Selasa, 15 November 2022 saya berkesempatan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh KPPI Aceh dengan tema “Women Support Women, Aceh Women For Political Leadership”. Kerjasama KPPI Aceh dengan Flower Aceh dan Women’s Democracy Network (WDN).
Dalam kegiatan tersebut, banyak ilmu yang saya dan peserta lainnya dapatkan mengenai self love dalam kepemimpinan politik perempuan yang disampaikan oleh Dina Martiany Romas selaku pembicara. Karena peran penting kepemimpinan perempuan dalam politik akan berpengaruh pada dua hal: yang pertama untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam kehidupan publik yang akan memperkuat demokrasi, ekonomi dan kedamaian jangka panjang serta stabilitas suatu negara (IRI-International Republican Institute). Kedua, partisipasi dan kepemimpinan perempuan yang setara dalam kehidupan politik dan publik sangat esensial untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) sebelum tahun 2030 (UN Women).
Baca juga: Derita Janda India; Tak Pantas Hidup & Diusir dari Keluarga
Namun pada kenyataannya, bukan hal yang mudah bagi perempuan untuk menjadi pemimpin dalam politik. Terbatasnya modal, strategi dan jaringan politik, serta diskriminasi gender dalam politik, merupakan tantangan dan hambatan yang selalu ada. Akan tetapi untuk membangun kepemimpinan perempuan dalam politik yang powerful, maka dibutuhkan fondasi yang kokoh. Saat fondasinya kokoh, akan mudah untuk membangun, memperluas atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.
Konsep self love adalah mencintai diri sendiri, menghargai diri dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Melakukan segala hal yang perlu dilakukan untuk mengenal dan memperbaiki/healing diri sendiri. Menurut Quraish Shihab: “manusia terdiri dari jasmani, akal, dan rohani. Ketiganya mesti diperhatikan, tidak boleh ada yang diabaikan. Penting untuk mengenali diri, supaya bisa mencintai diri (self love)”.
Empat aspek self love ialah, self awareness (kesadaran diri), self esteem (harga diri), self worth/acceptance (penerimaan diri), self care (perawatan diri). Sementara itu ada konsep yang salah tentang self love yaitu narsis (percaya diri berlebihan), egois (tidak mau mendengar saran), arogan (semena-mena), merasa paling baik dari orang lain. Adapun self love yang sebenarnya adalah, membuat batasan dengan orang lain, memaafkan kesalahan diri di masa lalu, menerima ketidaksempurnaan diri, tidak membandingkan diri, menghargai pencapaian diri, tidak menyangkal perasaan dan emosi, memberi dukungan pada diri sendiri, dan menjadi versi terbaik diri sendiri.
Self love ini membawa dampak positif pada kepemimpinan perempuan dalam politik, antara lain sebagai berikut; memiliki keyakinan dan kekuatan/power terhadap diri sendiri dan pilihan tindakan yang akan dilakukan, dapat menentukan batasan/boundaries alam berpolitik, dan yang terakhir dapat memahami nilai-nilai yang ingin diperjuangkan dalam politik (kesetaraan, keadilan, kejujuran, menerapkan prinsip gender, dan inklusi sosial atau GESI).
Setelah mendapatkan ilmu yang begitu bermanfaat, menarik untuk saya mengenal KPPI lebih lanjut, mengenai peran sertanya di dunia politik sebagaimana disebutkan bahwa KPPI adalah kaukus perempuan politik Indonesia. Tempat berkumpulnya kaum perempuan yang berkecimpung di dunia politik, maupun dunia publik.
Saya berbincang dengan Ismaniar selaku ketua KPPI Aceh via WhatsApp, karena keterbatasan waktu untuk bertemu secara langsung, disebabkan kesibukan kami. Ismaniar bercerita bahwa secara nasional, KPPI didirikan pada tanggal 17 Agustus 2000, di Jakarta. Digagas oleh 9 tokoh perempuan mewakili beberapa partai politik dan juga aktivis perempuan. Sedangkan di Aceh sudah ada sejak tahun 2003, diinisiasi oleh Rukaiyah Ibrahim Naim dan Zulhafah Luthfi.
