Supaya Bersyukur, Aceh Harus Belajar Kepada Afghanistan

Agar dapat lebih mensyukuri nikmat damai, Aceh harus belajar kepada Afghanistan. Saat ini di sana tidak ada investor yang bersedia berinvestasi. Demikian disampaikan Mendagri Tito karnavian, Kamis (23/12/2022) di Anjong Mon Mata, Banda Aceh. Foto: Humas Kemendagri.
Agar dapat lebih mensyukuri nikmat damai, Aceh harus belajar kepada Afghanistan. Saat ini di sana tidak ada investor yang bersedia berinvestasi. Demikian disampaikan Mendagri Tito karnavian, Kamis (23/12/2022) di Anjong Mon Mata, Banda Aceh. Foto: Humas Kemendagri.

Komparatif.ID, Banda Aceh- Aceh harus belajar kepada Afghanistan. Hal ini perlu dilakukan supaya dapat mengucapkan syukur atas pencapaian perdamaian yang terjalin pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Filandia.

Menteri Dalam Negeri Dr. H. Muhammad Tito Karnavian, Kamis (21/12/2022) di Anjong Mon Mata, di hadapan para kepala daerah—definitif dan Pj- menyebutkan sampai saat ini belum ada pihak yang mau masuk dan berinvestasi ke Afghanistan, karena negara tersebut terus menerus dilanda konflik.

Tito menyebutkan, siapapun baru akan mensyukuri damai ketika kedamaian telah pergi. Hal tersebut dialami dan dirasakan oleh rakyat di berbagai belahan dunia yang hingga saat ini masih didera konflik berkepanjangan.

Baca juga:Mayoritas APBA untuk Belanja Pegawai, Tito: Ubah, Jangan Berulang!

Oleh karena itu Tito berpesan kepada kepala daerah supaya terus-menerus dengan sekuat tenaga memelihara perdamaian. Kestabilan politik dan keamanan, akan menjadi elemen penting dalam mewujudkan pembangunan.

“Mari kita jaga ini dengan segenap hati. Modal utama Aceh saat ini yaitu terjaganya keamanan,” sebut Tito.

Mendagri menambahkan, kondisi keamanan yang kondusif merupakan sesuatu yang berharga bagi suatu wilayah. Sebab, keamanan akan menjamin jalannya pembangunan yang menyasar pada kesejahteraan masyarakat, termasuk jaminan bagi investor untuk berinvestasi.

Mendagri menuturkan, hingga saat ini beberapa negara di dunia masih mengapresiasi Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan masalah keamanan di Aceh. Pasalnya, masih banyak negara-negara di dunia yang mengalami gejolak keamanan dan belum menghasilkan perdamaian. Salah satunya Afganistan.

Data yang dihimpun Komparatif.id, saat ini kondisi Afghanistan sedang dalam fase terburuk sepanjang pengambilalihan pemerintahan. Pada April 2022, Bank Dunia melaporkan lebih sepertiga rakyat di negara tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Data lainnya, sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan, 70% keuangan negara tersebut berasal dari bantuan asing. Saat ini mayoritas dana tersebut tidak lagi diberikan.

Perserikatan Bangsa-bangsa menyerukan pengumpulan dana lebih 4 miliar dollar Amerika Serikat. Akan tetapi yang terkumpul hanya 2,4 miliar dollar AS. Salah satu yang diduga menjadi enggannya pendonor, karena Taliban kembali melarang anak perempuan bersekolah.

Pada 1 Januari 2022, Pemerintah Afghanistan yang dikuasai Taliban, mulai membayar gaji pegawai yang bekerja di sektor publik dengan gandum bantuan dari negara lain.

Pejabat Kementerian Pertanian Afghanistan menyebutkan setiap 40.000 pekerja menerima upah 10 kilogram gandum untuk masa kerja lima jam dalam satu hari. Gandum tersebut merupakan bantuan India kepada Pemerintah Afganistan sebelum dikalahkan oleh Taliban.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here