
Komparatif.ID, Banda Aceh— Sejak 1 Mei 2025, PT Aceh Kiat Beutari, kembali mengekspor tras alias pozzolan ke Bangladesh. Jumlah pozzolan yang diekspor sebanyak 26.550 ton. Pozzolan tersebut diangkut menggunakan kapal kargo Great Royal, yang berasal dari Bangladesh.
Pelaksanaan ekspor perdana pada Kamis (1/5/2025) berlangsung di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar. Di tengah sepinya aktivitas pelabuhan tersebut, terlihat jelas proses pemuatan tras (pozzolan) dari dermaga ke dalam kargo kapal Great Royal.
Baca: Izin Tidak Terbit, Pabrik Semen di Aceh Selatan Batal Dibangun
Dalam kesempatan itu, Afrizal, Direktur Utama PT Aceh Kiat Beutari menjelaskan, perusahaan mereka sempat kalah saing dalam beberapa tahun ke belakang, sehingga vakum.
Kevakuman tersebut terdampak karena pasar yang sangat terbatas. Perdagangan tras sangat terbatas. Begitu China, India, dan Vietnam mampu memasuk slag dan fly ash dengan harga lebih murah, otomatis tras yang mereka jual, susah laku.
Industri semen sempat sangat lesu akibat dari efek buruk Covid-19, dan perang. ditambah lagi dengan naiknya biaya pengangkutan laut, membuat PT Aceh Kiat Beutari kelimpungan, dan akhirnya memilih parkir. Sejumlah karyawan mau tak mau harus dirumahkan.
Afrizal mengatakan, di tengah kevakuman, manajemen melakukan sejumlah upaya. Mulai dengan menjalin kembali komunikasi dengan relasi dengan para mitra, kemudian mempersiapkan kargo ekspor sebaik-baiknya, dan meningkatkan jumlah produksi, dan memproduksi pozzolan yang zero complaint.
“Dalam masa vakum tersebut kami menata kembali komunikasi, jumlah produksi, dan kualitas produksi pozzolan,” kata Afrizal.
Berkat ketekunan, akhirnya mitra luar negeri kembali menjalin kerja sama. Buyer dari Bangladesh memesan 26, 5 ribu ton pozzolan.
Pada kesempatan itu, Afrizal mengucapkan terima kasih kepada Kanwil Bea Cukai Aceh, yang telah memberikan pendampingan serius.“Bea Cukai Aceh sangat membantu kami, terutama dalam pelayanan ekspor dan respon cepat terhadap kendala pada sistem CEISA 4.0,” kata Afrijal.
Afrijal menyampaikan bahwa prospek pasar pozzolan masih sangat terbuka, terutama di kawasan Asia Selatan.
Namun ia menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari pemerintah. “Kami berharap Bea Cukai, Disperindag, dan instansi lainnya terus mempermudah proses dan sosialisasi ekspor. Karena ekspor adalah penyumbang devisa negara yang nyata, dan sangat berperan dalam pemberdayaan ekonomi Aceh dan Indonesia,” tutupnya.