Abu Mudi Ajak Ulama dan Umat Bersatu di Bawah Payung Aswaja

Abu Mudi Ajak Ulama dan Umat Bersatu di Bawah Payung Aswaja
Abu Mudi pada pembukaan rakor dan Mubahasah Tastafi di Aula Arafah Asrama Haji, Banda Aceh, pada 3-5 Februari 2025. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Pembina Majelis Tastafi, Tgk. H. Syaikh Hasanoel Basri (Abu Mudi), menyerukan seluruh elemen dayah untuk memperkuat persatuan masyarakat Aceh dan bersatu menjaga akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (aswaja).

Seruan ini disampaikan Abu Mudi dalam pembukaan rapat koordinasi (rakor) dan mubahasah tastafi yang berlangsung di Aula Arafah Asrama Haji, Banda Aceh, pada 3-5 Februari 2025.

Dalam tausiahnya, Abu Mudi menegaskan persatuan umat Islam menjadi perhatian utama para ulama dunia. Ia menyoroti adanya upaya dari pihak-pihak tertentu yang mencoba melemahkan ukhuwah islamiyah dengan menyerang para habaib dan ulama.

Menurutnya, musuh Islam sangat takut jika umat bersatu, sehingga berbagai fitnah dilontarkan untuk melemahkan kepercayaan terhadap para ulama. Karena itu, ia mengajak seluruh elemen Tastafi untuk menjadi penggerak persatuan umat menuju akidah yang lurus berdasarkan Ahlussunnah wal Jamaah Asy’ariyah wal Maturidiyah.

“Musuh Islam sangat takut muslim bersatu. Maka, baru-baru ini kita lihat para habaib diserang habis-habisan, dengan tuduhan nasab palsu dan lain-lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, Abu Mudi menekankan Tastafi harus menjadi penggerak persatuan umat dengan mendukung berbagai pihak yang memiliki visi yang sama, termasuk pemerintah dan lembaga Islam lainnya.

Baca jugaTu Sop: Aswaja Jaga Keseimbangan Demokrasi Indonesia

Kerja sama dengan pemerintahan dari pusat hingga daerah menjadi salah satu langkah strategis dalam memperkuat peran Tastafi dalam membangun masyarakat yang berlandaskan akidah yang lurus.

Selain itu, Abu Mudi juga menekankan pentingnya metode dakwah yang mengutamakan hikmah dan mau’izhah hasanah.

Perbedaan pendapat dalam organisasi, menurutnya, adalah sesuatu yang wajar dan bisa menjadi rahmat jika disikapi dengan akhlak yang baik. Abu Mudi mengimbau seluruh anggota Tastafi agar mengutamakan sikap tawadhu’, husnudhan, dan mencari titik temu dalam menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat.

“Anggota Tastafi diharapkan mengutamakan sikap tawadhu’, husnudhan, dan mencari titik temu dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat,” ujar Abu Mudi.

Dalam kesempatan tersebut, Abu Mudi juga menyoroti fenomena degradasi moral yang terjadi di Aceh. Ia mengingatkan peran Tastafi tidak hanya sebatas kajian intelektual, tetapi juga harus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang berakhlak.

Salah satu upaya konkret yang ia usulkan adalah perumusan kurikulum tasawuf atau akhlak yang dapat diajarkan di berbagai majelis taklim.

Kurikulum ini harus tetap berlandaskan kitab turats muktabarah agar pembelajaran tauhid, fikih, dan tasawuf tetap sesuai dengan ajaran ulama terdahulu.

Abu Mudi juga menekankan bahwa dakwah tidak hanya sebatas ceramah, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk aksi nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tastafi, menurutnya, harus hadir dalam berbagai lini kehidupan dengan membantu fakir miskin, menyelesaikan berbagai persoalan umat, serta semakin memperkenalkan ajarannya kepada masyarakat luas.

Ia mengingatkan Tastafi tidak boleh hanya dikenal di kalangan tertentu, melainkan harus semakin dekat dengan masyarakat agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak.

“Jangan sampai masyarakat Aceh tidak tahu apa itu Tastafi,” tegasnya.

Artikel SebelumnyaGantikan Winardy, Zulhir Destrian Jabat Dirreskrimsus Polda Aceh
Artikel SelanjutnyaInflasi Aceh Januari 2025 Capai 1,61 Persen, Lhokseumawe Tertinggi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here