Bustami Hamzah, Loyal dan Setia Kawan

Bustami Hamzah. Ist
Bustami Hamzah. Ist

Setelah sekian lama “mengasingkan diri” dari hiruk pikuk dunia birokrasi, kini Bustami Hamzah kembali. Sempat meninggalkan jabatan paling basah di kalangan kepala dinas, pria yang dikenal loyal dalam bekerja, justru diangkat pada Jabatan Pimpinan Tinggi Madya; Sekretaris Daerah Provinsi Aceh.

Pada Kamis pagi (8/9/2022) pukul 10.00 WIB Bustami,S.E.,M.Si, atau lebih dikenal dengan Bustami Hamzah, akan dilantik sebagai Sekda Aceh di Anjong Mon Mata, kompleks Pendopo Gubernur Aceh. Pelantikan tersebut merupakan pertanda bila sang birokrat masih memiliki nilai tawar tinggi, sekaligus sangat dibutuhkan dalam dunia birokrasi Aceh.

Sebagian menyebut dengan istilah “Bustami reborn” setelah sekian lama uzlah dari hiruk pikuk dunia pemerintahan.

Pada 30 Mei 2021 ia membuat publik Aceh berdecak kagum. Dirinya mundur dari jabatan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA). Padahal saat itu, selain menjabat dinas paling bahenol, ia juga Komisaris Utama PT Bank Aceh Syariah. Dua jabatan yang sangat dirindui oleh banyak birokrat.

Konon lagi, ia membuat sejarah. Sebelumnya jabatan Komut Bank Aceh selalu disandang olek Sekda. Tapi Bustami berhasil memecahkan rekor.

Mengapa ia mundur dari jabatan Kepala BPKA? Banyak cerita yang berkembang tentang itu. Mulai dari dengki sejawat yang merasa lebih pantas darinya, hingga kabar bila Gubernur Aceh saat itu—Nova Iriansyah—meragukan loyalitas Bustami terhadap politisi flamboyan itu.

Bagi seorang Bustami, integritas dan loyalitas terhadap pimpinan bukan semata isapan jempol. Ketika wilayah itu disentuh—dirinya diragukan—maka jalan paling terhormat adalah mengundurkan diri. Apalah arti segenap jabatan dan wewenang, bila dalam tiap langkah selalu diikuti oleh telik sandi yang bertebaran di mana-mana. Konon lagi keraguan terhadap dirinya disampaikan di “serambi rumah”.

Dengan segenap jiwa gagah perkasa Bustami mundur.

Kemudian ia “menghilang” dari peredaran. Entah kemana sang birokrat menyepi. Satu hal yang pasti kala itu ia menjauh dari sistem pemerintahan di Aceh yang semakin acakadut.

***

Sejak ia menepi dari hiruk pikuk dunia birokrasi, segenap orang mulai merindukan sosoknya. Mereka mengaku kehilangan teman, atasan, sekaligus lawan diskusi yang punya wawasan luas; dan menghargai perbedaan pendapat.

Meskipun dalam konteks komunikasi, ia juga agak kaku, tapi ia bukan tipikal pokoknya. Selalu ada jalan keluar atas tiap masalah. Bustami dikenal sebagai pejabat dengan kepamongan yang matang.

Bustami juga tipe pejabat yang menjunjung tinggi pertemanan, tidak gampang curiga kepada kolega, serta setia kawan. Dia tidak meninggalkan atasan ataupun bawahannya dalam dilema. Bus tidak bertipe tukang cuci tangan bila ada masalah.

Selain itu, jaringannya juga sangat luas. Dia mengenal dan diterima dengan baik oleh pejabat-pejabat tinggi di Pusat. Serta punya koneksi yang bagus dengan jajaran kejaksaan dan kepolisian. Dengan DPR pun Bustami mampu membangun komunikasi yang baik. Bahkan di tengah prahara Nova dan DPRA, Bustami tetap mampu menyeimbangkan diri.

“Disebut keras, pun tidak kaku, disebut lembek, ia punya sikap. Hal terpenting Pak Bustami Hamzah bila menjadi atasan akan mengayomi, bila menjadi bawahan akan sangat loyal. Bila menjadi teman, ia akan membuktikan solidaritas,” sebut seorang kepala dinas, ketika berbincang tentangnya pada suatu ketika di tepi kali Aceh.

Saat Menyusun tulisan ini, saya teringat satu hal. Bahwa Bustami—saya menyebutnya Pak Bustami—laiknya wish word: in sleep he soared. Itu sudah dibuktikan. Ia pergi dalam diam, tapi gisa sebagai pemenang. Bereh!

Artikel SebelumnyaBesok Pagi Bustami Hamzah Dilantik Sebagai Sekda Aceh
Artikel SelanjutnyaMahasiswa UIN Rusak & Bakar Papan Bunga, Polisi Pukul Hp Wartawan
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here