Kolonel Alfian, dari Bireuen untuk Indonesia

Seri Militer Indonesia

Kolonel Alfian
Kolonel Alfian, saat pembukaan Sespimti di Sespim Polri, Rabu (14/1/2024) di Lembang. Foto: Dok. Alvian.

Komparatif.ID, Jakarta—Dua tahun lalu Alfian resmi menyandang pangkat kolonel. Kini ia disebut Kolonel Alfian. Berasal dari keluarga sederhana di Bireuen, Kolonel Alfian menaiki satu persatu tangga kehidupan, hingga akhirnya menjadi perwira menengah tertinggi di tubuh TNI Angkatan Darat.

Kolonel Alfian lahir di Bireuen pada 10 Februari 1976. Ia merupakan putra dari pasangan Jafar dan Nuriah Ahmad. Semasa hidupnya, Jafar merupakan pedagang ikan antar kabupaten. Setiap Subuh ia membawa ratusan kilogram ikan ke Takengon, Aceh Tengah.

Meskipun harus bekerja keras menghidupi keluarga, Jafar dan istrinya punya cita-cita terbaik; anaknya harus jadi orang yang berguna untuk keluarga, tanah air dan bangsa.

Pria kelahiran Dusun Kommes, Gampong Meunasah Capa, Aceh Utara –sekarang Kabupaten Bireuen—memulai pendidikannya di SD Negeri 6 Bireuen, SMP Negeri 1 Bireuen, dan SMA Negeri 1 Bireuen. Ia menamatkan pendidikan SMA tahun 1995.

Baca: Aceh, Jhon Lie % Ikhtiar Melanjutkan Nafas Indonesia

Jauh sebelumnya ia telah mematri cita-cita menjadi dokter. Tapi jalan takdir menentukan lain. Pria berkulit kuning langsat itu harus kehilangan sang tulang punggung keluarga tatkala ia sedang menempuh pendidikan menengah.

Alfian memutar haluan kapal cita-cita. Demi dapat secepatnya membantu keluarga, ia mengubah mimpinya. Ia pun memutuskan mendaftarkan diri sebagai calon taruna di Akademi Militer Angkatan Darat. Tapi tahun 1995 belum berpihak padanya. Alfian tidak lulus. Tapi cita-citanya menjadi TNI masih tetap terpatri kuat.

Karena tak lulus Akmil, ia mendaftarkan diri ke Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Alfian lulus di Fakultas Ekonomi. FE bukan fakultas enteng. Umumnya lulusan terpandai di SMA melamar pada Fakultas Ekonomi.

Sembari kuliah, ia tekun belajar demi mengikuti kembali seleksi Akmil tahun berikutnya. Berkat ketekunan, kegigihan, dan doa orangtua, Alfian lulus sebagai siswa taruna Akmil pada tahun 1996. Ia bersyukur, satu tahapan menuju cita-cita telah berhasil ia capai.

Ia lulus taruna Akmil, dan diangkat sebagai prajurit TNI pada 1 Desember 1999 dengan pangkat pertama letnan dua (letda), sebuah pangkat terendah di jajaran kepangkatan perwira pertama. Seiring waktu, dengan dedikasinya kepada nusa dan bangsa, pangkatnya naik secara reguler, hingga akhirnya ditetapkan sebagai kolonel pada 2022.

Karir komandan ia mulai sebagai Komandan Peleton III/Kompi I Batalyon 315/Garuda. Kemudian Komandan Peleton Bant K-A Batalyon 315/Garuda. Ia pernah menjabat sebagai Danyonif Raider 115/Macan Leuser. Alfian juga pernah menjadi Komandan satuan Pendidikan Kursus Kejuruan Pendidikan Jasmani Militer (Susjurpa) pada Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif), yang merupakan bagian dari Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI Angkatan Darat.

Jabatan tertingginya yang pernah dilalui yaitu Kepala Jasmani Kodam (Kajasdam) XIV/Hasanuddin, yang bermarkas di Makassar Sulawesi Selatan.

Ia pernah bertugas di Aceh saat Darurat Militer. Ia ditempatkan oleh negara di Gampong Kunyet, Pidie, pada tahun 2003. Saat itu dia prajurit TNI dari Batalyon 315/Garuda.

Alfian yang kala itu masih berpangkat letnan satu, dikenal sangat baik oleh masyarakat. Meskipun di tengah darurat militer, ia mampu menempatkan diri sebagai prajurit TNI yang manunggal bersama rakyat. Beberapa warga Kunyet mengakui bila Lettu Alfian merupakan tentara yang humanis dan berbudi pekerti sangat baik.

Kolonel Alvian
Lettu Alfian, saat bertugas di Gampong Kunyet, Pidie, saat Darurat Militer tahun 2003. Dia disenangi masyarakat karena budi pekertinya. Foto: Dok. Alvian.

Suami Drg. Fenny Vernia Irawati itu, tatkala remaja hingga pemuda, dikenal oleh teman-temannya sebagai pria rupawan yang baik hati. Meski punya wajah tampan khas Aceh, ia tidak nakal. Dalam pergaulan cenderung pendiam. Hal menarik lainnya, ia tidak playboy. Bahkan lumayan penakut bila berhadapan dengan perempuan.

“Alfian takut kepada cewek,” kata seorang temannya sembari terkekeh.

Mungkin bakat alam tersebut—pendiam—yang membuat dirinya cemerlang di bidang intelijen.

Kolonel Alfian Lanjutkan Pendidikan Militer

Saat ini Kolonel Alfian sedang menempuh studi lanjutan Sespimti Dikreg 33 di Sespim Polri, Lembang, Jawa Barat. Sespimti tersebut diikuti oleh 97 peserta didik yang terdiri dari 75 personel Polri, 19 personel TNI termasuk 6 personel TNI AU serta 2 personel Kejagung dan 1 personel dari Kemenkumham. Sesuai kalender pendidikan, masa sekolah tersebut selama tujuh bulan.

Sebagai prajurit TNI, Kolonel Alfian telah mengecap banyak asam garam kehidupan di dunia militer. Komitmennya terhadap Republik Indonesia tidak dapat ditawar. Sebagai putra Aceh, Kolonel Alfian juga tetap memegang teguh komitmen; bahwa loyalitas, totalitas, integritas, merupakan modal yang tidak dapat ditawar dalam menjalankan fungsi sebagai manusia dan anak bangsa.

Artikel SebelumnyaMegawati: Hanya Allah yang Langgeng, Bukan Kekuasaan!
Artikel SelanjutnyaUIN Ar-Raniry Tekad Pertahankan Kualitas Mutu pada 2024
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here