KBA Presentasi Sentimen Anti-Cina di Kampus Terbaik Tiongkok

Kupas Sentimen Anti Cina di Indonesia

KBA
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) menjadi salah seorang panelis pada acara studi kawasan yang digelar oleh Tsinghua University, Cina, 3 sampai 5 Juli 2023. Foto: HO for Komparatif.ID

Komparatif.ID, Beijing—Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) yang merupakan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, menjadi salah satu panelis dalam “Forum Studi Kawasan Tsinghua III”, yang digelar oleh Institute for International and Area Studies (IIAS), Tsinghua University, Beijing.

Kegiatan yang digelar di universitas nomor 1 di Cina tersebut, menghadirkan para panelis dari Asia Tenggara, Asia Selatan, Amerika, Eropa, dan Afrika. Kegiatan ilmiah itu digelar 3 sampai 5 Juli 2023.

Dalam acara yang digelar di kampus nomor 1 di Cina yang memiliki reputasi sebagai World Class University di peringkat global, KBA yang juga menjadi salah satu panelis bersama 3 orang ilmuan lainnya dari Indonesia, menyampaikan makalah berjudul Understanding the Sentiments of Anti-China Among Indonesian Muslims during the Jokowi Era.

Dalam makalah tersebut Dr. KBA investasi Pemerintah Cina di Indonesia mendapatkan sambutan sangat kontradiktif dari sekelompok Muslim di Nusantara. sementara itu Pemerintah bekerja keras mengamankan roda perekonomian negara atas bantuan Pemerintah Cina, tidak mengalami gangguan atau sentimen apapun terhadap orang Cina di Indonesia.

Baca: Tionghoa Bireuen Bukan Cina di Morowali

Kerja keras Pemerintah Indonesia melawan serangan dari oposisi yang menyalup diri dengan jubah kelompok religius, berhasil menjaga stabilitas dan mereka gagal mengadang laju investasi dari Pemerintah Cina ke Indonesia.

KBA menjelaskan, figur sentral dalam upaya mengadang upaya kelompok sentiment anti-Cina, adalah Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan Megawati Soekarnoputri. Keduanya memiliki peran sangat signifikan dalam memainkan kondisi sehingga melahirkan situasi politik, ekonomi, dan keamanan, sehingga berhasil menjadikan sejumlah proyek strategis kedua negara dapat dijalankan dengan baik. Salah satunya yaitu proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.

KBA menjelaskan, Pemerintah Indonesia menerapkan sistem pendekatan keamanan sangat ketat, terukur, dan sistematis dalam mengamankan kehadiran investasi dan tenaga kerja asing dari Tiongkok Daratan.

“Akibat dari ketatnya Pemerintah Indonesia, membuat sentimen anti-Cina yang diembuskan sangat kencang dapat diredam. Demikian juga “hantu komunis” yang digelindingkan ke tengah ruang publik sebagai pendukung utama isu anti-Cina, juga tidak memberikan hasil yang maksimal secara nasional. Juga tidak mempengaruhi pelaksanaan berbagai bentuk kerja sama antara Indonesia dan Cina,” sebut KBA di depan panelis, dan diulang lagi dalam bahasa Indonesia kepada Komparatif.ID, Rabu (5/7/2023).

“Forum Studi Kawasan Tsinghua III” mengundang empat akademisi Indonesia. Selain Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) Tsinghua University juga mengundang Dr. Ahmad Helmy Fuady (BRIN),  Dr. Linda Sunarti bersama Noor Fatia Lastika Sari (Universitas Indonesia). Mereka semua hadir dalam panel Kajian Asia Tenggara bersama para pembicara dari Laos, Thailand, Cina, dan Jepang.

Dalam forum yang ke-3 ini, diangkat tema tentang risiko-risiko yang sedang terjadi di negara-negara berkembang. Kemudian, juga mengangkat isu tentang kebertahanan negara-negara di berbagai pelosok dunia terhadap masalah yang muncul di level lokal, regional, dan internasional. Adapun tema yang cukup penting dibahas oleh para pemakalah adalah tentang ketidakmenentuan yang terjadi di masa yang akan datang, khususnya dalam perubahan iklim yang dirasakan oleh penduduk dunia.

Untuk itu merespon isu-isu di atas, maka “Forum Studi Kawasan Tsinghua III” ini melibatkan para panelis dari berbagai kampus ternama di dunia, di antaranya Universitas Oxford, Universitas Exeter, Universitas Duke, Shanghai International Studies University, Kyoto University, Universitas Peking, dan kampus-kampus lainnya dari lima benua.

Para pembicara dibagi ke dalam beberapa kelompok panel, yakni: Kajian Asia Tenggara, Kajian Caribbean dan Amerika Latin, Kajian Asia Selatan, Kajian Eurasia, Kajian Afrika Amerika dan Asia Barat, dan Kajian Lintas Kawasan.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Presiden Tsinghua University, Wang Xiqin. Ketika membuka acara, Wang Xiqin menyampaikan bahwa forum tersebut merupakan ajang untuk membangun jaringan para akademisi, peneliti, aparatur pemerintah dari berbagai negara untuk saling berbagai pengetahuan akan pentingnya studi kawasan. Dalam konteks ini, Cina dianggap memiliki peran penting untuk membangun persepsi yang sama mengenai beberapa isu penting di peringkat global.

Artikel SebelumnyaJadi Venue Piala Dunia U-17, Menpora & Menteri PUPR Tinjau JIS
Artikel SelanjutnyaBeredar Nama 7 Calon Komisioner KIP Aceh yang Diduga Akan Diluluskan
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here