Politik, narkoba, korupsi serta sepak bola sejatinya adalah empat hal yang berbeda. Namun meski demikian, terkadang keempat hal tersebut saling berhubungan, artinya bukan tidak mungkin bahkan kerap kali ada afiliasi khusus yang menghubungkan antar salah satu dengan yang lainnya, bahkan juga antara keempat-empatnya dalam satu satuan yang sama.
Ya, sepak bola telah berkembang menjadi olahraga terbesar dan nomor satu di dunia, yang melibatkan banyak pihak, banyak kepentingan dan juga banyak uang yang berputar di sana, sehingga peluang keterlibatan atau pengaruh dari faktor-faktor lain di luar sepak bola makin sulit untuk dihindari.
Politik dan Sepakbola
Seperti yang telah kita ulas sebelumnya, politik dan sepak bola pada dasarnya adalah dua hak yang berbeda, namun dalam kenyataannya keduanya kerap kali saling berhubungan, saling berafiliasi, saling berkontribusi dan bahkan saling membutuhkan, politisi yang membutuhkan popularitas tentunya sangat mungkin memanfaatkan sepak bola sebagai panggung untuk memperkenalkan diri ke hadapan publik, begitupun sebaliknya sepak bola yang membutuhkan uang untuk terus menjaga eksistensinya juga tidak jarang “menggunakan” politisi sebagai sponsor atau donatur utamanya.
Sehingga kita sering menemukan politisi yang menggunakan sepak bola sebagai alat untuk meningkatkan popularitas dan dukungan mereka. Bahkan tidak jarang tangan politisi di pemerintahan langsung berperan dalam menentukan hidup matinya sepak bola itu sendiri.
Pemerintah dalam konteks ini dapat mempengaruhi keputusan terkait stadion, investasi dalam klub, atau dukungan terhadap tim nasional, bahkan lebih ekstrim politisi melalui pemerintahan yang dikuasainya bisa saja bekerja mematikan club tertentu yang dianggap merugikannya dan juga menghidupkan klub lain yang menguntungkannya.
Contoh nyata keterkaitan politik dengan sepak bola adalah dalam konteks persaingan antara Real Madrid sebagai klub yang mewakili wajah penguasa Spanyol, dengan Barcelona di pihak lainnya yang dianggap sebagai wakil dari kelompok separatis Catalan.
Di tingkat lokal meski dengan wajah yang berbeda peran dan pengaruh politik di dunia sepak bola bisa dilihat dari banyaknya klub yang dikelola oleh politisi kembang kempis tergantung musim politik, hal ini tidak mengherankan mengingat politisi sebagai Investor tentunya punya kalkulasi politik tersendiri kapan ia harus jor-joran dan kapan ia harus menahan diri.
Korupsi dalam Sepakbola
Sepakbola sering menjadi lahan empuk praktik koruptif, hal ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk dan dalam skala yang berbeda, dalam bentuk pengaturan skor misalnya, suap menyuap contoh lainnya atau bahkan juga sangat mungkin terjadi penyalahgunaan dana klub.
Pejabat sepak bola, pelatih, dan pemain bisa terlibat dalam praktik-praktik korup untuk keuntungan pribadi atau untuk memanipulasi hasil pertandingan misalnya seperti yang telah berulang kali terbongkar dalam kancah sepak bola Indonesia.
Atau dalam konteks organisasi sepak bola seperti FIFA, PSSI hingga jejaring turunannya di mana mereka diberikan kewenangan untuk mengelola anggaran dengan jumlah tertentu, juga sangat mungkin terjadi penyalahgunaan dan praktik korupsi.
Bahkan FIFA dan UEFA juga berulang kali harus menangani isu-isu korupsi dan narkoba di dalam sepak bola. Skandal korupsi itu sendiri pada akhirnya dapat merusak reputasi sepak bola sebagai olahraga, dapat merusak nilai-nilai fairness dalam dunia sepak bola yang seharusnya dijunjung tinggi bahkan nyawanya olahraga sehingga dapat merusak integritas sepak bola secara keseluruhan.
