, ketika ia diwawancarai oleh sebuah televisi. Lema-lema tersebut yang ikut menjadi cooling water, menemukan jalan tengah dialog politik kedua belah pihak yang sama-sama ingin menemukan titik tertinggi; dengan harapan kedua belah pihak mengakui dan menghormatinya.

Tentang proses perdamaian itu, dapat Anda baca di buku yang ditulis M. Nur Djuli yang berjudul The Long Road To Helsinki; Aceh Dalam Perang dan Damai, yang diterbitkan CV Kawat Publishing.

Narasi tentang Martti, bukan sebatas Aceh. Dia pria penyeru dan fasilitator perdamaian di berbagai belahan dunia. Dengan integritasnya, pengalamannya, kapasitasnya, dan trust untuk dirinya, telah berhasil membangun banyak jembatan perdamaian di berbagai negara di seluruh dunia.

Baca: Mengenang Martti Ahtisaari

Martti Kesayangan Dunia

Martti, pria Finlandia yang telah menjadi kesayangan dunia. Dia dikagumi oleh siapa saja yang merindukan perdamaian. Dia dikagumi oleh siapa saja yang menghendaki kedamaian. Dia adalah duta yang dirindukan; duta yang dihormati.

Kematiannya pada 16 Oktober 2023, menjadi duka seluruh dunia. Kiprahnya kembali diingat. Dia dikenang dengan catatan yang indah. Pria karismatik dari Finlandia, yang telah menjadi tempat menyandarkan harapan siapa saja yang menghendaki lahirnya perdamaian hakiki.

Martti Ahtisaari benar-benar meninggalkan jejak global. Masyarakat mengenangnya sebagai sosok pembawa damai sejati, mampu mendamaikan perbedaan dan membangun jembatan. Banyak kenangan yang berfokus pada perannya dalam proses perdamaian di seluruh dunia, mulai dari Aceh di Indonesia hingga Namibia dan Irlandia Utara. Bagi banyak orang, Ahtisaari adalah inspirasi.

“Kebijaksanaan dan tekadnya harus menginspirasi kita untuk melipatgandakan upaya kita untuk menjamin perdamaian di masa-masa yang sangat sulit ini,” tulis Mary Robinson, mantan Presiden Irlandia dan Chair of the Elders, yang ditayangkan di situs cmi.fi.

“Saya akan mengingat Presiden Martti Ahtisaari sebagai rekan kerja yang baik dan setia, kepala negara dan pembawa perdamaian yang sangat dihormati. Mari kita hormati ingatannya dengan melanjutkan upayanya untuk perdamaian,” tulis Presiden Tarja Halonen.

Baca: Duka Aceh untuk Martti Ahtisaari

“Ibuku terluka saat menjalani operasi di punggungnya dan membutuhkan asisten. Saya merekrut seorang remaja putri yang datang ke Finlandia sebagai pencari suaka pada tahun 2009. Dia menjadi anggota keluarga kami. Saya bertanya mengapa dia datang ke Finlandia, karena dia tidak mempunyai ikatan dengan negara kami dan tidak tahu apa pun tentang Finlandia sebelumnya. Dia mengatakan kepada saya bahwa hal itu disebabkan oleh Hadiah Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Martti Ahtisaari, seorang Finlandia. Dia ingin pergi ke negara yang damai dan aman, negara Martti Ahtisaari,” kenang Maarit Lehto, mantan atlet Hoki Es Finlandia.

Terdapat lebih 600 kesaksian tentang sosok pria berkacamata itu. Dia dikenang dengan tulisan indah. Dia dipuja sebagai pria penuh inspirasi, sekaligus pembawa angin perubahan. Kini ia telah pergi untuk selamanya. Selamat jalan, Martti!

Artikel SebelumnyaTerbang ke Helsinki, Wali Nanggroe Hadiri Pemakaman Martti Ahtisaari
Artikel SelanjutnyaAnjungan Bireuen Diserbu Pengunjung PKA 8
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here