Komparatif. ID, Bireuen—Arasco dan Indaco telah menjadi duta, yang berhasil menjadikan Bireuen sebagai salah satu rumah kopi di Aceh. Meski Kabupaten Bireuen tidak memiliki kebun kopi yang representatif, tapi berkat kedua merek dagang itu, Bireuen identik dengan kopi sejak dulu.
Perjalanan kembali ke Banda Aceh pada Kamis (27/4/2023) dari Bireuen saya awali dengan menyeruput sanger di Warkop Indaco, yang berlokasi di Gampong Geulumpang Payong, Kecamatan Jeumpa. Warkop tersebut hanya beberapa meter dari pabrik UD Indaco.
Di sini tersedia nasi ketan selai atau dalam bahasa Aceh disebut bu leukat seule. Ada juga pulut panggang, dan aneka kue khas warung kopi di Bireuen. Saya termasuk jarang singgah di Indaco Geulumpang Payong. Bila tidak keliru baru tiga kali sejak warung kopi tersebut dibuka beberapa tahun lalu.
Maklum saja, jaraknya dengan Kota Bireuen 6,8 kilometer. Serba tanggung. Apalagi Bireuen merupakan salah satu daerah di Aceh yang memiliki warung kopi yang rasa sajiannya rata-rata sedap diseruput. Artinya hampir semua warkop di Bireuen mampu menyajikan kopi dengan citarasa terbaik.
Hal unik lainnya, banyak warung kopi di Bireuen yang bukan semata menjual kopi seduh. Tapi juga menjual biji kopi roasting. Di antara yang saya kenal yaitu WD Coffee Shop, El Nusa, Katoomba Coffee and Roastery, dan Indaco. Beberapa warkop lainnya juga menjual coffee bean dan bubuk.
Setiap kali melihat merek dagang Indaco, ingatan saya kembali ke era 1990-an. Ketika itu saya masih kecil dan seringkali disuruh membeli bubuk kopi di kedai kelontong. Tidak ada lain, bubuk yang selalu disuruh beli bila bukan Indaco ya Arasco.
Dulu, setahu saya orang Bireuen dan mungkin pesisir Aceh lainnya sangat sedikit yang menyeruput arabica. Rerata penikmat robusta. Warung-warung kopi dari kota hingga ke desa menjual seduhan robusta. Harganya sangat terjangkau untuk semua kalangan.
Indaco dan Arasco bukan semata diseduh di warkop, tapi juga diseduh di rumah-rumah penduduk sebagai teman nyundut para pria dewasa kala menghabiskan malam di teras, atau juga menemani hangatnya malam pesta pernikahan di kampung. Atau menyertai sendunya malam tahlilan di rumah warga yang meninggal dunia.
Saya masih ingat, bila ada kematian atau malam pesta pernikahan, kaum ibu di bagian dapur, harus berkeringat hingga ke dalam ketiak di dekat tungku, menjerang air hingga panas, dan kemudian mencampurkan bubuk kopi—Arasco atau Indaco—serta menambahkan gula pasir, selanjutnya mengaduk hingga percampurannya sempurna. Kemudian dituangkan ke dalam ceret dan dibawa ke halaman rumah. Di sana, di bawah tenda, anak-anak muda akan menuang kopi ke dalam gelas-gelas kaca.
Baca: Mengenang Durian Juli yang Tinggal Kenangan
Kopi yang disajikan di tempat tahlilan atau di malam pesta pernikahan tentu tidak begitu enak. Lebih dominan rasa manis ketimbang rasa kopi. Saya teringat perkataan bapak bila sesekali kopi di warung tidak enak. Bapak akan mengatakan “kiban dipeugot ie. Lage nyum kupi bak samadiah ureueng mate.”
