Komparatif.ID, Washington DC— Dr. Andrei Illarionov yang merupakan seorang ekonom Rusia, sekaligus mantan penasihat Presiden Vladimir Putin, mengatakan satu-satunya cara untuk mengakhiri serangan terhadap Ukraina, dengan menerapkan embargo nyata terhadap negara beruang merah itu.
Dr. Andrei Illarionov mengatakan sejauh ini Rusia tidak menganggap serius ancaman negara lain terhadap rencana embargo energi yang bersumber dari negara tersebut. Karena sejauh ini, meskipun Eropa terus mengupayakan pengurangan ketergantungan dari Rusia, tapi tetap membeli minyak dan gas dari negara komunis tersebut.
Dr. Andrei Illarionov, Minggu (10/4/2022) mengatakan tahun lalu melonjaknya harga minyak dan gas, memberikan pemasukan 36 persen untuk Rusia.
Sebagian besar pendapatan itu berasal dari Uni Eropa, yang mengimpor sekitar 40% gasnya dan 27% minyaknya dari Rusia.
Merujuk pada pernyataan diplomat top Josep Borrell minggu lalu mengatakan “satu miliar [euro] adalah apa yang kita bayarkan kepada Putin setiap hari untuk energi yang dia berikan kepada kita”.
“Jika negara-negara Barat mencoba menerapkan embargo nyata pada ekspor minyak dan gas dari Rusia, saya berani bertaruh bahwa mungkin dalam satu atau dua bulan, operasi militer Rusia di Ukraina, mungkin akan dihentikan, akan dihentikan.” Kata Dr. Andrei.
Ia menambahkan, meskipun selalu mengancam akan mengembargo Rusia, di tengah kecamuk perang, negara-negara Barat terus berbelanja minyak dan gas Rusia. Sementara itu, banyak sector lain yang tidak dapat berjalan dan pengusaha menarik diri karena rugi.
Dr. Andrei mengatakan sejauh masih memiliki sumber daya, Vladimir Putin tidak mau peduli. Ambisinya untuk territorial, kekaisaan, jauh lebih penting dari apa pun, termasuk rakyatnya,” kata sang ekonom.
Satu survei baru-baru ini oleh Bank Sentral Rusia sendiri bahkan memperkirakan ekonomi akan menyusut 8% tahun ini, sementara Institut Keuangan Internasional mengatakan itu bisa turun sebanyak 15%. Pun demikian, Presiden Putin siap menanggung pukulan terhadap ekonomi yang menunjukkan di mana letak prioritasnya.
Menekan “Luka di Tangan Putin”
Dr. Andrei Illarionov mengatakan negara-negara Barat harus memanfaatkan hasil survey Bank Dunia, yang menyebutkan hampir 20 juta orang Rusia hidup dalam kemiskinan. Presiden Putin, dalam beberapa tahun terakhir, berjanji untuk mengurangi separuh jumlah itu.
Dengan menginvansi Ukraina, menurut Andrei sulit bagi Putin untuk mewujudkan janjinya. Oleh karenanya, “luka di tangan Putin” harus terus ditekan agar sang presiden menghentikan invasinya ke Ukraina.
“Kita harus gandakan jumlah pengangguran di Rusia. Bila mungkin sampai tiga kali lipat.
Pengangguran Terus Bertambah
Lembaga pemikir yang berbasis di Moskow, the Centre for Strategic Research, memperkirakan dua juta pekerjaan bisa hilang tahun ini karena tingkat pengangguran naik dari rekor terendah.
Vladimir Milov, yang merupakan mantan Wakil Menteri Energi Rusia, tetapi sekarang menjadi bagian dari partai oposisi Rusia Masa Depan Alexei Navalny, menyampaikan rasa kahwatirnya dengan kedaan tersebut.
“Banyak orang khawatir kehilangan pekerjaan, saya pikir mayoritas tidak begitu menyadari parahnya situasi ekonomi,” katanya.
Inflasi telah meningkat menjadi 15,7% karena perang, berarti orang mungkin berhenti menghabiskan uang untuk hal-hal tidak begitu penting seperti pusat kebugaran dan makanan di restoran dan. Itu berita buruk bagi banyak usaha kecil.
Beberapa bahan makanan pokok seperti gula, bawang, dan kol telah naik harganya lebih dari 40% sejak awal tahun ini.
Vladimir Milov mengatakan kebijakan Presiden Putin menyerang Ukraina sudah mengarah pada bencana sosial dan ekonomi yang lengkap.
“Kami telah menjelaskan kepada orang-orang selama ini [bahwa] kebijakan Putin akan membawa Rusia ke dalam bencana, termasuk bencana sosial dan ekonomi yang lengkap, termasuk penurunan standar hidup yang belum pernah kita lihat dalam beberapa dekade,” katanya.
“Saya harus mengatakan itu datang dengan harga yang sangat tinggi. Kami lebih suka untuk tidak melihat apa yang terjadi hari ini.”
Sumber: BBC