Tanam Melon, Kini Nadar Beromzet Puluhan Juta

Nadar melon Bireuen
Nadar (kanan) Wakil Bupati Bireuen Razuardi Ibrahim (tengah) dan Abi Kandar (jongkok, kiri) di kebun melon di Uteun Kruet, Pandrah, Senin (10/3/2025). Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Bireuen – Nadar (41)  tersenyum lebar. Kebun melon yang ia kerjakan dengan sepenuh hati, kini sudah bisa dipanen. Ia belajar dari nol. Guru melonnya Iskandar alias Aby Kandar, lulusan Dayah Cot Tarom, Kecamatan Jeumpa, yang dikenal jago dunia pertanian.

Senin (10/3/2025) pukul 15.00 WIB, Wakil Bupati Bireuen Ir. Razuardi Ibrahim, bertandang ke kebun melon milik Nadar, warga Gampong Uteun Kruet, Kecamatan Pandrah.

Baca: Ini Dia Guru Agama di Bireuen yang Bersertifikat Ahli Pertanian

Razuardi datang didampingi Aby Kandar, yang merupakan Ketua Komunitas Petani Melon Bireuen, serta sejumlah orang lainnya. Kunjungan mereka ke Uteun Kruet untuk menyaksikan panen besar kebun melon milik Nadar, seorang petani kecil yang sangat giat bekerja.

Pada lahan seluas 1.200 meter bujur sangkar, ia menanam 2.500 batang rock melon atau dikenal dengan nama lokal melon orange. Dengan batang sebanyak itu, jumlah panennya mencapai lima ton. Harga saat ini Rp6.500 hingga 7.000 per ton. Dengan demikian, pada panen kali ini, Nadar akan memiliki omzet puluhan juta.

Wakil Bupati Bireuen Razuardi Ibrahim menatap kagum kebun melon milik Nadar yang terhampar dengan buah ranum yang menggantung di tangkai nan kokoh. Senyum Razuardi tak pernah lekang. Demikian juga Aby Kandar. Sang guru terlihat sangat bahagia.

Dulu, sebelum berkenalan dengan Aby Kandar, lelaki tersebut merupakan petani tanpa ilmu. Ia sering gagal panen. Pernah ia tanam cabai, yang “dipanen” hanya daun.

Nadar dan melon
Nadar memegang dua buah melon hasil panen di kebun miliknya di Uteun Kruet, Pandrah, Bireuen. Pertanian menjadi tumpuan ekonominya yang kian menjanjikan perubahan. Foto: HO for Komparatif.ID.

Sebagai seorang suami, pria berkulit hitam eksotis itu tetap tak putus asa. Ia berburu udang sungai, dan pekerjaan lain yang dapat menghasilkan uang. Ia benar-benar lelaki tangguh.

Suatu ketika, dia berkenalan dengan Aby Kandar melalui media sosial. Nadar terkagum-kagum melihat konten alumnus Institut Agama Islam Almuslim –kini Universitas Islam Aceh (UIA), yang seluruhnya tentang dunia pertanian. Mulai dari padi, tomat, sayuran, hingga bunga, termasuk juga melon.

Pria itu mengajukan diri sebagai murid. Ia ingin belajar dari Aby Kandar. Gayung bersambut. Aby yang sejak lama gelisah melihat banyaknya lahan tidur di Bireuen, bersedia berbagi pengetahuan.

Rupanya Nadar sangat serius. Ia datang ke lahan milik Iskandar. Bukan mendengar ceramah pertanian, tapi belajar langsung di lapangan. Ia belajar teknik perawatan tanaman, teknik pengolahan tanah, dan lain-lain.

Setelah dirasa cukup, ia pun minta izin mengaplikasikannya di tanah sendiri di Uteun Kruet. Iskandar tersenyum bangga.

Lahan milik Nadar berada di kawasan Bate Geulungku, Pandrah. Kawasan tersebut terkenal tandus. Tanah berbatu, berkarang, dan minim air.

Ia pun mulai membersihkan lahan dengan penuh sukacita. Bersama istrinya Juliana, dan anak-anak, Nadar memulai membangun mimpi baru, bahwa bertani menggunakan ilmu, akan membuahkan kesejahteraan.

Aby tetap memantau “muridnya” itu dari jauh. Mereka intens berkomunikasi melalui telepon seluler. Sesekali ia menjenguk langsung.

Awalnya pria bertumbuh tegap tersebut menanam 500 batang di lahan tanah lempeng Bate Geulungku. Hasilnya memuaskan. Ia menambah jumlah batang menjadi 2.000. Hasilnya lagi-lagi membawa bahagia. Kali ketiga ia menanam 2.500 batang. Hasilnya, wow! Lima ton rock melon berkualitas super dapat ia hasilkan.

Pada musim tanam lanjutan, ia akan menanam 5.000 batang. Lahannya sedang dibersihkan. Targetnya, lahan miliknya tidak boleh lagi menganggur meski satu meter.

Sebagai Ketua Komunitas Petani Melon Bireuen, Iskandar sangat bangga kepada petani yang ia bina secara swadaya. Saat ini jumlah anggota komunitas tersebut mencapai 30 orang. Semuanya aktif berkebun seperti Nadar.

Tantangan petani binaan Iskandar saat ini bukan harga dan pasar. Karena mereka telah memiliki jaringan. Mereka butuh dukungan alat yang membantu pengelolaan lahan. Seperti mesin pompa air, mesin pembuat bedeng, hand traktor.

“Kami butuh fasilitas mempercepat produksi yaitu akat alsintan. Bila pemerintah bersedia membantu, lebih banyak lahan yang dapat kita bangunkan dari tidur panjang,” kata Iskandar.

Artikel SebelumnyaPemkab Pidie Terima Dividen Rp3 Miliar dari Bank Aceh
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here