Bagi Ismaniar sendiri ini adalah kali kedua menjabat sebagai ketua KPPI Aceh. Pertama kali menjabat sebagai ketua KPPI Aceh tanggal 9 Maret 2017, dilantik di Anjong Mon Mata, . Kali kedua dilantik 12 Desember 2021.
Anggota KPPI adalah perempuan dari seluruh partai politik, berdasarkan usulan partai politik, baik parnas dan parlok. Adapun program kerja KPPI adalah penyiapan SDM perempuan politik yang andal dan berkarakter, guna mengisi ruang publik di legislatif atau eksekutif. Cara bergabung menjadi pengurus KPPI ialah partai politik mengirimkan surat permohonan untuk menjadikan kader perempuan sebagai anggota DPD KPPI. Adapun mitra kerja KPPI dari berbagai unsur, seperti pemerintah, organisasi perempuan, partai politik dan semua lembaga yang mendukung program keterwakilan perempuan di ranah politik maupun di ranah publik.
Saya juga berkesempatan berbincang dengan Dra. Husniati Bantasyam selaku anggota pengurus KPPI Aceh, Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan PPP dan Ketua Dewan Presidium Koalisi Barisan Guru Bersatu (KoBar-GB) Aceh. Ia sudah bergabung dalam KPPI sejak tahun 2014.
Husniati mengatakan, selama bergabung dengan KPPI, banyak sekali manfaat didapat, seperti ilmu tentang cara berorganisasi yang benar, tidak membeda-bedakan latar belakang semua anggota. “Dalam KPPI kita dianggap sama, karena mempunyai visi dan misi yang sama, berjuang untuk masyarakat Aceh, khususnya memperjuangkan hak-hak perempuan yang selama ini tidak setara,” katanya.
Perempuan selalu saja ditempatkan berbeda. Ada seperti tak ada. Selalu ada kesenjangan, mulai dari menjadi bacaleg dengan nomor urut antara tiga terakhir. Kalau sudah jadi aleg ditempatkan menjadi anggota komisi “kering” dan hampir tidak pernah ada yang diusul menjadi ketua fraksi atau ketua komisi.
Di KPPI juga dapat berlatih kemampuan berbicara di depan umum. Pada setiap kegiatan pun, ketua panitia diambil dari para pengurus atau anggota secara bergiliran. Secara tak langsung anggota terlatih untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan kepemimpinan. Perbedaan KPPI dengan organisasi lainnya yang dirasakan Husniati, walaupun semua memiliki latar belakang berbeda, tetapi mempunyai tujuan sama, memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, bertanggung jawab, dan saling berbagi ilmu yang didapat dari partai masing-masing.
Dalam kegiatan tersebut hadir Hj. Ismaniar AB Mizan, SE sebagai keynote speech yang juga sebagai ketua KPPI Aceh, Dina Martiany Romas, S.H, M.Si sebagai speaker selaku Gender & Politic Spesialist, Riswati, SPd.I, M.Si sebagai fasilitator ang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Flower Aceh saat ini, dan Rika Yusrina selaku MC yang juga menjabat sebagai ketua Forum Perempuan Muda (FPM) Aceh saat ini. Kegiatan tersebut berlangsung di sekretariat KPPI Aceh, Young Coffee, Kampung Mulia, Banda Aceh. Adapun peserta kegiatan tersebut terdiri dari perwakilan KPPI Aceh, perwakilan kelompok perempuan akar rumput, dan perwakilan tokoh perempuan.
Laporan:Zakiyah Drazat. Penulis adalah anggota komunitas Jurnalisme Warga Banda Aceh, Mahasiswa S2 Magister Ilmu Kebencanan USK Banda Aceh.