TPA Kewalahan, Sampah Aceh Bertambah Ratusan Ton Setiap Hari

Singapura Tawarkan Teknologi Pengolahan Limbah Untuk Aceh

TPA Kewalahan, Sampah Aceh Bertambah Ratusan Ton Setiap Hari
Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud saat bertemu Wali Kota Distrik Tenggara Singapura, Mohd Fahmi Bin Aliman di Darul Imarah, Kamis malam (22/8/2025). Pada pertemuan itu Singapura menawarkan teknologi pengolahan limbah untuk Aceh. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Darul Imarah— Sekretaris DLHK Aceh, Jul Rahmady, mengatakan setiap hari ratusan ton sampah Aceh menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa tertangani maksimal.

Hal itu ia sampaikan usai pertemuan Wali Kota Distrik Tenggara Singapura, Mohd Fahmi Bin Aliman, dengan Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, di Meuligoe Wali Nanggroe, Darul Imarah, pada Kamis malam, (21/8/2025).

Jul menyebut pemilahan sampah Aceh di TPA berjalan lambat karena ketiadaan infrastruktur pengolahan limbah memadai. Ia menilai perlu ada solusi konkret mengatasi masalah sampah di Aceh sebelum membesar.

“Selama ini masalah utama kita ada di sampah, terutama di TPA yang tidak tertangani dengan baik. Pemilahan sampah belum berjalan maksimal, sehingga volumenya bisa mencapai ratusan ton per hari,” terangnya.

Pada pertemuan tersebut, Wali Kota Distrik Tenggara Singapura, Mohd Fahmi Bin Aliman, menawarkan teknologi pengolahan limbah yang dinilai mampu mengatasi persoalan lingkungan di Aceh secara lebih efektif.

Wali Nanggroe menilai teknologi pengolahan limbah yang ditawarkan Singapura merupakan kebutuhan mendesak bagi Aceh. Ia menyebut teknologi yang diperkenalkan bukan hanya mampu menghasilkan air olahan yang bersih dan dapat digunakan kembali, tetapi juga memanfaatkan residu limbah agar tetap bernilai.

Baca juga: Wali Nanggroe Jajaki Rencana Pendirian Museum Dirgantara di Aceh

“Pertemuan tadi bagus sekali. Ada beberapa investor yang hadir, dan yang paling menarik adalah teknologi yang ditawarkan. Limbah bisa diolah kembali; air hasil olahan menjadi bersih dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Bahkan residu dari limbah pun masih bisa dimanfaatkan. Saya menilai teknologi ini bagus dan praktis untuk dipertimbangkan di Aceh,” ujar Malik Mahmud.

Ia juga menekankan teknologi tersebut tidak membutuhkan lahan luas. Sistem utama hanya membutuhkan ruang sekitar 12 kaki persegi, bahkan tersedia dalam bentuk skala kecil yang lebih praktis serta dapat digerakkan secara mobile.

Menurutnya, Aceh masih dalam kondisi lingkungan yang relatif baik, tetapi tanda-tanda polusi mulai terlihat. Karena itu, langkah antisipatif harus segera dilakukan.

“Aceh masih dalam kondisi lingkungan yang relatif baik, tetapi mulai terjadi polusi. Sebelum masalah ini menjadi parah, kita harus bertindak sejak dini. Saya sudah meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar mengambil kesempatan ini,” tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris DLHK Aceh, Jul Rahmady, menilai pertemuan tersebut penting karena menawarkan solusi konkret terhadap masalah sampah Aceh.

Ia mengakui selama ini persoalan utama terletak pada pengelolaan sampah, terutama di tempat pembuangan akhir (TPA) yang belum tertangani maksimal. Volume sampah Aceh bisa mencapai ratusan ton per hari, sementara pemilahan masih berjalan lambat.

“Pihak Singapura menawarkan mesin pengolahan limbah yang sudah terbukti berhasil di sana, baik untuk limbah cair, padat, industri, hingga B3,” jelasnya.

Turut hadi pada pertemuan tersebut Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, Staf Khusus Wali Nanggroe Dr. Muhammad Raviq dan Dr. Rustam Effendi, Majelis Tuha Peut Prof. Syahrizal Abbas, Khatibul Wali Abdullah Hasbullah, serta Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Jul Rahmady, bersama staf PSLB3.

Artikel SebelumnyaIuran BPJS Naik Bertahap Mulai 2026
Artikel SelanjutnyaTak Terima Hasil Tes DNA Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Ini Benih Dia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here