Komparatif.ID, Banda Aceh– Partai Aceh menyatakan belasungkawa atas meninggalnya pendiri Crisis Management Initiative (CMI) Martti Ahtisaari, Senin (16/10/2023).
Demikian disampaikan Juru Bicara Partai Aceh Nurzahri,S.T. Seluruh jajaran Partai Aceh merasa kehilangan atas berpulangnya sang penengah yang melahirkan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki, yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Kota Helsinki, Finlandia.
Nurzahri mengatakan, sebagai penengah, Martti dan CMI bukan semata berhasil membawa kedua belah pihak ke meja perundingan, tetapi ikut mengawal implementasi butir-butir MoU Helsinki.
Baca: Presiden CMI Martti Ahtisaari Meninggal Dunia
Beberapa kali mantan Presiden Finlandia tersebut datang ke Aceh, untuk melihat perkembangan, sekaligus melakukan evaluasi dan mencari jalan keluar atas komitmen yang belum berjalan.
“Pak Martti Ahtisaari mempunyai komitmen yang kuat dalam mengawal proses perdamaian di Aceh. Hal ini ditandai dengan turut andilnya jaringan diplomasi beliau ke dalam proses perdamaian Aceh seperti Uni Eropa dan beberapa negara sahabat,” sebut Nurzahri.
Kepergian peraih Nobel Perdamaian pada tahun 2008 tersebut, merupakan kehilangan besar bagi Aceh. Alumnus Universitas Oulu itu merupakan seorang diplomat internasional yang memiliki komitmen besar atas tiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
“Selamat jalan wahai juru damai. Aceh sangat berterima kasih, serta merasa kehilangan,” imbuhnya.
Pencetus damai telah tiada, sekarang saatnya semua butir MoU digoreng