Pusat Perbelanjaan di Banda Aceh Sepi

Pusat Perbelanjaan di Banda Aceh Sepi
Plaza Aceh terlihat sepi pada Jumat (9/5/2025). Pramuniaga mengatakan suasana tersebut sudah berlangsung beberapa waktu. Foto: Muhajir Juli/ Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Dua pusat perbelanjaan besar di Banda Aceh, terlihat sepi pada Jumat sore (9/5/2025). Bahkan Plaza Aceh di Jl. T. Hasan Dek, Beurawe, Kec. Kuta Alam, Banda Aceh, bukan hanya sepi, tapi juga terasa tidak lagi dingin.

Tidak ada antrean yang memanjang. Pengunjung juga tidak berdesak-desakan di Suzuya Simpang Lima, Banda Aceh. Pengunjung hanya terlihat ramai di lantai satu. Sedangkan di lantai dua dan tiga yang menjual mobiler rumah tangga, tidak ada pengunjung.

Laporan pandangan mata wartawan Komparatif.ID, Suzuya di bekas gedung Pante Pirak Swalayan, tidak padat pengunjung. Meskipun terlihat ramai, tapi tidak sampai berdesak-desakan. 

Pengunjung hanya berada di lantai satu, tempat membeli barang kebutuhan dapur dan aneka jajanan. 

Saat Komparatif.ID beranjak ke lantai dua dan tiga, nyaris tidak ada pengunjung. Yang terlihat di sudut-sudut hanyalah pramuniaga. 15 menit Komparatif.ID di lantai dua, tidak seorang pramuniaga pun mendekat. Mungkin mereka paham, bilapun ada yang datang, sekadar cuci mata.

Pemandangan lebih ekstrim terpampang di Plaza Aceh yang terletak di Beurawe. Dari lantai pertama hingga ke lantai dua dan tiga, pengunjung terlihat sepi. 

Bagian food court di lantai pertama, gerai makanan terlihat sepi. Demikian juga outlet jilbab, parfum dan perhiasan. Pramuniaga banyak yang Nnampak duduk-duduk saja sembari merapikan barang dagangan.

Baca juga: Jumlah UMKM di Aceh Capai 624.521 Unit, Mengapa Ekonomi Aceh Stagnan?

Pada bagian penjualan pakaian laki-laki dan perempuan, lebih ramai pramuniaga ketimbang pembeli. Pekerja lebih banyak berdiri bengong, atau sekadar bicara pelan dengan sesama pekerja. Nyaris tidak ada pembeli yang dapat dilayani.

Pendingin udara juga tidak menyemburkan udara sejuk seperti pada hari-hari lainnya. Seorang pramuniaga mengatakan manajemen memutuskan mengurangi operasi pendingin udara, demi menghemat anggaran operasional.

Bukan hanya di pusat perbelanjaan, sejumlah pedagang di pasar tradisional menyampaikan hal yang sama. meskipun tetap ramai, tapi pembeli mengurangi jumlah barang yang dibeli.

“Sekarang menjual sayuran saja sudah agak susah. Konsumen hanya membeli barang yang mereka sangat butuhkan. Biasanya ibu-ibu mudah dipengaruhi dengan layanan ramah dan harga miring. Kali ini segala daya upaya membujuk tak berhasil,” kata seorang pedagang sayur di Lambaro, Aceh Besar.

Pedagang rokok di Lampineung, Banda Aceh, menyampaikan situasi yang setali tiga uang. Biasanya rokok laku keras. Sekarang untuk mendapatkan keuntungan Rp50 ribu saja susah.

“Saya baru dua bulan menjual rokok. Sebelumnya saya bekerja pada perusahaan konsultan pembangunan. Sudah beberapa bulan tidak ada job. Saya akhirnya resign sementara. Kenapa menjual rokok? Karena inilah yang paling mudah dijual saat ini,” kata pedagang rokok berusia 55 tahun.

Pedagang kuliner yang ditemui Komparatif.ID di beberapa titik di Banda Aceh juga menyampaikan kondisi serupa. Omzet mereka turun drastis. Warung kuliner yang sebelumnya terlihat ramai, banyak yang sepi.

“Mudah-mudahan kondisi ini tidak terlampau lama lagi,” harap seorang pedagang kuliner yang ditemui di kawasan Batoh.

Artikel SebelumnyaRumah Karyawan BPRS Gayo Disita, Diduga Terkait Kredit Fiktif Rp48 Miliar
Artikel SelanjutnyaHati-Hati, LPS Tak Jamin Simpanan Nasabah yang Terima Cashback dari Bank
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here