Banyak atau sedikit jumlah madu liar yang dihasilkan oleh koloni apis dorsata, sangat tergantung pada kelestarian rimba. Demi menjaga kelestarian hutan dan kemurnian madu, 12 kelompok pencari madu liar, berkumpul di bawah komunitas Pemburu Lebah Madu Liar Rimbe Daye.
Pusat komunitas tersebut berada di Kecamatan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Di sana, mereka membangun organisasi, sekaligus membangun ekonomi keluarga, dengan menggantungkan sepenuhnya pada madu liar yang ada di dalam lebatnya rimba Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Ulu Masen. Khusus untuk Aceh Jaya, kawasan hutan tersebut dikenal dengan nama Rimba Daya.
Para pemburu madu liar itu sangat sadar bila bila bersekutu akan menambah mutu.
Ketua Rimbe Daye Fauzan Khuzeen (37) mengisahkan bila kelompok pemburu madu liar tersebut berdiri 9 Mei 2024. Masih sangat belia. Tapi tidak dengan anggotanya. Para personel pemburu madu liar Rimbe Daye, merupakan para pria sarat pengalaman.
Baca: Asa dari Madu Liar Hutan Ulu Masen
“Kelompok pemburu madu liar kami bentuk sebagai wujud Kerjasama dalam rangka menjaga kualitas produksi, jumlah produksi, dan ikut mengempanyekan pentingnya menjaga kelestarian alam,” kata Fauzan Khuzeen, Jumat (19/7/2024).
Setiap kelompok terdiri dari 15 sampai 20 personel. Termasuk dua sampai tiga orang pawang. Keberadaan pawang memegang peranan penting dalam proses produksi. Karena merekalah yang ahli dalam memanjat pepohonan tinggi, sekaligus memanen madu liar yang dikerubungi lebah liar yang terkenal ganas.
Kelompok-kelompok tersebut disebar pada titik produksi yang telah ditentukan. Tidak boleh bercampur dalam wilayah panen yang sama. Mereka bergerak sesuai dengan wilayah kerja yang telah disepakati.
Total luas Taman Nasional dan Konservasi Ulu Masen 738.856 hektare. Taman Nasional Ulu Masen membentang di lima kabupaten yaitu Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Jaya, dan Aceh Barat.
Di Aceh Jaya, hutan hujan tropis tersebut dikenal dengan sebutan Rimba Daya, yang terhampar di Teunom, Panga, Krueng Sabee, Setia Bakti, Sampoiniet dan Jaya.
Madu liar membangun koloni di dahan-dahan pepohonan tinggi dir tengah rimba. Di antara pohon yang disukai apis dorsata yaitu pohon sialang/tualang. Juga sering disebut bak kaye unoe.
Koloni lebah madu liar di pohon sialang bisa mencapai 40 sarang besar. Jumlah yang sangat banyak.
Hanya saja, dengan tinggi hingga 80 meter, memanen madu liar di dahan tualang bukan pekerjaan mudah. Sedikit saja terjadi kesalahan, nyawa taruhannya.
Demi menjaga kelestarian lebah madu di Ulu Masen, kelestarian tualang harus dijaga secara serius. Meringgis merupakan pohon kanopi hutan yang sangat disenangi oleh binatang famili apoidae itu.
“Jumlah pohon tualang di wilayah operasi Rimbe Daye sekitar 27 batang. Pohonnya sudah sangat tinggi. Lebah sangat menyenangi tualang,” terang Fauzan.
Di tim Rimbe Daye, juga terdapat pawang bersertifikat nasional. Nama pawang berusia 47 tahun tersebut M. Nur. Sering disapa Yeuk. Ia merupakan profesional pemetik madu lebah yang memulai pekerjaan itu sejak berumur 16 tahun.
“Pengalamannya memanen madu sudah sangat banyak. Ia berkeliling Aceh memanen madu liar yang bersarang di cabang-cabang tualang di tengah rimba,” sebut Fauzan.
Di tim tersebut, pawang berasal dari Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Jaya. Adapun usia tim mulai 20-an hingga 50-an. Seluruh anggota sangat aktif bekerja.
Berkat ketekunan, bila dijumlah total—hasil panen 12 kelompok—bisa mencapai 10 hingga 12 ton per tahun.”Selama kelestarian Ulu Masen masih terjaga, selama itu pula jumlah madu yang dapat dipanen, masih sangat melimpah,” kata Fauzan.
Saat ini, madu liar yang mereka panen, telah melanglang buana hingga ke Pulau Jawa. Dipesan oleh sejumlah orang yang sangat tertarik pada kemurnian dan kualitas madu hasil panen kelompok Rimbe Daye.
Bagi Rimbe Daye, kepercayaan konsumen sangat penting. Makanya, sejak proses panen, selain menjaga kemurnian madu, mereka juga menjaga higienitas saat proses pemanenan. Wadah yang digunakan steril, bahkan dari proses petik madu hingga pengalengan, tak sedetikpun tersentuh kulit manusia.
Rimbe Daye baru saja berhimpun. Mereka berkomitmen merawat Ulu Masen. Karena mereka yakin Ulu Masen adalah masa depan, rumah tempat pulang, lahan untuk mencari penghidupan.
Setiap kuntum yang mekar di tengah rimba, sangat berarti. Karena lebah-lebah itu, sangat membutuhkan sari-sari bunga, yang diisap dan diterbangkan ke sarang lebah. Kuntum-kuntum rimba, yang dihasilkan oleh pohon-pohon raksasa, merupakan kunci kelestarian lebah madu.