Saksikanlah wahai pencaci Tu Sop! Saksikan! Kalian sudah menyaksikan.
Tu Sop dicaci maki oleh banyak orang kala memilih terjun ke dalam dunia politik praktis. Sejak 2017 Tu Sop diteriaki sebagai ulama pecinta dunia (hubbud dunya). Bahkan ketika bersedia menerima pinangan dari Bustami Hamzah sebagai bakal calon Wakil Gubernur Aceh, Tu Sop bukan hanya dicaci, tapi juga difitnah telah melakukan korupsi uang kain kafan.
Beberapa hari sebelum Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab ( Tu Sop) meninggal dunia, seseorang membuat video di TikTok yang menyatakan bahwa Tu memiliki tiga istri, dan telah menggelapkan uang kain kafan.
Orang tersebut dalam pernyataan di Tiktok-nya menyebutkan bila Tu Sop mengelola Rp40 miliar uang kain kafan, 20 miliar tidak jelas dikelola oleh sang ulama.
Baca: Breaking News: Tu Sop Meninggal Dunia
“Man hana taseurang ulama, sayang teuh. 40 miliar peng, 20 miliar yang meuhoe, yang laen hoe geuba peng ija gaphan, hoe geuba?”
Itu salah satu cuplikan pernyataan yang menimbulkan multi tafsir. Uang kain kafan itu uang apa? Nyaris tidak pernah ada anggaran daerah yang diplot untuk uang kain kafan. Lalu uang apa yang dimaksud itu? kiranya sang pemberi pernyataan perlu dimintai klarifikasi, supaya terang benderang.
Sang ulama pendiri Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunib, merupakan seorang pendakwah yang sangat egaliter. Sejak muda dikenal sebagai sosok yang cerdas, rendah hati, dan bervisi jangka panjang.
Ayah Sop—demikian sebagian orang memanggilnya—merupakan cendekiawan Islam yang sangat peduli pada pengembangan ekonomi. Selain berdakwah memperkuat aqidah umat, allahyarham juga seorang pelaku ekonomi yang sangat serius.
Ketika ia memutuskan terjun ke dunia politik praktis, ditandai dengan majunya Ayah Sop dengan dr. Purnama Setia Budi pada Pilkada Bireuen 2017, mulailah serangkaian fitnah dan cacian ditujukan kepada dirinya.
Macam-macam isu ditujukan kepada sang cendekia.
Walau difitnah, dicaci, dinamimahkan dengan cara-cara yang di luar batas demokrasi, Tu Sop tetap tersenyum. Allahyarham menganggap para pencacinya belum mengetahui tujuan yang hendak dicapai. Bila mereka tahu, sungguh cacian itu tidak ada.
Ayah Sop selalu berpikir positif. Berbalik dengan orang-orang yang mencaci dirinya. Sebagian mereka bukan dari kalangan jahil, tapi dari golongan yang diperbudak nafsu angkara. Mereka menghujat sang ulama, demi menggagalkan sang pelita menjadi tampuk pimpinan.
Allah Maha Besar. Lihatlah, Sabtu pagi, 7 September 2024, langit Aceh mendung. Tiba-tiba terbit kabar bila sang ulama telah meninggal dunia di Rumah Sakit Brawijaya Tebet, Jakarta Selatan. Ayah Sop meninggal pada pukul 08.10 WIB.
Tak perlu banyak analisis untuk memperlihatkan bahwa Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab sebagai sosok mulia di sisi Allah. Sejak kepergiannya pagi itu, pernyataan duka datang dari segenap elemen. Dari rakyat kecil sampai pejabat tinggi. Dari dalam Aceh hingga luar Aceh.
Saksikanlah wahai pencaci Tu Sop! Lihatlah wahai tukang rendahkan Tu Sop! Lihatlah wahai orang-orang yang menyebut nama Tu Sop dengan kalap Toke Sop dengan tujuan menghina dirinya! Lihatlah wahai pendulang opini yang menyamakan Tu Sop dengan politisi kelas rendahan di dalam demokrasi. Lihatlah! Allah yang memuliakan allahyarham.
Semua orang menantikan ketibaan jenazah sang ulama di tanah Serambi Mekkah. Dari bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, jenazahnya ditunggu oleh banyak orang.
Saksikanlah wahai pencaci Tu Sop! Hampir 10 ribu orang menyalatkan jenazah Ayah Sop di Masjid Raya Baiturrahman. Orang-orang yang datang ke masjid, berlinang air mata kala melihat keranda sang ulama diusung. Mereka berduka, sang pelita telah pergi.
Saksikanlah wahai pencaci Tu Sop, jenazahnya juga disalatkan ribuan orang di Dayah Kuta Krueng, Pidie Jaya, di Dayah MUDI Mesra Samalanga. Jangan tanya di Dayah Babussalam Al-Aziziyah. Berkali-kali jenazah sang cendekia disalatkan.
Saksikanlah wahai pencaci Tu Sop! Puluhan ribu orang menyalati jenazahnya. Itulah bukti bahwa Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab merupakan hamba Allah yang mulia. Allahyarham hamba pilihan-Nya. Allahyarham, hamba yang dicintai Allah.
Wahai pencaci, bila kamu ada waktu, datanglah ke Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunib. Sampai sekarang ribuan orang datang silih berganti, menziarahi maqbarah sang ulama. Jangan kau tanya berapa yang memberikan sumbangan untuk mempermudah pelaksanaan acara tahlilan di dayah tersebut. Dari segala penjuru mata angin datang sumbangan. Allahuakbar!
Bagi siapapun yang telah terlanjur mencaci allahyarham, bila Ayah masih hidup, beliau pasti akan memaafkanmu. Ayah tidak pernah merasa terhina dengan hinaan, Ayah tidak pernah merasa rendah kala kalian rendahkan. Ayah Sop tidak pernah merasa kecil kala kalian kerdilkan.
Karena Tu Sop adalah seorang Ayah. Karena Allahyarham seorang guru, seorang pembimbing. Ia tahu masih banyak orang jahil yang tidak tahu diri. Dia tahu masih banyak orang cerdas tapi tak bertakwa. Ia tahu masih banyak orang yang diperbudak hawa nafsu amarah.
Bagaimana dengan video cacianmu yang terus bergulir? Itu akan menjadi dosa jariahmu. Dosa yang terus mengalir kepadamu, bilamana video itu terus ditonton. Bahkan dosa itu akan terus mengalir hingga engkau ada di dalam kubur. Bilamana video itu terus diputar, terus ditonton, maka engkau akan terus menuai dosa.
Minta maaflah secepat mungkin. Bertaubatlah dengan taubatan nashuha.
Bilakah kepergiaan Tu Sop tidak menjadi pelajaran, maka sungguh hatimu telah membatu.