Nadhira Raup Cuan di CFD Sambil Garap Skripsi

Nadhira Raup Cuan di CFD Sambil Garap Skripsi Nadhira Fatwa (22), mahasiswa informatika USK saat menjajakan kue-kue basah buatannya di area CFD Banda Aceh. Foto: HO for Komparatif.ID.
Nadhira Fatwa (22), mahasiswa informatika USK saat menjajakan kue-kue basah buatannya di area CFD Banda Aceh. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Setiap Minggu pagi, suasana Car Free Day (CFD) Banda Aceh selalu ramai dengan hiruk-pikuk masyarakat yang ingin menikmati udara segar sambil berolahraga ringan. Di tengah keramaian itu, terlihat sebuah lapak sederhana milik Nadhira Fatwa (22), mahasiswa semester akhir dari Universitas Syiah Kuala (USK) jurusan Informatika.

Meskipun jadwal kuliahnya padat dengan harus menghadap para dosen untuk bimbingan dan tengah menghadapi proses akhir skripsi, Nadhira berhasil memanfaatkan waktu luangnya dengan berjualan kue-kue basah yang kini menjadi favorit di kalangan pengunjung CFD Banda Aceh.

Berjualan di CFD bukanlah pengalaman pertama bagi Nadhira. Sebelumnya, ia sudah sering menjajal peruntungannya di berbagai event seperti festival UMKM dan acara yang diadakan oleh pihak bank maupun pemerintah daerah.

Semangatnya untuk berjualan semakin bertambah setelah melihat minat pelanggan yang begitu tinggi terhadap produk kue-kue yang ia tawarkan. Menurut Nadhira, atmosfer CFD yang selalu dipenuhi pengunjung membuatnya semakin bersemangat untuk menekuni bisnis kecilnya ini.

Nadhira menjual beragam jajanan kue basah yang menggugah selera, mulai dari bomboloni, risol mayo, risol ayam, lemper, hingga brownies. Di antara semua pilihan, bomboloni dan risol mayo adalah dua jenis jajanan yang paling laris dan kerap menjadi incaran pertama para pelanggan.

Bomboloni buatan Nadhira memiliki tekstur yang empuk dan lembut dengan isian krim vanila yang manis dan lumer di mulut. Tidak terlalu manis dan beraroma segar, setiap gigitan bomboloni selalu memberikan kenikmatan yang membuat pelanggan kembali lagi untuk membelinya.

Selain itu, risol mayo-nya juga menjadi favorit banyak orang. Dengan kulit luar yang renyah dan gurih, risol ini memiliki isian mayones yang creamy, potongan ayam yang lembut, serta taburan keju yang menambah cita rasa unik.

Kombinasi rasa asin dan creamy yang pas membuat risol mayo Nadhira begitu lezat hingga habis dalam hitungan jam. “Untuk bomboloni dan risol mayo, itu yang paling cepat habis. Kalau datangnya telat, sering kali sudah tidak kebagian,” ungkap Nadhira sambil tersenyum.

Perjalanan bisnis Nadhira dimulai dari media sosial. Ia pertama kali memasarkan jajanannya di Instagram dan WhatsApp, saat ia sering membagikan foto-foto produknya yang menarik.

Melihat antusiasme dari teman-teman di media sosial, Nadhira merasa lebih percaya diri untuk mencoba berjualan di event-event besar, seperti festival UMKM. Setelah mendapatkan respons positif, Nadhira akhirnya memutuskan untuk membuka lapaknya secara rutin di CFD.

Baca juga: Tips Menjaga Berat Badan Ideal ala Mahasiswi Fisika USK

“Awalnya saya hanya coba-coba di media sosial, mem-posting snap di WhatsApp dan Instagram. Ternyata, teman-teman di media sosial memberi respons positif. Itu yang membuat saya lebih yakin untuk berjualan di acara-acara besar dan akhirnya sekarang di CFD,” ceritanya.

Kini, ia bahkan melayani pesanan khusus atau open pre-order (PO) untuk jajanan yang paling laris seperti bomboloni dan risol ayam mayo. Pelanggan juga bisa memesan jajanan favorit itu melalui media sosial Nadhira.

Meski usahanya semakin dikenal, perjalanan Nadhira tidak selalu mulus. Ada beberapa tantangan yang ia hadapi selama berjualan di CFD. Salah satu kendala yang kerap dihadapi adalah cuaca yang sulit diprediksi.

“Kalau hujan datang tiba-tiba, kadang mau pulang tapi sayang karena sudah bangun pagi-pagi dan mempersiapkan semua,” ujar Nadhira.

Cuaca terik yang terlalu panas juga bisa menjadi tantangan, karena jajanan yang terpapar sinar matahari langsung sering kali berubah teksturnya dan tidak lagi selembut saat pertama kali dihidangkan.

Selain itu, adanya sistem rolling tempat yang diterapkan oleh pihak CFD juga mengharuskan para pedagang berpindah-pindah lokasi setiap minggunya. Meskipun ini menjadi tantangan tersendiri, Nadhira tetap bersemangat dan menganggap ini sebagai bagian dari proses dalam menjalankan usahanya.

“Tempat jualan di CFD tidak bisa dipatok, jadi kita harus siap-siap pindah tempat setiap minggu. Tapi ini bukan masalah besar, yang penting pelanggan tahu kita tetap berjualan di CFD,” tambahnya.

Meskipun usahanya ini dimulai dengan sederhana, Nadhira memiliki cita-cita besar untuk masa depannya. Setelah menyelesaikan skripsi, ia berencana fokus mengembangkan bisnis kulinernya.

Impiannya adalah membuka outlet sendiri agar bisa menjual lebih banyak varian jajanan dan memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi para pelanggan. Ia menyadari bahwa menjadi pengusaha tidak selalu mudah, apalagi bidang ini berbeda dengan jurusan yang ia ambil.

Namun, Nadhira percaya setiap tantangan adalah pelajaran berharga yang akan membawanya semakin dekat ke tujuan.

“Setelah selesai kuliah, saya ingin fokus membangun usaha ini, walaupun berbeda dengan jurusan saya. Tantangan seperti ini justru membuat saya belajar lebih banyak. Saya percaya semua pengalaman ini adalah investasi untuk masa depan,” imbuhnya

Artikel SebelumnyaAceh Bakal Gelar Silaturahmi Nasional FKUB
Artikel SelanjutnyaDuel Sengit Irwan Djohan vs Illiza Soal Bioskop Syariah

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here