PWPM Aceh Dorong Generasi Muda Kembangkan Inovasi Sawit Melalui UKMK

PWPM Aceh Dorong Generasi Muda Kembangkan Inovasi Sawit Melalui UKMK Sawit jadi komoditas unggulan ketiga Aceh setelah kopi dan batubara. Foto: HO for Komparatif.ID.
Sawit jadi komoditas unggulan ketiga Aceh setelah kopi dan batubara. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Band Aceh— Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Aceh, bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), menggelar workshop bertajuk “UKMK Sawit Goes to Campus” pada 18-20 Oktober 2024.

Acara yang berlangsung di Aula Fakultas Ekonomi lantai 4 Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA), Jumat (18/10/2024) dihadiri Kepala Dinas Pertanian, Kepala dinas Koperasi, Kepala Dinas Peridag, Wakil ketua DPR Aceh, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh, serta Founder Of Calandra.

Ketua PWPM Aceh, Zul Hafian, menekankan pentingnya peran sawit sebagai salah satu komoditas unggulan Aceh setelah batubara dan kopi.

Ia menegaskan generasi muda memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan tradisi menjaga keberlangsungan industri sawit di Aceh, meskipun sawit sering mendapat kampanye negatif.

Zul Hafian juga mengungkapkan melalui kerja sama dengan BPDPKS, Pemuda Muhammadiyah Aceh berhasil menghasilkan tiga produk turunan sawit, yakni parfum, lotion, dan sabun mandi. Ia menambahkan pihaknya berencana untuk terus mengembangkan produk turunan sawit lainnya, termasuk gula merah berbahan dasar sawit.

“Kita ketahui bersama Pendapat Asli Daerah (PAD) Aceh nomor dua adalah sawit, setelah kopi dan batu bara. Sudah selayaknya kita sebagai generasi muda harus melanjutkan tradisi menjaga sawit ini agar terus ada di Aceh,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PWM Aceh Malik Musa mengusulkan agar Universitas Muhammadiyah Aceh membuka program studi kehutanan dengan fokus pada perkebunan kelapa sawit.

Malik Musa menegaskan Muhammadiyah telah merancang program berkebun di seluruh kabupaten dan kota di Aceh, dan berharap pemerintah daerah dapat menyediakan lahan produktif untuk mendukung program tersebut.

Ia juga mendorong BPDPKS untuk mendukung pendirian program studi sawit di Universitas Muhammadiyah Aceh. “Jika kita merujuk pada data Oktober dikeluarkan oleh BPS, dalam satu bulan kita sudah bisa menghasilkan devisa Rp20 triliun, kalau dilihat APBD Kota Banda Aceh satu tahun (hanya) Rp1,2 triliun,” ungkap Malik.

Pemerintah Aceh, melalui Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Cut Huzaimah, menyampaikan pihaknya sedang merancang klaster khusus kelapa sawit di beberapa daerah.

Baca juga: Jembatan Paya Dua Ambrol, 1 Truk Pengangkut Sawit Terperosok

Ia menyebutkan workshop ini merupakan langkah strategis untuk memberdayakan UMKM sawit di Aceh, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pelaku UMKM serta menjembatani dunia akademis dan usaha.

Kelapa sawit, yang telah lama menjadi komoditas unggulan di Indonesia, diakui menghadapi tantangan seperti isu keberlanjutan dan fluktuasi harga di pasar global. Namun, dengan adaptasi yang tepat, UMKM sawit diyakini dapat menjadi penggerak ekonomi lokal yang tangguh dan berkelanjutan.

Cut Huzaimah juga menegaskan kolaborasi antara pemerintah daerah, pusat, pelaku usaha, dan pemuda Muhammadiyah akan memajukan sektor UMKM sawit, serta mendorong inovasi teknologi dalam industri tersebut.

Akademisi dan mahasiswa diajak untuk aktif terlibat dalam pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan, dengan memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Menurutnya, tantangan sekaligus peluang terletak pada menciptakan industri sawit yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan serta memberikan manfaat sosial bagi masyarakat. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here