Arasco dan Indaco Membentuk Identitas Bireuen
Meski berbatasan langsung dengan Aceh Tengah, Bireuen pada 1970-an merupakan daerah yang dikenal sebagai salah satu gudang kopi di Aceh. Pengusaha-pengusaha lokal berhasil membangun bisnis dengan sangat bagus. Bila Anda pernah mendengar firma dagang Aceh Kongsi, maka tak perlu lagi bertanya mengapa Bireuen—dulunya bagian dari Aceh Utara—memiliki banyak sekali pebisnis ketimbang politisi di masa lalu.
Firma Dagang Aceh Kongsi yang didirikan oleh Teuku Banta Ali, Abdullah Hasan, dan H Esrani membuka Kantor Pusat Aceh Kongsi di Jalan Kesawan, Kota Medan, dan Kantor Cabang Aceh Kongsi di New Bridge Road, Singapura.
Baca: Tragedi Hilangnya Saudagar Bireuen di Rimba Aceh Selatan
Pada tahun 1980 (?) Bireuen juga memiliki kawasan industri karoseri di Cot Gapu. Salah satu yang paling besar dan pembukaan pabriknya dilakukan oleh Menteri Peindustrian yaitu CV Karya Teknik, yang dibangun oleh Teungku H. Muhammad.
Demikian juga dengan Usaha Dagang Indaco dan UD Arasco. Kedua pabrik kopi tersebut telah memintas zaman, menjadi salah satu penjaga identitas Bireuen sebagai daerah dengan gen bisnis yang kental. Kedua pabrik tersebut berhasil menjadi tuan rumah di daerahnya.
UD Arasco didirikan tahun 1970 di Gampong Blang Cot Tunong, Jeumpa. Sedangkan Indaco lebih muda. Baru didirikan pada tahun 1976 di gampong Geulumpang Payong, Jeumpa.Kopi Arasco menggunakan gambar dua merpati. Sedangkan Indaco gambar satu merpati. Bungkus Arasco plastik warna putih, sedangkan Indaco warna cokelat gelap.
Kesamaan keduanya, sama-sama menyajikan rasa kopi robusta terbaik, yang membuat siapa saja akan ingin kembali datang ke Bireuen bila telah menyeruputnya.
Apa yang membuat kopi robusta yang diproduksi di Bireuen memiliki rasa khas? Beberapa orang menyebutkan karena racikannya. Bubuk kopi robusta hasil produksi kedua merek legendaris tersebut berupa campuran green bean robusta, jagung, gula pasir, gula merah, mentega, susu, fanili, moca, garam. Percampuran bahan-bahan tersebut melahirkan rasa dan aroma special.
Dikutip dari hasil penelitian Rizki Maulan, T. M. Nur, dan Elfiana yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Pada Industri Pengolahan Bubuk Kopi di Kabupaten Bireuen, yang disampaikan pada “Seminar Nasional Fakultas Pertanian, Universitas Samudera ke-VI”, pada 21 Oktober 2021, sejak 2016 hingga 2019 pertumbuhan produksi UD Arasco berkembang sangat signifikan. Rerata pertumbuhan per tahun 3,88 persen. Namun tahun 2020 jumlah produksi mereka menurun. Bila tahun 2019 mereka mencapai produksi 132 ton, maka tahun 2020 jumlah produksi mereka menurun menjadi 125 ton. Pengelola menyebutkan bila menurunnya jumlah produksi karena semakin banyaknya pesaing di lini bisnis yang sama.
Bila Arasco mengalami penurunan jumlah produksi, tidak demikian dengan Indaco. Sejak 2016 hingga 2020 jumlah produksi mereka terus meningkat. Rerata pertumbuhan 4,66 %. Tahun 2020 mereka berhasil produksi 72 ton. Tahun sebelumnya 70 ton. Pertumbuhan tersebut berkat inovasi yang terus menerus dilakukan. Pun demikian, jumlah produksi mereka masih jauh di bawah Arasco.
Perihal inovasi bisnis, Indaco lebih progresif. Di Bireuen sudah ada beberapa warkop dengan merek Indaco. Di Kota Bireuen bahkan ada Indaco yang menjual seduhan arabica dan robusta. Bila arabica diracik menggunakan mesin, maka robusta tetap secara tradisional; kopi saring.