
Komparatif.ID, Vladivostok— Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, menghadiri Eastern Economic Forum (EEF) ke-10 yang berlangsung di Vladivostok, Rusia, pada 3–6 September 2025.
Dalam forum internasional tersebut, Wali Nanggroe memaparkan beragam peluang investasi di Aceh kepada perwakilan lebih dari 70 negara yang hadir.
Dalam sesi bertajuk The Greater Eurasian Partnership: New Paradigms for the Continent’s Development pada Kamis (4/9/2025), Wali Nanggroe menyampaikan simpati atas musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda Semenanjung Kamchatka pada 30 Juli 2025 lalu.
“Rakyat Aceh turut merasakan duka ini, karena kami juga pernah mengalami tsunami besar tahun 2004. Kami berdiri dalam solidaritas bersama Anda,” ujarnya.
Dalam paparannya, Wali Nanggroe memaparkan lima sektor utama yang dinilai menjanjikan. Di bidang pertanian, Aceh memiliki lahan subur dengan produk unggulan Kopi Arabika Gayo yang diakui dunia dan telah mendapat perlindungan Indikasi Geografis. Selain kopi, terdapat pula kakao, sawit, kelapa, padi, dan beragam buah serta rempah tropis yang memiliki daya saing tinggi di pasar global.
Sektor peternakan dan perikanan juga menawarkan peluang investasi di Aceh. Garis pantai sepanjang 1.600 kilometer serta kekayaan laut yang melimpah menghadirkan peluang besar bagi industri perikanan, terutama tuna, udang, dan rumput laut. Sementara itu, padang penggembalaan yang luas mendukung pengembangan peternakan sapi dan kambing.
Baca juga: Wali Nanggroe Jajaki Rencana Pendirian Museum Dirgantara di Aceh
Di bidang kehutanan, Aceh memiliki ekosistem Leuser yang dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis besar terakhir di Asia Tenggara. Kawasan ini menjadi habitat penting bagi spesies langka seperti gajah, harimau, orangutan, dan badak Sumatra.
Selain itu, Aceh juga memiliki cadangan energi dan sumber daya alam yang besar. Lapangan Gas Arun menjadi bukti sejarah panjang produksi migas Aceh. Kini pemerintah daerah membuka blok-blok baru untuk eksplorasi, sembari mendorong pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, dan tenaga surya.
Wali Nanggroe turut menekankan kekayaan pariwisata dan budaya Aceh. Dengan pantai indah, terumbu karang, pegunungan megah, hingga tradisi Islam yang hidup, Aceh diyakini memiliki daya tarik tersendiri.
Atraksi budaya seperti Tari Saman yang diakui UNESCO dan kuliner khas, mulai dari mi Aceh hingga kopi Aceh, disebut sebagai keunggulan yang memperkuat peluang investasi di sektor pariwisata.
Dalam forum tersebut, Malik Mahmud juga mengingatkan Aceh memiliki pengalaman penting dalam membangun perdamaian. Dua dekade lalu, Aceh berhasil keluar dari konflik berkepanjangan melalui perjanjian damai bersejarah yang didukung Pemerintah Indonesia serta komunitas internasional.
“Kini Aceh merengkuh perdamaian, memperkuat tata kelola demokratis, dan membuka pintu kerja sama internasional,” katanya.
Melalui keikutsertaan dalam EEF 2025, Aceh berupaya memperkenalkan potensi wilayahnya ke kancah global. Dengan beragam peluang investasi di Aceh yang terbuka di berbagai sektor, pemerintah daerah berharap dapat menjalin kemitraan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan dengan para investor mancanegara.
Kabag Kerjasama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, menyebutkan dalam lawatan tersebut Wali Nanggroe turut didampingi Staf Khusus Dr. Muhammad Raviq, Khatibul Wali Abdullah Hasbullah, serta pejabat struktural Khatibul Wali, Ema Yanti.