Komparatif.ID, Langsa– Pemilu 2024 di mata mahasiswa hanya pesta penguasa. Ketimbang memikirkan pemilihan umum, pelajar di perguruan tinggi lebih tertarik membahas perihal lawan jenis.
Demikian disampaikan akademisi Universitas Malikussaleh, Taufik Abdullah, Minggu (4/12/2022) pada acara “Sosialisasi Implementasi Peraturan dan Non Peraturan Bawaslu”, di Hotel Kartika, Langsa, yang digelar oleh Panwaslih Kota Langsa.
“Mahasiswa kurang peduli terhadap perkembangan demokrasi dan kepemiluan. Mereka lebih peduli pada lawan jenis daripada pemilu jurdil,” jelas Taufik.
Baca juga: Taufik Abdullah Sebut Parpol Masih Gemar Langgar Aturan Pemilu
Dia juga menambahkan mahasiswa lebih peduli pada drama kehidupan artis, sinema, sinetron, infotainment, fashion dan berbagai pesona yang menyenangkan. Sementara pada drama politik, mahasiswa cenderung membenci. Pemilu dinilai kotor, antagonis, membingungkan, membosankan dan menyesatkan.
Selain itu, Taufik juga menilai bahwa kontestasi pemilu dipahami bukan lagi wujud pesta demokrasi rakyat, tapi pesta para penguasa. Pemilu dipahami mahasiswa hanya teatrikal politisi dan partai politik dengan berbagai suguhan yang terkesan tidak mengedukasi.
“Tak heran, respon mahasiswa, pemilih pemula dan kalangan milenial cenderung membenci politik, karena politisi dan perangkatnya terbiasa dengan ujaran kebencian, menyebar hoax, cenderung SARA, bullying, dan menyuguhkan berbagai aroma negatif, black campaign dengan berbagai kutukan.”
Taufik Abdullah menjelaskan untuk itu membutuhkan energi besar mengubah keapatisan yang menghinggapi mahasiswa. Perlu sosialisasi terukur dan massif tentang pemilu 2024 dan pilkada, baik tahapan maupun regulasinya.
Ia juga menjelaskan potensi kekacauan dan pelanggaran yang mungkin terjadi pada pemilu 2024.
Paparan akademisi Unimal Lhokseumawe tersebut membuat gerah peserta. Agus Syahputra sebagai Komisioner Panwaslih, mencoba mendinginkan suasana dengan menyampaikan peran penting keterlibatan kelompok muda dan mahasiswa di wilayah Kota Langsa dalam menyukseskan pemilu 2024.
Agus Syahputra menjelaskan, mengawasi proses pelaksanaan pemilu 2024 sangat urgent demi menjamin kualitas pemilihan umum berlangsung luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).
“Pemilu ini mahal sekali, bahwa pemimpin yang lahir dari rahim pemilu akan menentukan hajat hidup bangsa dan negara ini,” jelas Agus.
Peran aktif harusnya membentuk suasana yang menyenangkan, narasi yang mengedukasi, humor yang mencerahkan. Tidak hanya dalam berbagai konten-konten yang ditampilkan di media sosial, tapi juga dapat diwujudkan dalam realita.
Mahasiswa perlu membentuk forum bersama peduli pemilu jurdil, agar dapat mengawasi dan mendorong partisipasi warga dengan cara-cara yang menyenangkan.
Kegiatan tersebut diikuti oleh Kader Pengawas Pemilu (KPP), mahasiswa dari sejumlah kampus di Kota Langsa, yaitu; Universitas Samudera Langsa, IAIN Cot Kala, STIM Pase Langsa, Universitas Sains Cut Nyak Dhien, AKPER Langsa, AKBID Harapan Ibu, dan AKBID Bustanul Ulum Langsa.