Kecelakaan Pesawat di Nepal, 68 Orang Tewas

Nepal
Puing-puing pesawat Yeti Airlines jatuh terbakar di Nepal Tengah. Foto: twitter.com/@kscChouhan.

Komparatif.ID, Kathmandu— Setidaknya 68 orang dipastikan tewas setelah pesawat dengan 72 penumpang jatuh di Nepal. Kecelakaan tersebut merupakan bencana penerbangan paling mematikan di negara Himalaya itu dalam tiga dekade terakhir.

“Tiga puluh satu (jenazah) telah dibawa ke rumah sakit,” kata pejabat polisi, AK Chhetri, menambahkan bahwa 36 lainnya masih berada di ngarai setinggi 300 meter tempat pesawat jatuh di Pokhara, Nepal tengah.

Pihak berwenang mengatakan mereka telah berhasil mengevakuasi 66 mayat dari puing-puing kecelakaan, tetapi upaya penyelamatan terhambat oleh medan yang berbahaya.

“Pesawat menabrak jurang sehingga sulit untuk membawa jenazah. Pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung. Belum ada korban selamat yang ditemukan,” kata juru bicara militer, Krishna Prasad Bhandari via The Guardian.

Ratusan penyelamat dari tentara dan polisi dikerahkan ke tempat kejadian. Operasi penyelamatan dihentikan pada Minggu malam tetapi pihak berwenang mengatakan masih ada lebih banyak korban yang harus dievakuasi.

Itu adalah bencana penerbangan terburuk Nepal sejak 1992, ketika 167 orang tewas saat penerbangan Pakistan International Airlines jatuh hendak mendekati Kathmandu.

Yeti Airlines, yang mengoperasikan penerbangan tersebut, memastikan ada 72 orang di dalamnya –68 penumpang dan empat awak.

Menurut petugas bandara, ada 15 warga negara asing di antara penumpang, termasuk satu warga Australia, satu Prancis, satu Argentina, empat Russia, lima India, dua Korea Selatan, dan satu orang dari Irlandia.

Pesawat baling-baling ganda tersebut telah melakukan perjalanan dari ibu kota, Kathmandu, ke kota Pokhara di Nepal tengah, gerbang populer ke pegunungan Himalaya untuk peziarah agama dan trekker internasional.

Penerbangan lepas landas pada pukul 10.30 pagi pada hari Minggu pagi dan melakukan kontak terakhir dengan kontrol lalu lintas udara pada pukul 10.50 pagi. Beberapa detik kemudian jatuh di tepi sungai Seti Gandaki sesaat sebelum hendak mendarat di bandara internasional Pokhara.

Baca juga: Tips Bawa Barang Saat Bepergian Menggunakan Pesawat Terbang

Pihak berwenang sedang mengekuasi puing-puing pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal. Foto: Infos Françaises.

Menurut data pelacak penerbangan, pesawat ATR 72-500 berusia 15 tahun dan “dilengkapi transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan”. Dalam sebuah pernyataan, ATR, produsen pesawat Prancis-Italia, mengatakan mereka mendukung penyelidikan atas kecelakaan itu.

Rekaman yang dibagikan di media sosial, yang tampaknya diambil tak lama setelah kecelakaan itu, menunjukkan pesawat itu dilalap api di tanah saat asap hitam mengepul ke langit dari puing-puing yang berserakan di lokasi kecelakaan.

Sebuah klip video menunjukkan pesawat terbang pada ketinggian rendah yang berbahaya di atas daerah pemukiman, diikuti dengan ledakan keras yang terdengar oleh penduduk desa setempat.

Klip video lain bahkan merekam detik-detik jatuhnya pesawat saat salah satu penumpang merekam video siaran langsung saat pesawat take-off, video itu ramai tersebar di Twitter.

Puing-puing masih terbakar setelah kecelakaan itu dan ada asap tebal yang tajam, sehingga sulit bagi petugas penyelamat untuk mengevakuasi jenazah.

“Semua instansi sekarang fokus pada memadamkan api terlebih dahulu dan menyelamatkan para penumpang,” kata seorang pejabat setempat, Gurudutta Dhakal.

Perdana Menteri Nepal Lakukan Pertemuan Darurat

Perdana Menteri Nepal, Pushpa Kamal Dahal, mengadakan pertemuan darurat setelah kecelakaan itu. Pemerintah Nepal juga telah membentuk komisi penyelidikan beranggotakan lima orang untuk menyelidiki penyebab insiden tersebut dan menginstruksikan pihak berwenang untuk melakukan pemeriksaan teknis terhadap semua pesawat penerbangan domestik.

Industri udara Nepal telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, membawa barang dan orang antara daerah yang sulit dijangkau, serta trekker dan pendaki asing. Tapi itu juga diganggu oleh keamanan yang buruk karena kurangnya pelatihan dan pemeliharaan.

Pada Mei 2022 lalu, 22 orang di dalam pesawat yang dioperasikan oleh maskapai Nepal Tara Air tewas saat jatuh. Dan pada Maret 2018, 51 orang tewas saat pesawat US-Bangla Airlines jatuh di dekat Kathmandu .

Uni Eropa langsung mengambil langkah tegas, melarang semua maskapai penerbangan Nepal beroperasi di wilayah udaranya karena masalah keamanan.

Negara Himalaya ini juga memiliki beberapa landasan pacu paling terpencil dan rumit di dunia, diapit oleh puncak yang tertutup salju dengan pendekatan yang menimbulkan tantangan bahkan bagi pilot ulung.

Operator pesawat mengatakan Nepal tidak memiliki infrastruktur untuk prakiraan cuaca yang akurat, terutama di daerah terpencil dengan medan pegunungan yang menantang di mana kecelakaan mematikan telah terjadi di masa lalu. Cuaca juga dapat berubah dengan cepat di pegunungan, menciptakan kondisi terbang yang berbahaya.

Sumber: Infos Françaises, The Guardian.

Artikel SebelumnyaHantam Spurs, Arsenal Unggul 8 Poin Atas City
Artikel SelanjutnyaPresiden Sebut Ekonomi Indonesia Sedang Genting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here