Partai Aceh Harus Berani Keluar dari Zona Nyaman

Bila tidak ingin anjlok, Partai Aceh garus berbenah. Demikian disampaikan Saifuddin Bantasyam saat membekali peserta bimtek PA di He4mes Palace Hotel, Sabtu (19/11/2022). Foto: for Komparatif.id.
Bila tidak ingin anjlok, Partai Aceh garus berbenah. Demikian disampaikan Saifuddin Bantasyam saat membekali peserta bimtek PA di He4mes Palace Hotel, Sabtu (19/11/2022). Foto: for Komparatif.id.

Banda Aceh, Komparatif.ID–Partai Aceh bila ingin mempertahankan jumlah kursi di parlemen, harus berani keluar dari zona nyaman. Bila tidak, PA akan mengalami keanjlokan suara karena publik yang sudah sangat pesimis terhadap partai lokal.

Hal tersebut disampaikan Saifuddin Bantasyam, dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala pada acara bertema “Bimbingan Teknis Anggota DPRA dan DPRK Partai Aceh ban sigom-Aceh”  yang diinisiasi oleh Ketua Fraksi PA DPRA Tarmizi, S.P, Sabtu(19/11/2022).

Baca juga: Mualem Mundur dari Partai Gerindra

Saifuddin mengatakan parlok masih memiliki waktu 13 bulan untuk memperbaiki diri. Tak terkecuali bagi Partai Aceh yang pada tiga pemilu terakhir selalu berhasil meraih lebih banyak kursi dibandingkan parlok dan parnas lain. Meski terus menang, perolehan kursi PA terus berkurang.

Menurut Saifuddin, PA antara lain bisa melaksanakan evaluasi dengan menggunakan analisis SWOT, mematangkan penerapan konsep pemasaran politik (political marketing), dan juga mengubah cara atau teknik kampanye pemilu 2024 dalam situasi yang sudah berubah.

“PA harus cari tahu apa kekuatan dan kelemahan PA dalam beberapa tahun belakangan ini dan juga apa kira-kira kesempatan yang dapat dimanfaatkan, serta mengidentifikasi ancaman apa saja yang mungkin muncul yang berpotensi menggerus suara PA pada pemilu 2024,” terang Saifuddin di di Hotel Hermes, Banda Aceh.

Mengenai political marketing, jelas Saifuddin, sekali PA sepakat menerapkan pola pemasaran komersial ke dalam proses politik maka PA wajib berada dalam posisi mengadopsi dan memuaskan kebutuhan para pemilih.

Hal ini penting, karena basis filosofis konsep pemasaran adalah bahwa konsumen menginginkan kepuasan.

“Konsep pemasaran juga menegaskan bahwa kebutuhan konsumen adalah hal paling penting, kebutuhan ini harus diidentifikasi, dan kemudian diberi respons secara cepat. Cara responnya bisa beragam bentuknya, termasuk keluar dari zona nyaman jika diperlukan,” jelas Saifuddin.

Saifuddin mengatakan masyarakat kini semakin cerdas, serta juga memilih berdasarkan track record masa lalu. Akibatnya, isu-isu yang memiliki nilai jual di masa lalu, ke depan mungkin tak lagi sepenuhnya laku.

”Jadi, PA harus memikirkan, selain misalnya tentang MoU Helsinki, perdamaian, sejarah, maka apa hal-hal baru yang bersifat substantif yang bisa menarik perhatian pemilih sebagai barang jualan dalam pemilu 2024,” sambung Saifuddin.

Ketua DPRA Saiful Bahri (Pon Yahya) dan Sekretaris Jenderal PA Kamaruddin Abubakar (Abu Razak), sepakat dengan beberapa saran Saifuddin.

Keduanya meminta perhatian para anggota DPRA dan DPRK asal PA di seluruh Aceh untuk dapat melakukan evaluasi dan kemudian mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyambut pemilu 2024, demi memenangkan Partai Aceh.

Artikel SebelumnyaMenyambut Kaukus Pemuda Pidie
Artikel SelanjutnyaKontingen Porwanas PWI Aceh Terjebak Longsor di Tamiang
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here