Imigran Rohingya dan Proxy War Menghancurkan Indonesia

pengungsi rohingya, imigran rohingya, proxy war
Sejumlah pengungsi Rohingya yang nekat berenang ke darat, disuruh kembali ke perahu. Warga Pulo Pineung Meunasah Dua, Jangka, Kamis (16/11/2023) menolak menampung pengungsi yang muncul di pantai pada Subuh. Foto: Komparatif.Id/Kontributor.

Akhir-akhir ini kehadiran imigran Rohingya ke Aceh (Indonesia) semakin banyak. Meskipun telah nyata penolakan dari warga, tapi para agen tetap mengirim para imigran gelap itu ke Aceh. Ternyata ada misi lain di balik didamparkannya para pelarian dari Cox’s Bazar, Bangladesh.

Selama November dan Desember 2023, jumlah imigran Rohingya yang berlabuh di berbagai wilayah di Aceh telah mencapai ribuan. Data terakhir yang diumumkan Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Senin (11/12/2023) mencapai 1.685. Jumlah itu terus bertambah setelah Pj Gubernur Aceh menyampaikan pernyataannya.

Baru-baru ini masyarakat Kota Sabang berhasil memaksa seorang agen lapangan sebuah organisasi mafia yang bekerja sama dengan UNHCR untuk bicara dengan bosnya yang bermukim di Banda Aceh. Di bawah tekanan warga, pria tersebut menelpon bosnya yang di Banda Aceh.

Baca: Simalakama Imigran Rohingya; Tak Lari Berarti Mata

Dari pembicaraan telepon tersebut terungkap bila imigran Rohingya itu sengaja didamparkan ke Aceh. Kemudian akan dijemput oleh petugas dari United Nation High Commissioner for Refugees/Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Melalui telepon itu, si koordinator dengan nada suara tinggi mengingatkan stafnya bahwa si staf hanya bertugas memotret imigran gelap, menuliskan jumlah, kemudian melaporkannya ke atasan. Selain itu, tugas lainnya, menjaga keamanan petugas UNHCR. Terkait imigran Rohingya, bukan urusan jaringan mafia itu. Tugas mereka selesai setelah manusia perahu itu tiba di Aceh. Setelahnya, mau dibunuh pun para pengungsi itu, bukan lagi urusan mereka.

Kehadiran imigran Rohingya ke Aceh dalam jumlah yang sangat banyak dan terus-menerus, bukan kedatangan para pencari suaka politik alamiah. Mereka merupakan bagian dari proxy war pihak lain dengan tujuan menyerang Indonesia. Imigran yang dilarikan dari Cox’s Bazar merupakan umpan untuk menjebak Indonesia.

Sejak kedatangan para imigran itu narasi kebencian tentang awak kleng semakin banyak beredar di media sosial. Tentang perilaku mereka di Malaysia yang semakin-hari bertambah menjadi-jadi; tentang banyak di antara mereka yang tidak tahu agama, serta banyak lagi narasi penuh kebencian.

Baca: Mengapa Aceh Jadi Terminal Pengungsi Rohingya?

Semua narasi itu meski terkesan alamiah, tapi sesungguhnya diproduksi–setidaknya– didesain sedemikian rupa, supaya orang Aceh membenci Rohingya. Target akhir warga Aceh melakukan kekerasan fisik terhadap pendatang ilegal itu. Bila perlu, banyak di antara imigran itu yang tewas saat bentrok dengan warga lokal.

Di sisi lain, saat membayar belasan juta tatkala memilih keluar dari Cox’s Bazar, para imigran itu dijanjikan Aceh sebagai tanah harapan. Sebagai pintu masuk yang sentausa. Di Aceh mereka akan disambut mulia, diberikan pelayanan ekstra, serta diberikan perlindungan oleh masyarakat dan pemerintah. Termasuk akan diberikan sandang, pangan dan papan dalam jumlah memadai.

