Ahmad Sarwat: Kaya Tidak Datang Tiba-tiba dari Langit

Ahmad Sarwat
Ustad Ahmad Sarwat. Foto: Facebook.

Komparatif.ID, Jakarta- Ustad Ahmad Sarwat mengatakan kaya tidak datang tiba-tiba dari langit. Bila ingin menjadi kaya raya, maka tidak cukup dengan kerja keras, tapi dibarengi dengan proses panjang.

Dalam Podcast Helmy Yahya Bicara, edisi 22 Mei 2025, penulis buku serial berjudul Seri Fikih Kehidupan (18 seri) menyebutkan, di dalam Alquran Allah Surat Ali Imran Ayat 140, Allah berfirman bahwa hari-hari [nikmat dan luka] Allah beri bergiliran kepada manusia, supaya manusia belajar dan mendapatkan pelajaran.

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Baca: Ekonomi Islam Tidak Maju Bila Hanya Jualan Parfum dan Habbatussauda

Ustad Ahmad Sarwat mengatakan pada podcast tersebut dunia Islam yang gilang-gemilang telah berlalu. Dulu ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, hukum, bertumbuh modern di negara-negara Islam. Orang-orang Barat belajar ke Andalusia. Mereka belajar ilmu di negara Islam, dibawa pulang ke Barat, dan diaplikasikan dalam pembangunan negaranya.

Sekarang Barat tumbuh menjadi maju, negara Islam yang pernah besar justru amblas, rusak, hilang. Apakah kondisinya akan terbalik lagi?

Di Timur Tengah Uni Emirat Arab tumbuh menjadi raksasa baru ekonomi. Melalui Kota Dubai-nya, mereka bangkit. Para miliarder berkumpul di sana. Satu-satunya syarat untuk bisa tinggal di sana adalah orangnya harus dari Islam yang modern. Penganut Islam puritan tidak ada tempat di Dubai.

Apakah ada negara Islam lain yang bisa seperti Dubai? Ahmad Sarwat berharap Indonesia bisa mengejar Dubai. Tapi ada syaratnya. Kaya tidak datang tiba-tiba dari langit. Untuk menjadi negara kaya yang penduduknya makmur dan bahagia, Indonesia harus keluar dari pola yang sekarang ini. Sibuk meributkan hal-hal kecil, gemar menyebar hate speech. Kesalahan orang dirujak ramai-ramai di media sosial, hanya gara-gara manusia Indonesia gemar terus-menerus menyalahkan manusia lain.

Ustad Ahmad Sarwat percaya Indonesia memiliki modal besar menuju negara maju. Modal Indonesia sangat besar.

Meskipun sok belagu, orang Indonesia tidak seperti penduduk India dan Pakistan yang gemar bom dan terorisme. Penduduk Indonesia sudah meninggalkan kebiasaan itu. Orang Indonesia saat ini hanya ribut di medsos. Kalau di media sosial meuno Kutak meunoe kucang. Bila ditamsilkan, gejolak di medsos ibarat badai dalam secangkir kopi.

Indonesia memiliki banyak catatan gemilang masa lalu. Orang Indonesia juga harus belajar dari orang kaya zaman sekarang. Mengapa mereka bisa kaya. Apa yang mereka lakukan sehingga bisa kaya raya? Penduduk Indonesia harus belajar dari mereka, dengan catatan semua syarat dan ketentuan harus diikuti.

“Karena kaya tidak datang tiba-tiba dari langit. Kekayaan dan kesuksesan itu tidak cuma bisa dicapai hanya dengan kerja keras, tapi juga mau menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Kalau tak mau menyesuaikan diri, Anda tergerus zaman,” kata Ustad Ahmad Sarwat.

Oleh karena itu, bila ingin hidup makmur, sejahtera, manusia Indonesia harus berhenti berpikir bagaimana memulai dan memenangkan perang. Karena perang tidak pernah menghasilkan kemajuan. Proses pemulihannya sangat lama.

Lalu apa yang harus dilakukan? Kerja sama ekonomi. Itu yang mesti dilakukan. Kita membutuhkan investasi besar pada sektor riil. Kekuatan ekonomi terbesar ada pada sektor riil dan industri manufaktur. Jangan ganggu investasi. Kemajuan tidak bisa didapatkan dengan cara modal dengkul.

Orang Islam harus belajar tentang industri modern, bagaimana orang Barat bisa membangun bisnis besar tanpa modal besar. Namanya start up. Modal orang dikelola oleh yang memiliki ide. Bahkan tidak jarang start up dimulai dari ide yang disampaikan secara oral, tapi investor sudah menggelontorkan dana membiayainya.

Mengapa investor percaya? Karena ide dan integritas si penyampai ide. Kalau tidak amanah, sebaik apa pun ide tidak akan ada yang membiayainya. “Duit rakyat sendiri saja disikat, bagaimana duit dari luar negeri. Nyari-nyari investor ke luar negeri, [tapi tidak ada yang mau berinvestasi] sebut Ustad Ahmad Sarwat.

Kemajuan tidak akan datang bila manusianya asyik berperang, tidak amanah, tidak profesional, izin rumit, keamanan tidak terjamin, kenyamanan tidak ada, dan lain-lain.

Mengapa Cina Maju?

Cina –yang sering dicaci maki di Tanah Air—sangat ramah terhadap investasi. Untuk membangun sebuah perusahaan di Cina, pemerintah di sana akan mempermudah dan membantu semaksimal mungkin. Biaya produksi di Cina bisa lebih murah karena tidak ada dana-dana illegal (biaya upeti/pemalakan).

“Tidak ada upeti ilegal di sana. Pemerintah Cina membangun ekonomi dengan cara merangkul,” kata Ahmad Sarwat.
Artikel SebelumnyaEkonomi Islam Tidak Maju Bila Hanya Jualan Parfum dan Habbatussauda
Artikel SelanjutnyaKucing liar Karakal Serang tentara Israel di Perbatasan Mesir
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here