Komparatif.ID, Jakarta—Mantan Menteri Hukum dan HAM RI Hamid Awaluddin, mengaku tidak mengenal Munawar Liza Zainal, saat berlangusngnya Indonesia Lawyer Club (ILC) Rabu malam (18/6/2025), yang mengangkat topik empat pulau di Singkil yang direbut Kemendagri dari tangan Aceh dan diserahkan kepada Sumatra Utara.
Ada hal menarik, ketika Munawar Liza Zainal muncul melalui video tele conference. Hamid Awaluddin yang saat perundingan di Helsinki memimpin Delegasi Indonesia, mempertanyakan siapa Munawar Liza Zainal.
Baca: Ditemui CMI, Juru Runding GAM: Point Krusial di MoU Helsinki Belum Dijalankan
Hamid Awaluddin mengatakan tidak mengenal Munawar, yang ia kenal juru runding GAM tidak termasuk Munawar.
Munawar tersenyum mendengar pernyataan Menteri Hukum dan HAM RI pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) 20 Oktober 2004-8 Mei 2007.
Munawar menegaskan bahwa dirinya anggota juru runding GAM. Bukan perunding GAM. Anggota juru runding GAM saat itu termasuk Damiens Kingsbury, Munawar Liza Zainal, Irwandi Yusuf, Shadia Marhaban, dan Teuku Hadi Jerman.
Juga ada William Nessen dari Amerika, Vacy Vlazna dari Australia, dan Professor Ramasamy dari Malaysia. Mereka datang bergantian.
Mereka menjadi supporting bagi perunding GAM yang terdiri dari Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Bakhtiar Abdullah, ketiganya dari Swedia, M. Nur Djuli dari Malaysia, dan Nurdin Abdurrahman dari Australia.
Perihal Hamid tidak mengenali dirinya, Munawar tersenyum. Karena saat perundingan di Gedung Koeningstedt, mereka seringkali bertemu. Gedung Koeningstedt Manor merupakan bangunan yang berada di Riipila, Vanta, 24 kilometer di Utara Helsinki, Finlandia.
Kemudian dalam sebuah acara Regional Training on Woman, Peace dan Security, di Jakarta, mereka juga duduk bersisian masing-masing sebagai narasumber dalam sesi pertama bertajuk : toward sustainable peace: lesson learned from the peace dialog on Aceh between Goverment of Indonesia and the Free Aceh Movement.
Meski Munawar telah menjelaskan dengan gaya Aceh—penuh keramahan dan sopan santun—terlihat di layar kaca Hamid menunjukkan ekspresi angkuh; seolah-olah penyataannya tidak mengenal Munawar sangat penting sekali. Dia sedang berupaya menyapaikan pesan tersirat bahwa akulah yang berperan besar mewujudkan perdamaian Aceh. Demikian penilaian sejumlah penonton di Aceh.
Para penonton di Aceh menilai, ucapan Hamid Awaluddin merupakan upaya meruntuhkan moral Munawar. Strategi itu seringkali dipergunakan dalam sebuah diskusi atau perundingan, supaya mental lawan hancur.
Munawar sempat terpancing –diakuinya dalam sebuat status di timeline Facebook-sehingga dia lupa mengucapkan terima kasih kepada rakyat Aceh yang secara kolosal telah berjuang merebut kembali empat pulau di Singkil yang direbut oleh Mendagri dan diberikan kepada Sumatera Utara.
Munawar pada kesempatan di luar ILC mengatakan Hamid Awaluddin seringkali melecehkan para perunding GAM, khususnya M. Nur Djuli, sebab banyak olahan dan tipu-tipunya selama perundingan dipatahkan oleh Nur Djuli. Nur Djuli merupakan intelektual GAM yang vokal, pendengar yang baik, serta sering melakukan “tembakan salvo” untuk menghancurkan kecurangan lawan dalam perundingan di Helsinki.
Meski mengesankan diri seolah-olah telah banyak berbuat untuk perdamaian Aceh, sudah 20 ini setelah MoU Helsinki ditandatangani, banyak point yang tertuang di dalam MoU, belum dilaksanakan. Tidak terlihat Hamid dkk, membantu dengan maksimal untuk merealisasikannya sebagai tanggung jawab moral perunding RI.
Tapi ketidakseriusan para juru runding RI membantu Aceh setelah MoU Helsinki ditandatangani, tidak menjadi perhatian pemimpin Aceh. “Saat ini, justru kalau Hamid dan perunding RI datang ke Aceh, sering sekali dielu-elu, sedangkan tim perunding Aceh dilupakan, sehingga mereka berjuang sendiri dengan kemampuan masing-masing di sudut sepi untuk mengawal MoU Helsinki,” tulis Munawar Liza.
Ya wajar lah, mantan menteri, ikut berunding. pasti ego besar. apalagi di tonton seluruh indonesia. orang makassar lagi kan. ya dimaklumi sajalah. xD