
Komparatif.ID- Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti atau lebih dikenal dengan sebutan Yonif 113/Jaya Sakti merupakan salah satu batalyon TNI-AD yang ada di Aceh. Berada di bawah Kodam Iskandar Muda. Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti merupakan batalyon tertua di Aceh.
Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti merupakan salah satu batalyon TNI-AD yang memiliki sejarah panjang di Aceh. Ikut menyertai perjuangan laskar Aceh dalam mempertahankan Republik Indonesia yang baru seumur jagung kala itu.
Baca: H. Abubakar, Saudagar Bireuen yang Beri Baju Baru untuk Sukarno
Baca: Mengenang Durian Juli yang Tinggal Kenangan
Baca: Pembantaian Teungku Bantaqiah di Beutong Ateuh
Baca: Aceh Menyelamatkan Indonesia yang Baru Seumur Jagung
Baca: Tragedi Hilangnya Saudagar Bireuen di Rimba Aceh Selatan
Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti yang berlogo badak hitam, berasal dari Yonif IX Divisi Gadjah-1/Aceh, yang bermarkas di Langsa, Aceh Timur, pada 1 September 1946. Batalyon ini juga dikenal dengan sebutan Batalyon Alamsyah. Markas batalyon tersebut berada di Kuala Simpang, Aceh Timur—saat ini Aceh Tamiang.
Inilah batalyon pertama yang dikirim ke Medan Area pada tahun 1946, menghalau tentara Inggris dan Belanda yang mencoba kembali menguasai Indonesia. Pasukan Batalyon Alamsyah diberangkatkan menuju Medan Area sekitar pertengahan bulan April 1946 dengan jumlah pasukan sebanyak 200 anggota pasukan. Mulai bertempur dengan NICA dari Tiga Binanga, Kabanjahe, Terepes (Two River), hingga seterusnya ke Pancur Batu dan Tuntungan.
Di tengah revolusi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang didukung penuh oleh Aceh, batalyon Infanteri IX Divisi Gadjah-1/Aceh mengalami perubahan nama. Bukan sekali, tapi berkali-kali.
Pada tahun 1949, nama batalyon tersebut menjadi Batalyon II/ABrigade C Teritorium-I. Kemudian berubah lagi menjadi Batalyon-119/Badak Hitam Teritorium-I.
Pada tahun 1951-1952, Batalyon 119 Badak Hitam ditugaskan ke Maluku Selatan. Mereka bermarkas di Banda Neira. Di Maluku Selatan Batalyon 119 Badak Hitam ditugaskan ikut memberantas pemberontakan Permesta (Perdjuangan Rakjat Semesta) yang dipimpin oleh Alex Kawilarang.
Dalam membela negara, prajurit Batalyon 119 Badak Hitam sangat patut diapresiasi. Permesta merupakan pemberontakan yang dipimpin oleh Alexander Evert Kawilarang, seorang perwira tinggi TNI-AD, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah Aceh dan Sumatera Utara merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat kolonel. Jabatan tersebut ia sandang 28 Desember 1949.
Pada 21 Februari 1950, Alex Kawilarang mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima Tentara dan Territorium (TT) I/Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan, Sumatra Utara.
Keberaniaan prajurit TNI Yonif 119 Badak Hitam, diberikan pujian oleh Presiden Sukarno. Saat batalyon tersebut bermarkas di Meulaboh, Aceh Barat, pada tahun 1950, Sukarno yang berkunjung ke sana, memberikan pujian bahwa prajurit TNI di batalyon tersebut merupakan yang paling berani, kuat dan tegas di Aceh.
Setelah sukses mencatatkan prestasi gilang gemilang di Maluku Selatan, batalyon tersebut dikirim ke Sulawesi Tengah, dan bermarkas di Poso. Saat dikirimkan memadamkan pemberontakan Kahar Muzakar sepanjang 1952-1957, Batalyon 119 Badak Hitam, telah berganti nama menjadi Batalyon 712/Badak Hitam, Divisi I Teritorium VII Wirabuana.
Mereka dengan semangat berapi-api berjuang melawan pemberontakan Kahar Muzakar yang bergabung menjadi bagian DI/TII. Prajurit 706/Badak Hitam tak peduli siapa Abdul Kahar Muzakar. Meski memiliki jasa besar terhadap Republik Indonesia, dan bekas perwira TNI, tapi ia telah berkhianat. Setiap pemberontakan harus ditumpas.
