Woyla 155 Juta Tahun

Woyla 155 Juta Tahun
Awang Harun Satyana dan peridotit terserpentinisasi Woyla, Aceh Barat, berumur Jura Akhir, 155 juta tahun. Foto: Dok. Awang Harun Satyana.

Semula Woyla adalah kompleks busur kepulauan yang terjadi pada sekitar 155 juta tahun yang lalu (Jura Akhir) di samudra purba bernama Ceno-Tethys yang kelak menjadi Samudra Hindia.

***

Batu segenggam itu bukan batu biasa bagi yang mengetahuinya, ia batu peridotit, penyusun mantel atas Bumi, di bawah kerak samudra.

Segenggam batu itu membuat saya mesti menyimpan koper kecil saya di bagasi pesawat Garuda, sebab bila saya menyimpannya di ransel dan membawanya ke kabin pasti batu ini akan disita, masa membawa batu ke dalam kabin pesawat. Karena batu ini berharga -bagi saya, maka saya memasukkan koper sebagai bagasi saat lapor (check in) mau terbang. 

Saat itu adalah Jumat kemarin ketika terbang dari Banda Aceh ke Jakarta. Sekarang batu ini berada di rumah saya bersama peridotit-peridotit lainnya yang saya kumpulkan dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Timor, sampai Papua.

Baca juga: Kapan Tsunami Selanjutnya Menerjang?

Saya suka peridotit dan batuan kerak samudra atau disebut kelompok ofiolit, mereka menjadikan saya sebagai seorang sarjana geologi 36 tahun yang lalu setelah menelitinya untuk skripsi ofiolit Ciletuh, Jawa Barat.

***

Peridotit yang saya bawa dari Aceh minggu lalu itu adalah bagian dari Ofiolit Woyla. Woyla dalam geologi Indonesia terkenal sebagai satu teran atau segmen litosfer asal busur kepulauan samudra yang menyusun batuan dasar/ basement pulau Sumatra di tepi baratnya. 

Semula Woyla adalah kompleks busur kepulauan yang terjadi pada sekitar 155 juta tahun yang lalu (Jura Akhir) di samudra purba bernama Ceno-Tethys yang kelak menjadi Samudra Hindia. Lalu sebagai teran ia bergerak menuju Sumatra dan menunjam/subduksi lalu membentur/kolisi tepi barat Sumatra lalu menjadi segmen barat basement Sumatra.

Di Aceh Barat, adalah wilayah yang paling mudah untuk melihat dan mempelajarinya. Maka kami (para geosaintis) minggu lalu pergi ke sana untuk sama-sama melihat, belajar, berdiskusi di lapangan.

***

Woyla adalah sebuah nama kecamatan di Kabupaten Aceh Barat di utara Meulaboh.

Bagi orang-orang seusia saya yang pada tahun 1980-an sudah bersekolah di SMA atau yang lebih senior pastinya mengetahui bahwa nama Woyla terkenal sebagai nama operasi pembebasan para sandera di pesawat DC-9 Garuda yang dibajak oleh lima teroris Komando Jihad ketika terbang dari Jakarta menuju Medan dan didaratkan di Bangkok.

Di Bangkok teroris menyampaikan tuntutan-tuntutannya kepada Pemerintah Indonesia, yang bila tidak dipenuhi maka pesawat tersebut bersama penumpangnya akan diledakkan. Namun, 3 hari kemudian pesawat berhasil direbut dan dikuasai Kopassus pimpinan Letkol Sintong Panjaitan dan kelima teroris tewas ditembak di dalam pesawat dan di luar pesawat. Sebuah kisah menegangkan sekaligus heroik.

Bagi saya, Woyla berarti banyak hal sebab saya mengalami atau menyaksikan peristiwa-peristiwa itu.

Ia semula adalah nama daerah di Aceh Barat di utara Meulaboh. Lalu ia adalah nama sandi operasi penumpasan teroris atas pesawat Garuda 206 DC 9 PK-GNJ oleh Kopassus di bandara Don Mueang, Bangkok pada Maret 1981.

Dan Nick Cameron membawa nama Woyla ke arena geologi. Nick adalah geologist dari British Geological Survey yang waktu awal 1980-an membantu Indonesia memetakan geologi Sumatra bagian utara. 

Ia menamakan kompleks batuan samudra di Aceh ini sebagai Woyla. Lalu bersama Achmad Pulunggono, geolog Pertamina, mempublikasikannya untuk pertama kalinya sebagai teran Woyla (1984). Dan adalah Ian Metcalfe sejak itu mempopulerkannya dalam analisis-analisis tektonik teran Southeast Asia.

Saya sering menyebut Woyla dalam diskusi-diskusi geologi Sumatra, juga dalam publikasi-publikasi, maka saya indahkan untuk membawa pulang segenggam batu paling bawah kelompok ofiolitnya, peridotit terserpentinisasi Woyla, berumur 155 juta tahun.

*Dikutip dari catatan Facebook Awang Satyana.

Artikel SebelumnyaIstri Kabur Bersama Teman, Punya Anak Ternyata Hasil Selingkuhan Bini
Artikel SelanjutnyaMualem Beri Apresiasi, “Abang Samalanga Bek Syeh-syoh, Pohon Tinggi Kerap Diterpa Badai”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here