Nezar Patria Bicara Bisnis Ekonomi Digital

Ekonomi digital
Wamen Kominfo Nezar Patria (ketiga dari kiri) saat melakukan peluncuran MARKAS Aceh di Banda Aceh, Kamis (28/3/2024). Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Banda AcehNezar Patria lagi-lagi bicara ekonomi digital di halamannya; Banda Aceh. Ia pulang—untuk kesekian kalinya—dalam kapasitas Wakil Menteri Informasi dan Komunikasi (Wamen Kominfo) RI.

Kali ini, Kamis (28/3/2024) Nezar Patria berpidato tentang ekonomi digital di depan seratusan anak muda Aceh yang sedang antusias. Sebagai generasi hybrid, Nezar merasa punya tanggung jawab untuk membangun kampung halamannya; Aceh.

Saat berpidato di Kuala Village yang beralamat di Lambaro Skep, Kota Banda Aceh, Nezar Patria mengajak anak muda Aceh untuk memaksimalkan ruang digital untuk pengembangan bisnis. Ia ingin Angkatan muda Aceh dapat bertumbuh menjadi sangat besar dengan memanfaatkan platform digital.

Sektor ekonomi digital terus berkembang—dan sangat menggembirakan di Indonesia. Tahun 2022 pertumbuhannya 5,11 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional.

Tahun 2023, melonjak tajam, menjadi 40 persen dari total PDB Nasional. Sebuah pencapaian yang fantastis.

Baca: Tangkal Hoaks, Nezar Dorong Literasi Digital

Sektor e-commerce saat ini beromzet 68 miliar USD, transportasi dan makanan 7 miliar USD, perjalanan daring 6 miliar USD, dan media daring 7 miliar USD.

Dari segi jumlah, pertumbuhan startup di Indonesia sangat signifikan. Saat ini jumlahnya mencapai 2.566 entitas, berada di peringkat nomor 1 di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor enam di dunia.Startup Indonesia menguasai 1/3 funding di Asia Tenggara dengan nilai 7,4 miliar dollar US selama funding winter. Sebuah pencapaian yang fantastis.

Sektor ekonomi digital di Indonesia masih sangat luas yang dapat digarap. Beberapa peluang yang memungkinan pertumbuhan gilang-gemilang yaitu penetrasi internet di Indonesia saat ini 79,5%. Indek Daya Saing Digital (IDSD) Indonesia berada di peringkat 45 dunia. Sangat menjanjikan. Kemudian potensi peningkatan kepercayaan investor pada startup yang dapat memicu IPO di tahun 2024.

Pun demikian, Nezar Patri mengingatkan selain peluang, juga terdapat tantangan yaitu persaingan usaha antara pelaku lokal dan global sangat tinggi. Kemudian, perihal technology race yaitu keterjangkauan akses teknologi; tatakelola artificial intelligent, chip war, dan lain-lain.

Dalam pidato tersebut Nezar menceritakan kisah sukses usaha di bidang ekonomi digital. Dua contoh yang dikisahkan oleh Nezar Patria yaitu eFishery dan Waste4change.

Pidato Nezar Patria memang tidak meledak-ledak. Ciri khasnya sebagai jurnalis senior dan profesional yang telah matang, terlihat jelas. Tapi pidatonya sangatlah menginspirasi.

Saat ia bercerita tentang eFishery, sebuah startup yang kini telah menjadi unicorn, Nezar seperti sedang berkisah tentang sosok yang monumental. Gibran Huzaifah yang merupakan CEO dan Co-Founder eFishery, kini telah menjadi seorang pemain penting di sektor agroteknologi.

Omzet eFishery saat ini telah mencapai 6 triliun. Bisnis peternakan lele yang ia mulai pada 2013, kini telah merambah ke banyak daerah. “Bila Anda makan nasi uduk di Jakarta, bisa jadi Anda sedang menikmati ikan lele yang diproduksi oleh eFishery,” kata Nezar.

Gibran berkontribusi memberdayakan 200 ribu nelayan di 280 kota di Indonesia sejak 2013.

Demikian juga Waste4change, sebuah startup penyedia layanan pengelolaan limbah untuk mengubah perilaku orang pada sampah, dengan memfokuskan kegiatan pada sektor consult, campaign, collect, and create.

Waste4change telah memiliki 218 pelanggan B2B, 3450 pelanggan B2C, dan mengelola lebih kurang 8000 ton sampah per tahun.

Walau demikian, Nezar Patri mengingatkan bahwa bisnis ekonomi digital juga tidak akan bertumbuh seketika. Membutuhkan waktu, tergantung sepakar apa pengelolanya.

“Paling penting untuk amati, tiru, dan modifikasi. Bisnis ekonomi digital tidak sekadar membutuhkan inovasi, tapi dapat memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.di mana-mana, startup selalu beranjak dari keprihatinan,” kata Nezar.

Sebagai putra Aceh, Nezar Patria tentu punya perhatian lebih untuk kampung halamannya. Dia mengatakan saat ini baru dua kota yang memiliki MARKAS—sebuah startup communityyang dibina oleh pemerintah. Pertama di Jakarta, kedua di Surabaya. Ketiga di Banda Aceh.

“Dukungan Pemerintah Aceh sangat baik. Pemerintah Aceh telah memberikan satu gedung di kawasan Lampineung untuk MARKAS Aceh berkantor. Nanti kita akan pasok semua kebutuhan di sana. Termasuk para coach dan lain-lain,” kata Nezar yang disambut tepuk tangan anak-anak muda yang datang pada acara Launching MARKAS Aceh.

Ekonomi digital tidak bisa digerakkan oleh satu orang. Tapi membutuhkan ekosistem besar. Oleh karena itu ekonomi digital membutuhkan sinergisitas antar sektor.

Di ujung pidatonya Nezar mengingatkan bahwa tidak ada kesukseskan yang diperoleh dalam satu malam. Siapa saja harus berjuang dengan sungguh-sungguh, berkolaborasi, belajar bersama. “Pasti ada gagal sebelum sukses. Gibran membutuhkan masa 10 tahun hingga akhirnya startup eFishery menjadi unicorn.

Artikel SebelumnyaRealisasi APBA 2023 Tertinggi se-Indonesia
Artikel SelanjutnyaCerianya Ketua DPRA Saat Bertandang ke PWI
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here