Komparatif.ID, Banda Aceh— Pemerintah Provinsi Aceh mengumumkan hasil laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) menunjukkan pencapaian yang menggembirakan. Ekonomi Aceh pada 2023 tumbuh sebesar 4,23 persen, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,21 persen.
Dalam laporan tersebut, disampaikan bahwa pendapatan Aceh pada tahun tersebut berhasil mencapai lebih dari Rp10,5 triliun, atau setara dengan 101,29 persen dari target awal yang ditetapkan sebesar Rp10,36 triliun.
Laporan tersebut disampaikan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang berlangsung pada Senin (22/4/2024). Sidang tersebut dipimpin oleh Ketua DPRA, Zulfadli, dan dihadiri oleh para anggota dewan serta Forkopimda.
Bustami Hamzah menjelaskan bahwa realisasi belanja Aceh pada tahun 2023 juga mencapai angka yang signifikan, meskipun sedikit di bawah target yang direncanakan. Belanja direncanakan sebesar Rp11,62 triliun, namun realisasinya mencapai Rp11,35 triliun, yang setara dengan 97,7 persen dari target tersebut.
“Sedangkan rencana pengeluaran pembiayaan Rp412,889 miliar lebih. Sehingga pembiayaan neto direncanakan Rp1,252 triliun lebih, realisasinya Rp1,254 triliun lebih atau 100,21 persen,” jelas Bustami.
Tidak hanya itu, Pj Gubernur juga menyoroti penerimaan pembiayaan yang berasal dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran 2022. Realisasi pembiayaan tersebut mencapai lebih dari Rp1,30 triliun. Bustami menyatakan bahwa data yang disampaikan dalam laporan tersebut masih bersifat un-audited, di samping menjalankan tugas pembantuan.
Lebih lanjut, Bustami Hamzah mengungkapkan bahwa pendapatan dari zakat, infak, shadaqah, dan wakaf juga telah direncanakan sebesar Rp92 miliar lebih. Namun, jumlah yang berhasil terhimpun mencapai Rp89,62 miliar atau sekitar 97,42 persen dari target. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp165,48 miliar telah disalurkan kepada delapan senif yang berhak menerima zakat dan infak tersebut.
Baca juga: Pj Gubernur Pantau Progres Pembangunan Venue Utama PON 2024
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi, Pj Gubernur menyampaikan bahwa ekonomi Aceh pada tahun 2023 tumbuh sebesar 4,23 persen, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,21 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh, didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, pengadaan listrik dan gas, serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemprov Aceh gencar melakukan upaya untuk meningkatkan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Bustami Hamzah menyatakan bahwa investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun tersebut terealisasi sebesar Rp12,57 triliun lebih, dengan PMA sebesar 3,68 triliun rupiah dan PMDN sebesar Rp8,89 triliun rupiah.
Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan ekonomi Aceh. Melalui penyelenggaraan berbagai event, baik di dalam maupun luar Aceh, Pemerintah Aceh berupaya mempromosikan kekayaan alam dengan tetap memperhatikan prinsip syariat Islam. Selama tahun 2023, sebanyak 70 festival, expo, dan pameran telah digelar dengan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri mencapai lebih dari 6 juta orang.
Selain itu, kegiatan ekspor juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi perekonomian Aceh. Dengan nilai transaksi sebesar 609,35 juta dolar AS dan volume sebesar 7,9 juta ton lebih, Aceh berhasil membuktikan potensi ekspor yang besar dalam memperkuat perekonomian daerah.
