
Komparatif.ID, Banda Aceh– Situs Cagar Budaya Makam Syiah Kuala di Banda Aceh dipadati pengunjung pada Kamis (1/5/2025), bertepatan dengan hari libur nasional. Ratusan warga dari berbagai wilayah di Aceh datang untuk berziarah, melaksanakan kenduri hajat, hingga berzikir di area kompleks makam ulama besar Aceh itu.
Pantauan di lokasi, suasana terlihat semarak sejak pagi hari. Rombongan keluarga tampak berkumpul di bawah pepohonan sambil menikmati makanan yang mereka bawa, beberapa kelompok juga terlihat melantunkan zikir dipimpin oleh teungku
Seorang penjaga parkir yang berjaga di depan pintu gerbang makam mengatakan bahwa kepadatan pengunjung kali ini tidak seperti hari-hari biasa.
“Biasanya nggak seramai ini, tapi kalau libur dan ada kenduri, bisa ramai begini,” ujarnya singkat kepada Komparatif.ID.
Abdul Wahid, khadam atau penjaga Makam Syiah Kuala, membenarkan bahwa jumlah pengunjung meningkat signifikan saat hari libur. Ia menyebutkan, pada hari tersebut tercatat ada rombongan dari tujuh kampung berbeda di Banda Aceh dan Aceh Besar yang datang untuk berziarah dan melaksanakan kenduri.
Baca juga: PSTP USK Belum Temukan Lapisan Akuifer di Sekitar Makam Syiah Kuala
“Pengunjung tiap hari ada, tidak mesti menunggu hari libur. Tapi hari ini memang lebih ramai dari biasanya,” ungkap Abdul Wahid.
Ia menjelaskan pengunjung yang datang memiliki beragam niat. Selain berziarah, banyak juga yang datang untuk menunaikan hajat atau niat tertentu yang diwujudkan melalui kenduri, seperti menyembelih kambing dan makan bersama keluarga serta kerabat.
“Biasanya mereka membawa teungku sendiri untuk memandu ibadah. Tapi kalau tidak ada, kami di sini juga menyediakan pemandu,” tambahnya.
Menurut Abdul Wahid, pengunjung tidak hanya berasal dari Banda Aceh dan Aceh Besar. Banyak juga yang datang dari luar daerah, seperti Pidie, Aceh Tengah, hingga Aceh Selatan. Bahkan, beberapa rombongan dari luar kota kerap menginap di penginapan sederhana yang disediakan oleh pihak pengelola makam.
Salah satu peziarah, Muliana (40), yang datang bersama rombongan keluarga dari Cot Glie, Aceh Besar, mengungkapkan mereka tiba di lokasi sejak pukul delapan pagi untuk mempersiapkan kenduri hajat. Ia mengatakan acara tersebut merupakan bagian dari tradisi keluarga yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
“Dari rumah jam 8 pagi, rombongan masak dulu. Nanti undangan jam 11 siang. Yang masak itu dari keluarga yang punya hajat,” katanya.
Muliana menambahkan kenduri tersebut dihadiri oleh sekitar seratus orang, termasuk anggota keluarga besar, kerabat, hingga tetangga yang diundang secara khusus.
“Siap potong kambing, kita makan rame-rame. Bawa keluarga, bawa saudara. Ini tradisi,” ujarnya.
Ia menjelaskan setiap anggota keluarga memiliki niat masing-masing, mulai dari bersyukur atas rezeki, keselamatan, hingga memohon kemudahan urusan. Kenduri ini, menurutnya, bukan sekadar acara makan bersama, tetapi juga bentuk pengabdian spiritual yang sarat makna.
Minim Perhatian
Di sisi lain, Abdul Wahid menyayangkan kondisi pelestarian situs cagar budaya makam Syiah Kuala yang dinilai belum mendapat perhatian maksimal dari pemerintah daerah.
“Setelah tsunami 2004, perhatian dari pemerintah terhadap situs ini sangat minim. Sampai sekarang, biaya perawatan sepenuhnya berasal dari sumbangan para peziarah,” ungkapnya.