Batalyon tersebut bertempur selama tujuh tahun di Indonesia bagian timur. Setelah pemberontakan di sana padam, mereka ditarik kembali ke Meulaboh, Aceh Barat.
Pada tahun 1961, Batalyon 706/Badak Hitam berganti nama menjadi Batalyon I/A Kodam I Iskandar Muda. Markasnya tetap di Meulaboh. Setahun kemudian—tahun 1962– berubah lagi namanya menjadi Batalyon B I-III Kodam I/IM. Markas komandonya dipindahkan ke Pidie. Kemudian pada tahun 1964 namanya berubah menjadi Batalyon B I/Kodam Aceh. Dua tahun kemudian, tepatnya 1966, namanya diganti menjadi Batalyon Infanteri 113/Badak Hitam Kodam I/IM.
Di tengah arus pembangunan dan penataan militer di Indonesia, atas perintah Pangdam Iskandar Muda, Batalyon Infanteri 113/Badak Hitam dipindahkan ke Kota Bakti (Lameulo) dan Bireuen. Penempatan Kompi Bantuan di Kota Bireuen, Kompi Bantuan A di Lampahan, Aceh Tengah, Kompi Bantuan B di Cunda, Aceh Utara, dan Kipan C di Titeue Keumala, Pidie.
Lagi-lagi, batalyon tersebut mengalami perubahan nama. Menjadi Batalyon Jaya Sakti Korem 011/LW. Terakhir batalyon tersebut menjadi Batalyon 113/Jaya Sakti, dengan logonya badak hitam.
Kompi markas berada di Blang Keutumba, Juli, Bireuen. Kompi Bantuan di Kota Bireuen, Kipan A di Lampanah Aceh Besar, Kipan B I di Cunda Aceh Utara, Kipan C di Titeue Keumala, Pidie, Kipan D di Pandrah, Bireuen dan Kipan E di Geumpang, Pidie.
Pada tahun 2003, TNI-AD melakukan sejumlah penataan ulang organisasi. Seperti membentuk batalyon pasukan elit infanteri Angkatan Darat berkualifikasi raider. Tahun 2017 Yonif 113/Jaya Sakti memulai peningkatan status menjadi satuan raider khusus.
Untuk menaungi tiga batalyon raider khusus, dibentuklah Brigade Infanteri (Brigif) 25/Siwah. Brigif 25/Siwah berdiri pada 28 Desember 2017. Markas komandonya di Lhoksukon, Aceh Utara. Tiga batalyon yang bernaung di bawah Brigif 25/Seulawah yaitu Yonif 113/Jaya Sakti, Yonif 111/Karma Bakti, dan Yonif 114/Satria Musara.
Saat ini organisasi Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti sebagai berikut:
- Markas Yonif di Blang Keutumba, Juli, kilometer 7 jalan Bireuen-Takengon.
- Kompi Bantuan di Kota Bireuen.
- Kompi Senapan A di Lhoksukon, Aceh Utara.
- Kompi Senapan B di Jim-Jim, Pidie Jaya.
- Kompi Senapan C di Kota Bakti, Pidie.
- Kompi Senapan D di Mane, Pidie.
Komandan batalyon pertama kali yaitu Kapten Infanteri Alamyah. Ia memimpin dari 1946-1956. Maka saat itu batalyon tersebut terkenal dengan sebutan Batalyon Alamsyah.
Komandan batalyon tersebut yang juga terkenal yaitu E.E Mangindaan, putra Sulawesi Selatan, yang lulus Akademi Militer pada 1964. Dia menjadi Danyonif sepanjang 1976-1977, dengan pangkat mayor. Sebelumnya juga sempat dipimpin oleh Mayor Aspar Aswin pada tahun 1975-1976.
Dari 1946 hingga Juli 2025, Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti telah dipimpin 42 komandan. Dua berpangkat kapten, 16 berpangkat mayor, dan sisanya letnan kolonel.
Sumber: Aceh Daerah Modal Long March Ke Medan Area, Aceh Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949, evolusi Kemerdekaan Indonesia di Aceh (1945-1949), tni.mil.id, kabarbireuen.com, antaranews.com. Serta sejumlah riset pustaka lainnya.