Tatkala tiba di Aceh, suasananya berbeda. Warga tak lagi ramah. Mereka dilarang mendarat. Yang telah berhasil mendarat, tidak diberikan pelayanan seperti yang dijanjikan oleh para mafia. Beberapa kesempatan terjadi perlawanan kecil dari imigran. Saat diusir kembali ke perahu, mereka menolak. Saat diberi makan, mereka membuangnya. Ada yang bersedia makan, tapi mengeluh porsinya yang sangat sedikit.

Para agen Barat sedang berupaya keras membenturkan masyarakat Aceh dengan imigran tersebut. Target tertinggi yang ingin dicapai yaitu terjadinya pembantaian oleh masyarakat Aceh terhadap imigran Rohingya. Bila itu berhasil, maka, pasukan internasional secara “tiba-tiba” akan datang ke Indonesia dengan dalih perlindungan terhadap pengungsi akibat dari pelanggaran HAM berat oleh Indonesia.

Baca: Perempuan Muda di Bisnis Esek-esek di Serambi Mekkah

Sebagai negara yang tidak meratifikasi kovenan apa pun terkait pengungsi luar negeri, seharusnya tidak ada pengungsi luar negeri yang mencari suaka ke Indonesia. Seharusnya mereka ke Thailand ataupun Malaysia. Tapi UNHCR and the gank justru memutar haluan perahu Rohingya ke Indonesia. Ini disengaja dan terstruktur.

Secara umum para imigran itu tidak tahu telah menjadi umpan untuk sebuah proxy war. Mereka hanya memanfaatkan peluang dapat melarikan diri secara mudah dari Cox’z Bazar. Demikian juga masih banyak warga Aceh yang tidak menyadari telah terprovokasi, sehingga termakan narasi kebencian terhadap Rohingya.

Di percaturan global, posisi Indonesia dalam ancaman. Serangan-serangan dari luar negeri semakin intens menargetkan Indonesia. Hal ini dipicu oleh sikap Pemerintah yang mengganti haluan ekonomi ke Cina. Menjadikan cina sebagai mitra utama bisnis, telah membuat Barat marah. Serta sejumlah kebijakan lainnya yang membuat imperialis ekonomi dari Barat marah kepada Indonesia.

Barat telah berkali-kali melakukan operasi cipta kondisi, demi mendapatkan alasan untuk dapat menyerang Indonesia. Tapi belum ada yang berhasil. Pengiriman imigran Rohingya merupakan operasi cipta kondisi yang kesekian, supaya mereka dapat menyerbu Indonesia.

Pemerintah tentu bekerja keras melawan proxy war itu. Sejauh ini berhasil. Bagaimana dengan proxy war yang menggunakan imigran Rohingya? Pemerintah terus bekerja menangkal dampak buruk.

Tentu Indonesia akan menghabiskan banyak uang untuk itu. Menjaga keselamatan para imigran, melokalisir mereka, kemudian menempatkan mereka pada tempat aman dan jauh dari masyarakat tempatan. Bila keadaan telah kondusif, para imigran itu akan dikirim kembali ke tempat mereka berasal.

Rakyat Indonesia harus membantu Pemerintah. Jangan lagi termakan hasutan supaya membenci Rohingya dan kemudian melakukan tindak kekerasan terhadap mereka.

Sejauh ini masyarakat Aceh sudah bekerja dengan baik dalam upaya melindungi negerinya dari invasi militer luar negeri. Ke depan, yang dibutuhkan adalah koordinasi yang semakin baik antara Pemerintah dan masyarakat. Jangan terpancing meski perilaku imigran tidak mengenakkan hati. Bantu Pemerintah Indonesia yang sedang bekerja keras mengadang serbuan luar yang menggunakan Rohingya sebagai umpan.

Mari jaga NKRI kita, supaya terhindar dari marabahaya yang bila itu terjadi, kita akan menyesal seumur hidup.

Ayo bantu Polri dan TNI yang bekerja keras melindungi Indonesia dari serbuan negara luar.

Artikel SebelumnyaPO Kurnia Group Melayani Aceh di 3 Zaman
Artikel Selanjutnya37 Perawat RSUD Meuraxa Dipecat, PPNI Kirim 100 Papan Bunga ke Balai Kota
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here