Gegara semakin banyak isu-isu investor angin yang berhasil masuk ke ring 1 Gubernur Aceh, saya tergerak mencari tahu tentang hal ihwal PT Flora Agung Grup, yang beberapa waktu lalu menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pabrik refinery
Sebagai warga Aceh yang sangat berharap Serambi Mekkah akan menjadi sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang maju dan rakyatnya makmur, setiap kali mendapatkan informasi tentang peluang bisnis, pasti saya akan mencari tahu lebih jauh.
Baca: Mualem Teken MoU Pembangunan Pabrik Minyak Goreng
Makanya, Ketika membaca berita (seremonial) tentang penandatanganan MoU pembangunan pabrik refinery dan beberapa komitmen bisnis lainnya di sektor agro industri, antara Pemerintah Aceh dan PT Flora Agung Grup, Selasa, 27 Mei 2025, saya langsung berselancar di internet, mencari tahu lebih jauh tentang perusahaan itu.
Pertama sekali saya mencari website PT Flora Agung. Saya berhasil menemukannya. Alamat situsnya floraagung.com. Tidak banyak yang dapat digali dari website itu. Beberapa foto yang diposkan di website floraagung.com, merupakan foto crosspost yang mudah ditemukan di internet. Foto alat berat, kapal kargo, dan beberapa foto lainnya, bukan foto asli milik perusahaan tersebut.
Di situs itu dicantumkan enam alamat kantor, satu di Jakarta, lima di beberapa daerah, termasuk Aceh Tengah. Selain itu tak ada informasi yang dapat didapatkan di sana. Tak satupun portofolio yang dapat dijadikan rujukan.
Di Google, pemberitaan tentang Flora Agung Group hanya penandatanganan MoU dengan Pemerintah Aceh. Tidak ada berita atau artikel lainnya yang membahas tentang kiprah perusahaan tersebut di sektor apa pun di luar teken MoU.
Demikian juga Ketika saya berselancar mencari nama CEO PT Flora Agung Grup, Ivansyah. Lagi-lagi namanya di sebut dalam pemberitaan yang sama. Ketika nama jabatan dan nama yang bersangkutan diketik di Google, dari halaman pertama hingga ketiga, sama; masuk dalam berita teken MoU dengan Mualem. Selain itu tidak ada.
Saya tidak bermaksud menganggap PT Flora Agung Grup tidak kompeten dalam bisnis. Bukan juga bermaksud merendahkan semangat putra Aceh yang ingin membangun kampung halaman. Tapi sebagai warga Aceh saya berhak menggali informasi apa pun, sejauh tidak melanggar undang-undang. Supaya apa? Supaya tidak salah dalam mengonsumsi informasi. Supaya tidak salah dalam memahami kondisi.
Bila ditanyakan kepada saya, berapa persen saya percaya PT Flora Agung akan benar-benar berinvestasi seperti yang disampaikan? Dengan tanpa portofolio, jelas saya meragukannya. Karena banyak model beginian di Indonesia dan negeri-negara ketiga lainnya di berbagai belahan dunia.
Sudah sejak lama, di setiap pergantian kepala daerah, selalu saja berdatangan “investor angin”. Datang ke Aceh dengan pengagungan luar biasa. Dielu-elukan sebagai pebisnis besar, akan menggarap sektor ini sektor itu, diberi akses ke pendopo, dan kemudian makan malam, proh ok, foto, dan kemudian kegiatan itu dirilis dalam bentuk siaran pers. Tapi setelah itu, kisahnya tidak berlanjut.
Bukan sekali dua kali, mungkin sudah ribuan kali. Bila kita hitung sejak damai saja, mungkin MoU yang diteken oleh Pemerintah Aceh hingga kabupaten/kota telah cukup sebagai bahan material utama pembangunan jembatan lintas Aceh-Sabang. Begitu banyak yang sudah diteken, diberitakan, tapi kemudian sekadar menjadi lembaran usang tak berguna.
Dokumen-dokumen itu, bila dibuatkan museum Khusus seperti Museum Aceh, mungkin sudah harus dibuatkan bangunan baru.
Rakyat Aceh harus jeli menghitung, sejak duduk sebagai Gubernur Aceh, sudah berapa kali Mualem disibukkan melayani investor yang dibawa oleh ureueng meuangen ke Pendopo? Berapa yang benar-benar calon investor yang portofolionya jelas, dan berapa banyak yang sekadar investor angin. Sejauh pengetahuan saya, investor angin lebih dominan. Tapi bisa saja saya salah hitung.
Menjadi rakyat di daerah yang masih ada pejabatnya selalu menyalahkan Indomaret dan Alfamart ketika penjual sayur mengeluh tidak laku, harus lebih smart. Karena pemimpin kita seringkali merupakan kombinasi ureueng bulut, pemimpin culas, dan sebagian lainnya tak open keadaan. Kalau tidak, kita selalu dimasukkan dalam kaus kaki bau milik mereka, yang tega menyalahkan orang lain, demi menutupi kebusukan diri.
Rahmadi Yakop. Rakyat Aceh yang peduli pada pembangunan.
Klo diliat dari bagian partnernya, perusahaan itu bukan kaleng2. karena nggak mungkin asal taruh logo partner tanpa izin di website mereka, tapi mengingat ini indonesia, ada kemungkinan juga ditaruh tanpa izin. sama halnya dengan orang yang asal ucap kenal sama si a, si b, si c.
itu website floraagung juga dibikin sama perusahaan mantisagroup, yang saya duga mereka2 juga pemiliknya, karena ada berita floraagung dan mualem, mustahil muncul berita jika nggak ada hubungannya.
perusahaannya kemungkinan besar legit. tapi soal investasi wallahua’lam.