Ini Kota Polusi Tertinggi di Dunia, Bukan Jakarta!

Bukan Jakarta, Kota Ini Didaulat Sebagai Kota Polusi Tertinggi di Dunia Kota terbesar kedua di Pakistan. Foto: Reuters.
Kota terbesar kedua di Pakistan. Foto: Reuters.

Komparatif.ID— Menurut laporan tahunan World Quality Index kota dengan polusi tertinggi di dunia bukanlah Jakarta atau New Delhi. Kota terbesar kedua di Pakistan, Lahore justru menjadi kota dengan tingkat polusi tertinggi yang bahkan sampai mengancam jutaan penduduknya.

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh organisasi lingkungan internasional tersebut, kota Lahore di Pakistan dinobatkan sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Penilaian ini didasarkan pada data kualitas udara yang dikumpulkan sepanjang tahun 2023, dimana Lahore menunjukkan konsentrasi polutan yang berbahaya pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Lahore, Pakistan, dengan indeks kualitas udara di angka 179, Dhaka (Bangladesh) di angka 164, dan di urutan ketiga Manama (Bahrain) di angka 158.

Lahore mengalami peningkatan pesat dalam jumlah kendaraan bermotor seiring dengan pertumbuhan populasinya yang eksplosif. Kurangnya regulasi emisi yang ketat membuat kendaraan tua dan tidak ramah lingkungan masih banyak beroperasi, menghasilkan sejumlah besar gas beracun seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan partikel halus (PM2.5 dan PM10).

Sebagai pusat industri utama di Pakistan, Lahore memiliki banyak pabrik dan fasilitas manufaktur. Kebanyakan dari industri ini menggunakan teknologi lama yang tidak efisien dan tidak memiliki sistem pengendalian polusi yang memadai. Pembakaran bahan bakar fosil dalam proses industri melepaskan sulfur dioksida (SO2) dan partikel-partikel lainnya yang sangat merusak kualitas udara.

Pembakaran sampah terbuka, termasuk limbah plastik dan bahan beracun lainnya, menjadi pemandangan umum di Lahore. Praktik ini dilakukan baik oleh masyarakat maupun industri kecil, melepaskan zat beracun ke udara yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Proyek pembangunan infrastruktur yang masif menambah tingkat polusi dengan menyebarkan debu dan partikel halus ke udara. Tanpa pengendalian debu yang memadai, aktivitas ini secara signifikan memperburuk kualitas udara.

Baca juga: Pencemaran Batu Bara di Aceh Barat, Menteri LHK: Langsung Lapor Saya!

Dampak Kesehatan Akibat Polusi
Polusi tertinggi di Lahore menyebabkan lonjakan kasus penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PM2.5 dan PM10, partikel yang sangat halus, dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan aliran darah, menyebabkan iritasi dan peradangan.

Paparan jangka panjang terhadap polusi udara meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Polutan seperti karbon monoksida dan nitrogen dioksida dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, penebalan arteri, dan bahkan serangan jantung.

Anak-anak yang tinggal di Lahore sangat rentan terhadap dampak polusi udara. Infeksi saluran pernapasan akut menjadi lebih umum, dan polusi udara dapat mengganggu perkembangan paru-paru serta fungsi kognitif mereka.

Otoritas setempat telah memperkenalkan program inspeksi kendaraan dan regulasi emisi yang lebih ketat untuk mengurangi polusi dari transportasi. Namun, implementasi yang lemah dan korupsi sering menghambat efektivitas kebijakan ini.

Upaya untuk meningkatkan standar lingkungan di industri sedang berlangsung, termasuk penerapan teknologi bersih dan pengawasan emisi. Namun, resistensi dari sektor industri dan kurangnya dana menjadi hambatan besar.

Program-program pengelolaan sampah baru sedang dikembangkan untuk mengurangi pembakaran sampah terbuka. Pemerintah juga menggalakkan daur ulang dan pengelolaan limbah yang lebih baik.

Proyek penghijauan kota dan pembangunan taman-taman publik sedang digalakkan untuk membantu menyerap polutan dan memperbaiki kualitas udara. Penanaman pohon di sepanjang jalan raya dan area industri juga menjadi prioritas.

Mengatasi krisis polusi memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Dukungan teknologi dan pendanaan dari komunitas internasional juga sangat dibutuhkan untuk mempercepat implementasi solusi-solusi inovatif.

Artikel Sebelumnya18 Ribu Aset Pemerintah di Aceh Belum Bersertifikat
Artikel SelanjutnyaKorupsi 2,5 T, Pejabat BUMN di Cina Dihukum Mati

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here