Yohana Hartya Dwi Frastari, Konten Kreator yang Jadi dokter

dr. Yohana Hartya Dwi Frastari
dr. Yohana Hartya Dwi Frastari (27). Ia meraih cita-citanya dengan kerja keras yang tak kenal lelah. Yatim sejak kecil dan menjadi anak pertama dalam keluarga, ia harus sering memendam banyak hal sendirian. Foto: Koleksi Yohana.

Komparatif.ID, Malang—Cita-citanya menjadi dokter telah terpatri sejak usia 7 tahun. Kala itu, Yohana Hartya Dwi Frastari kehilangan ayah tercinta karena kanker usus. Yohana harus menggapai mimpinya melalui kerja keras yang tak mengenal batas.

Perempuan berparas ayu tersebut berbagi momen indah kala berziarah ke makam Polikarpus Didik Prasetyo. Pria kelahiran 1962 tersebut, tutup usia pada tahun 2006. Ketika Polikarpus mengembuskan nafas terakhir, Yohana masih berumur 7 tahun.

Dalam postingannya di Instagram @yohana_hartya yang disitat Komparatif.ID, Sabtu (15/11/2025) dr. Yohana Hartya Dwi Frastari (27) mengeposkan foto saat ia menziarahi makam sang ayah. Sang dokter menulis caption yang sangat menyentuh.

Baca: Rani Salsabila, Dokter Muda Duta Aceh di Ajang Miss Indonesia 2025

Selama hampir 27 tahun hidup, ternyata 19 tahunnya hidup tanpa bapak. Pernah ngebayangin gimana kalau di setiap fase kehidupanku selalu ada bapak, pernah ngebayangin juga gimana kalau bapak bisa lihat sekarang aku udah jadi dokter seperti mimpi-mimpi yang kita bicarain dulu.

Bapak ingin anaknya jadi dokter supaya bisa bantu orang sakit kayak bapak, bisa sembuh dan kumpul bareng keluarga.

Sekarang aku udah jadi dokter, bahkan aku jadi dokter sampai di tempat yang jauh, di tempat yang sama sekali gak pernah aku bayangkan aku akan ke sana sebelumnya. Dan benar, itu sangat menyenangkan. Aku bahagia, Pak.

Ternyata, jadi anak perempuan yg paling tua di keluarga itu cukup berat, Pak. Harus pintar acting untuk kelihatan bahwa semuanya baik dan aman-aman saja.

Harus jadi orang yang bisa menyokong adik-adiknya, padahal aku juga bingung mau teriak ke siapa.

Tapi kata orang aku murah senyum dan bisa buat orang lain ikut senang dengan kehadiranku. Selama ditinggal bapak, aku gak pernah sendirian dan kesepian.

Aku punya banyak teman dan keluarga, aku tumbuh jadi wanita yang kuat, cantik, manis, penyayang walau sedikit perfeksionis. Jadi bapak gak perlu khawatir akan hal itu.

Aku juga punya papa baru yang selalu mendukung semua keputusan perempuan yang keras kepala ini dari sejak aku masih remaja. Dia juga baik dan aku bersyukur untuk itu.

Bapak di sana bisa lihat semangatku kan? Aku percaya bapak pasti bangga. Dan aku percaya pasti sebenernya bapak masih ingin ke sin ikan? Hehe……

Yohana Hartya Dwi Frastari
dr. Yohana saat nyekar ke makam ayahnya. Foto: Koleksi Yohana di Instagram.

Tidak mudah menjadi Yohana Hartya Dwi Frastari. Dokter kelahiran Jawa Timur tersebut harus kehilangan sang ayah tercinta pada usia dirinya tujuh tahun.

Sang tulang punggung keluarga yang selama hidupnya bekerja sebagai pegawai swasta, pergi untuk selama-lamanya, karena menderita kanker usus.

Sejak kepergian sang ayah, mimpinya ingin menjadi dokter kian menggebu-gebu. Semangat belajarnya meningkat tajam. Tidak mudah mewujudkan impian tersebut. Apalagi belum pernah ada anggota keluarganya menjadi tenaga kesehatan.

Dengan tekad baja sang dara belajar siang dan malam. Karena menggemari pendidikan dan pengetahuan, ia tidak mengalami kesulitan memahami tiap pelajaran. Hasilnya, satu persatu pintu menuju cita-cita terbuka.

Ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Jawa Timur, melalui jalur undangan. Spektakuler!

Yohana Hartya Dwi Frastari: Setiap Hari 1 Persen Harus Lebih Baik

Meski lulus jalur undangan, tidak serta merta menjadikan langkahnya menapaki mimpi menjadi mudah. Karena ekonomi keluarganya pas-pasan, setiap awal semester, Yohana Hartya merasa malu karena belum membayar uang kuliah. Ia harus mengurus penundaan pembayaran kuliah sendiri. Sementara ibunya berada jauh di kota lain.

“Aku merasa salah, aku tidak benar-benar mempelajari medan perang sebelum aku berperang. Meski demikian aku tetap berusaha untuk menjadi lebih baik 1 persen setiap hari,” tulisnya seperti dilansir mknet.

Yohana Hartya Dwi Frastari memutar otak. Dia harus mempunyai sesuatu yang unik, yang berbeda, dan harus benar-benar mampu mengeksplor talenta yang ia miliki. Dara manis tersebut beruntung—keluarga dan teman-temannya memberikan dukungan. Mereka menjadi tempat curhat dan gelisahnya.

Sembari kuliah ia mengasah sisi lain dari kemampuannya bidang publik speaking. Dengan tekad kuat akhirnya ia mendapatkan panggung menjadi master of ceremony (MC), serta menjadi pembicara di fakultas kedokteran. Di luar kampus, ia menjadi guru les siswa SMP dan SMA.

Tak sia-sia. Ia bukan hanya berhasil mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membiayai kebutuhan hidupnya selama kuliah, tetapi juga mampu menyabet prestasi.

Ia terpilih sebagai Putri Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Dipercaya menjadi Ketua Panitia Pelaksana Kompetisi Akademik Nasional Mahasiswa Kedokteran, dan Vice President External Asian Medical Student’s Association Universitas Barwijaya.

Ia terhenyak ketika berkesempatan mengabdi di Oetune, Kampung Obelo, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Di sana dia tertegun melihat anak-anak hanya makan daun pepaya dan kangkung sebagai lauk.

Yohana Hartya Dwi Frastari pun melakukan skrining stunting untuk anak-anak di sana. Ia memberikan bantuan pangan dan memantau perkembangan mereka. Pengalaman itu memberikan pencerahan bagi Yohana Harstya Dwi Frastari betapa pentingnya kontribusi di bidang kesehatan.

Karena kemampuannya public speaking, serta menguasai dengan baik isu-isu kesehatan, serta aktif membuat konten-konten edukatif di internet, pada tahun 2023 ia menjadi salah satu dari 50 women influencer Indonesia da n diundang mengikuti kelas mentoring oleh tim Narasi TV dan Najwa Shihab.

Sejak saat itu dia semakin aktif di media sosial, membagikan konten-konten berisi isu kesehatan dan women empowering.

Tara! Saat ini dr. Yohana Hartya Dwi Frastari, bertugas di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur. Meski jauh dan terpencil, dr. Yohana Hartya Dwi Frastari sangat menikmatinya. Selamat bekerja, Bu Dokter, semoga tetap semangat melayani Indonesia.

Artikel SebelumnyaPengurus Apsifor Perwakilan Wilayah Aceh Periode 2025-2029 Resmi Dilantik
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here