Komparatif.ID, Banda Aceh—Das’ad Latif, seorang penceramah asal Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (5/10/2022) membuat malam di Blang Padang, Banda Aceh, bergemuruh tawa. Ribuan kaum muda tertawa kala mendengar ceramah yang dibalut komedi jenaka.
Das’ad Latif datang ke Banda Aceh dalam rangka memenuhi undangan Kodam Iskandar Muda, yang menggelar konser musik dan zikir, memperingati HUT ke-77 Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga: Konser Musik dan Zikir di Blang Padang Dihadiri Ribuan Penonton
Tema persatuan yang dibawakan oleh Dr. H. Das’ad Latif S.Sos., S.Ag., M.Si., Ph.D, disampaikan dengan nuansa ceria. Ia mampu memberikan petuah-petuah agama dengan bahasa sederhana, kekinian, serta tidak juga murahan.
Ribuan penonton yang rata-rata berusia muda, serta dipisah antara laki-laki dan perempuan, mendengar ceramah alumnus jenjang S1 pada dua universitas, dengan wajah antusias. Senyum merekah tak pernah pudar dari wajah kaum muda Aceh.
Das’ad yang meraih gelar sarjana di Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, dan Sarjana Agama pada jurusan Peradilan Islam UIN Alauddin Makassar, benar-benar mampu hadir sebagai pendakwah akademis, serta komunikator andal.
Banyak penonton yang mengakui kepakaran Das’ad Latif dalam dua bidang tersebut. Bahkan, tak satu kalimat pun yang disampaikan oleh Das’ad menyebabkan luka di hati. Dakwah yang dia sampaikan benar-benar cespleng, ceria, dan sopan.
Dalam konteks persatuan, ia mengambil contoh tentang salat yang diwajibkan dalam bahasa Arab. Ia memberikan contoh andaikan bacaan salat dapat menggunakan bahasa masing-masing, akan betapa “lucunya” saat salat dilaksanakan. Ia mengucapkan beberapa contoh ucapan takbir dalam bahasa daerah.
Mendengar contoh yang Das’ad sampaikan, tawa pecah. Bahkan banyak penonton yang terlihat menganguk-angguk sembari tertawa.
Demikian juga bila Allah tidak menetapkan kiblat ke Baitullah di Masjidil Haram. Ketika rukuk dan sujud, akan kacau balau shaf shalat. Lagi-lagi penonton tertawa.
Das’ad Latif: Tidak Semua Lagu Jelek
Pada kesempatan itu, Das’ad yang mengambil doktor pada dua universitas—Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Negeri Makassar—juga sempat menyinggung tentang lagu—dunia seni musik.
Ia mengatakan banyak lagu-lagu yang isinya tentang ajakan kebaikan, merenungi kehidupan. Ia menyanyikan beberapa contoh.
Kemudian, alumnus Magister Komunikasi pada Universitas Hasanuddin itu menyanyikan juga contoh lagu yang tidak layak didengar dalam konteks dakwah.
“Tidak semua lagu jelek. Tergantung liriknya.”
Secara umum ada tida pesan utama sang penceramah pada kesempatan tersebut, pertama perihal saling menyayangi dan melindungi. Kedua, tentang peran penting TNI dalam menjaga negeri, dan ketiga, tentang dunia musik yang tidak boleh dipukul rata. Baik dan buruk sebuah lagu sangat tergantung pada lirik yang dinyanyikan.