Salah satu skandal yang paling populer terkait praktik koruptif di dunia sepak bola adalah skandal Calciopoli yang mengguncang sepak bola Italia dan Eropa dua dekade yang lalu.
Narkoba dan Sepakbola
Selain politik dan korupsi, Industri sepak bola juga tidak kebal terhadap masalah narkoba. Pemain bisa terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, baik sebagai konsumen maupun dalam jaringan perdagangan narkoba.
Bahkan sangat mungkin juga ada kartel narkoba menggunakan klub sepak bola sebagai cara untuk mencuci uang mereka, sehingga mereka bisa jor-joran dalam mengeluarkan uang, dalam membangun klub dengan segala fasilitasnya misalnya atau bahkan dalam skala yang lebih kecil mereka bisa terlibat dalam kancah sepak bola tarkam, di mana mereka melakukan pencucian uang dengan memanfaatkan sepak bola, konon lagi di daerah yang masyarakatnya miskin plus haus akan hiburan maka peluang pencucian uang oleh kartel narkoba di sana menjadi sangat terbuka.
Baca juga: Muharram, Asyura, dan Momentum Peluang Hijrahnya Penikmat Judi Online
Korupsi dalam Politik dan Narkoba
Korupsi di kalangan politisi seringkali terkait dengan perdagangan narkoba. Politisi yang korup dapat melindungi jaringan narkoba atau menerima suap untuk memfasilitasi perdagangan narkoba.
Pejabat politik yang korup juga sangat mungkin mempengaruhi hukum dan kebijakan melalui pengaruhnya di kekuasaan, sehingga bukan tidak mungkin akan dimanfaatkan oleh kartel narkoba untuk memuluskan bisnis mereka. Yang pada akhirnya Ini akan menciptakan siklus di mana narkoba dan korupsi saling memperkuat.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Keempat elemen tersebut yakni politik, narkoba, korupsi dan sepak bola dengan segala daya pikat yang dimilikinya akan dapat memiliki dampak besar pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Korupsi dan narkoba dan politik dapat merusak struktur sosial dan ekonomi masyarakat di suatu negara, sementara sepak bola bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian dari masalah-masalah ini atau untuk mengendalikan opini publik.
Kita bisa melihat baru-baru ini dalam gelaran EURO dan Copa America, suasana politik di Indonesia yang sedang gaduh pascapilpres dan juga terbongkarnya kasus korupsi timah, permainan hukum dan berbagai penyimpangan seakan luput dari perhatian publik.
Publik secara luas dan bersamaan seketika terbius oleh gelaran turnamen sepak bola yang bahkan nun jauh di sana. Bukan tidak mungkin di balik “gacornya” prestasi timnas Indonesia yang berhasil menembus ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia, ada kasus korupsi yang berjalan di belakangnya, siapa bisa jamin dalam proses naturalisasi pemain secara besar-besaran semuanya berjalan normal dan sebersih dari yang seharusnya?
Bukankah dalam pengelolaan timnas juga melibatkan uang yang begitu besar? Bukankah di balik perputaran uang yang begitu besar tersebut potensi terjadi penyelewengan juga membesar?
Setingkat hajatan PON saja yang anggarannya tidak seberapa, para pihak yang terlibat di sana terlibat saling sikat dan saling sikut, bukan tidak mungkin alasan yang bisa menjadikan mereka sangat bernafsu adalah karena adanya putaran uang basah nan panas di sana.
Pada akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa sepak bola bukan lagi sekedar olahraga, tapi juga olah-olah (manipulatif) yang melanggar hukum lainnya juga ada di sana, contoh-contoh skandal korupsi FIFA yang melibatkan pejabat tinggi dalam kasus suap dan penyuapan, serta kasus pemain atau mantan pemain sepak bola yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba cukup untuk menjelaskan betapa kombinasi dari politik, korupsi, narkoba, dan sepak bola telah menciptakan jaringan kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan olahraga itu sendiri.