Dirut Bank Aceh Syariah Seyogyanya Beraroma Seulanga

dirut Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki bertemu dengan Koordinator Forum Bersama (Forbes) DPR RI dan DPD RI asal Aceh H. M. Nasir Djamil di Jakarta, Senin (13/2/2023) malam. Foto: Humas.
Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki bertemu dengan Koordinator Forum Bersama (Forbes) DPR RI dan DPD RI asal Aceh H. M. Nasir Djamil di Jakarta, Senin (13/2/2023) malam. Foto: Humas.

Komparatif.ID, Jakarta—Soal siapa yang akan dilantik sebagai Dirut Bank Aceh Syariah (BAS) telah lumayan lama menyita perhatian publik di Serambi Mekkah. Setelah melalui serangkaian tes, dari 13 pendaftar, hanya tersisa dua; Muhammad Syah dan Nanang Hendriana.

Publik Aceh mulai syeh-syoh, nama terakhir disebut-sebut berasal dari Tatar Sunda—Jawa Barat, yang merupakan kampung halaman Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki. Keduanya disebut berteman dekat. Namun dalams sebuah pertemuan dengan wartawan di Pendopo Gubernur Aceh, Achmad Marzuki telah membantahnya.

Pun demikian, suara-suara kritis dan sesekali sumbang tetap saja mengalir deras; memprotes supaya jangan semua dari Bumi Pasundan. Kursi Direktur Utama Bank Aceh Syariah (BAS) alangkah bijaknya bila diserahkan kepada Muhammad Syah, supaya aroma seulanga tetap ada di sana. Cukuplah kuntum patrakomala di kursi Aceh 1.

Baru-baru ini, tepatnya pada Senin malam (13/2/2023) malam di Jakarta, Koordinator Forum Bersama (Forbes) DPR RI dan DPD RI asal Aceh H. M. Nasir Djamil, meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan kursi BAS 1 kepada putera Aceh; Muhammad Syah yang menjabat terakhir sebagai Pimpinan BAS Cabang Kuala Simpang.

Nasir Djamil dalam rapat koordinasi yang dihadiri oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Sekda Aceh Bustami Hamzah, dan kepala Bappeda Aceh Teuku Ahmad Dadek meminta OJK memberikan slot kursi Dirut BAS kepada putera Aceh.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut menyebutkan kursi Dirut BAS merupakan martabat rakyat Aceh. Bila itu pun “hilang” dan jatuh ke kuntum patrakomala, maka selesailah harumnya kuntum seulanga di bank plat merah tersebut.

“Dirut BAS harus orang Aceh. Itu harga mati alias tidak ada negosiasi. Lebih baik Dirutnya orang Aceh meskipun kompetensinya belum sempurna. Nanti bisa learning by doing dalam perjalanannya ke depan. Jika bukan orang Aceh, Forbes akan menolak dan menyampaikannya ke OJK Pusat”, ujar Nasir Djamil yang digadang-gadang sebagai salah satu calon Gubernur Aceh potensial.

Baca juga: Bank Aceh Salurkan Pembiayaan Pembelian Belasan Bus JRG

Dalam rapat koordinasi yang juga dihadiri politisi seperti Illiza Sa’aduddin, Muslim, Fadhullah, Nazaruddin, Irmawan, TA Khalid, dan Facrul Razi, Nasir atas nama Forbes juga sangat menyayangkan sangat lambatnya proses penetapan Dirut Bank Aceh Syariah yang definitif.

Menurut Nasir, Forbes sangat menyayangkan lambatnya Dirut BAS yang definitif. Kehadiran dirut yang definitif tentu akan mampu menggerakkan BAS dalam menunjang pembiayaan di sektor riil, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan pembiayaan lainnya yang diharapkan bisa mengangkat ekonomi rakyat kelas bawah.

“Kami ingin pemilihan dan penetapan Dirut BAS jangan lama-lama. Intinya Forbes minta OJK Pusat seperti pantun yang bunyinya ikan sepat, ikan gabus. Makin cepat, makin bagus,” kata Nasir Djamil.

Juru Bicara Pemerintah Aceh Muhammad MTA, Selasa (14/2/2023) mengatakan bahwa pertemuan antara Pj Gubernur Aceh dan Forbes Aceh DPR RI berlangsung dalam suasana gembira.

“Iya benar, semalam digelar rapat koordinasi pemerintah Aceh dengan Forbes DPR RI di Jakarta. Pertemuan berlangsung penuh kekeluargaan dan responsif. Banyak masukan konstruktif yang disampaikan oleh Forbes kepada Pemerintah Aceh.

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki sangat berterima kasih kepada Forbes atas digelarnya rapat koordinasi. Hal ini merupakan langkah yg baik demi mewujudkan Aceh lebih baik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here