Berkat Sate Apaleh, Geurugok bergairah. Ibukota Kecamatan Gandapura tersebut tumbuh sebagai sentra kuliner baru di ujung timur Bireuen.
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu Kabupaten di Aceh yang dikenal sebagai tuan rumah berbagai kuliner lezat nan ikonik. Mulai bu sie iték (nasi kari bebek), kuah asam keueng geumulôh (bandeng asam pedas), geumulôh teuc’rah, dan sate matang yang bermuasal dari ibukota eks Nanggroe (Negeri) Peusangan; Matangglumpangdua.
Menurut sahibul cerita, sate matang mulai tren sebagai kuliner khas sejak 1970-an, seiring bertambah ramainya Hari Pekan Hamèh. Warung-warung sate mingguan bertumbuh mengiring perkembangan zaman.
Baca: Tu Baka, Raja Sate Matang yang Legendaris
Baca: Sate Apaleh Geurugok di Banda Aceh Habiskan 3 Ekor Lembu Setiap Hari
Jauh sebelum penggunaan daging lembu, sate paling umum di Matangglumpangdua –sehingga disebut sate matang– adalah daging kambing. Setiap Hamèh tiba, pedagang sate menambatkan kambing gemuk, besar, dan bersih di depan warung sate. Menurut cerita, kambing segar bugar itu tak pernah dipotong, sekadar penarik perhatian. Wah! Ilmu komunikasi bisnis para penggawa bisnis sate mingguan kala itu sudah sangat topcer.
Sate matang terbaik hanya dijual di Kedai Matangglumpangdua. Demikian jaminan mutu yang dibangun. Maka tak ada warkop di Keude Matang yang tidak memiliki rak sate. Mereka berlomba-lomba menyajikan sate dengan rasa terbaik.
Meskipun demikian, akan tetapi tidak ada yang dapat menandingi rasa sate Tubaka, raja sate sekaligus penggemar bola kelas wahid di Peusangan. Ia awalnya membuka gerai di Warkop Sudi Mampir. Kemudian membuka cabang di beberapa warkop lainnya di Matang.
Hingga 2010, narasi tentang sate matang terbaik dipegang oleh Tubaka. Karena nama besar Tubaka, seringkali pedagang sate di luar Bireuen juga membubuhi nama Tu di depan nama usahanya.
Siapa raja sate matang? Bila pertanyaan itu diajukan tahun-tahun sebelum 2010, semua akan kompak menjawab Tubaka. Bila ada yang menyebutkan nama lain, dapat diduga ia belum memiliki pengetahuan paripurna tentang dunia persatean.
Seiring pertumbuhan laju ekonomi, sejak 2005 di ujung timur Bireuen, Apaleh mulai lebih serius menggeluti bisnis sate. Dari satu rak ia menambah hingga enam rak.
Momentum pun tiba, kala Pemkab Bireuen memgubah layout Geurugok. Dari kedai kumuh, tak ada tempat parkir luas,menjadi sebuah ibukota kecamatan yang memiliki gedung batu dan taman. Tempat parkir tersedia sangat luas deretan ruko seberang Masjid Besar Geurugok. Perubahan wajah Geurugok yang molek semlohai, menjadi daya tarik pelintas.
Orang -orang yang sebelumnya tidak tahu rasa sate Apaleh, mulai tahu bahwa di Geurugok rasa satenya tak kalah dari Matang. Ukuran potongan daging lebih besar, ditambahkan kecap manis saat sate sedang dibakar di atas bara, dan pelayanannya lebih ramah. Apaleh selalu menyambut konsumen dengan senyum renyah. Ia tak segan berbagi cerita.
Banyak penulis mampir mengudap sate, kemudian menuliskan testimoninya. Demikian juga warganet yang ikut menulis di linimasa media sosial masing-masing. Vlogger juga demikian, mereview sate Apaleh dengan kualitas terbaik.
Kehadiran internet mempermudah promosi. Apaleh viral. Sate Apaleh menjadi nama baru sate matang yang kesohor itu.
Kini, Sate Apaleh telah menjadi trade mark khas Geurugok. Meski tetap ada mie kocok geurugok yang legendaris, tapi kini pamornya tidak sekuat Sate Apaleh. Sate Apaleh terkenal hingga ke Jakarta. Sering pejabat Pusat singgah di Keude Geurugok, demi mendapatkan kesempatan menikmati sajian Sate Apaleh.
Saat Komparatif.ID, singgah pada Kamis pagi (26/12/2024) satu deret panjang ruko yang disewa untuk warung kopi, seluruhnya menjajakan Sate Apaleh. Tak ada sate lain.
Deretan panjang ruko tersebut menjajakan fakta tanpa kata-kata, bahwa di Geurugok, Muhammad Saleh adalah raja sate. Bukan yang lain.
Di Banda Aceh, Apaleh juga buka cabang di Batoh. Dia menjadi duta sate, sembari ”mengajari” penduduk Banda Aceh cara menikmati sate yang otentik. Cara menikmati sate matang yang benar yaitu bayar sesuai tusuk yang dimakan. Pelanggan tidak dipaksa membayar per porsi.
Kini Apaleh telah menjadi “kitab baru” dalam dunia persatean khas Matang. Semua mengakuinya. Sate Apaleh pula yang menyebabkan arus lalu lintas menjadi pada merayap di Geurugok kala Lebaran tiba.
Satu hal yang paling menarik dari sosok pengusaha kuliner tersebut. Sembari berdagang dia memberikan perhatian khusus kepada anak yatim. Dia membuka dayah tempat anak-anak kurang beruntung menimba ilmu agama.
Ia juga menitikberatkan kewajiban melaksanakan salat fardhu kepada seluruh karyawannya. Bila si karyawan enggan salat, maka Teungku Muhammad Saleh juga enggan mempekerjakannya.
Bagi Teungku Saleh, dunia bukan tujuan. Tapi tempat singgahan. Semua manusia sedang menuju kampung Barzah, transit di sana, sebelum menuju Kampung Akhirat yang abadi.