Komparatif.ID, Jakarta– Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan verifikasi merupakan pembeda jurnalisme dan konten AI. Menurutnya, disiplin verifikasi menjadi garis batas penting yang memisahkan kerja profesional jurnalis dengan informasi yang diproduksi secara instan oleh teknologi kecerdasan buatan.
Nezar mengatakan bahwa pembeda jurnalisme dan konten AI terletak pada proses kerja yang dilakukan. Dalam praktik jurnalistik, verifikasi tidak hanya menjadi syarat teknis, tetapi juga prinsip etika yang menjamin keakuratan dan keandalan informasi.
Sementara itu, konten di media sosial maupun keluaran teknologi berbasis AI kerap dilepas tanpa proses penyaringan yang ketat, sehingga rawan menimbulkan disinformasi.
“Verifikasi menjadi garis batas yang penting, menjadi demarkasi antara jurnalisme profesional dengan informasi yang dihasilkan media sosial secara amatir,” kata Nezar di Jakarta, Selasa (2/9/2025).
Ia ada tantangan baru yang lahir dari perkembangan teknologi digital, khususnya fenomena deepfake dan konten sintetis. Menurut Nezar, publik kini memasuki fase yang ia sebut sebagai hyper reality, yaitu kondisi ketika sesuatu yang tidak pernah ada dianggap sebagai kenyataan.
Baca juga: Komisi Kejaksaan: Produk Jurnalistik Tak Bisa Dijerat Obstruction of Justice
Dalam situasi seperti ini, jurnalisme diharapkan menjadi panduan bagi masyarakat untuk memilah fakta dari manipulasi.
Nezar menambahkan kemerdekaan pers ibarat oksigen bagi demokrasi. Ia menekankan, keberadaan media profesional semakin penting di tengah arus deras informasi yang dipicu oleh kecanggihan teknologi.
“Kemerdekaan pers adalah oksigen bagi demokrasi dan kehadirannya semakin penting di tengah disrupsi teknologi saat ini,” ujarnya.
Selain menekankan peran verifikasi sebagai pembeda jurnalisme dan konten AI, Nezar juga mengajak media untuk mengembangkan pendekatan jurnalisme solusi.
Menurutnya, peran media tidak cukup hanya mengungkap masalah, melainkan juga harus mampu memberikan alternatif jalan keluar yang dapat dipertimbangkan oleh publik maupun pembuat kebijakan.
Nezar Patria menjelaskan, jurnalisme solusi dapat hadir dengan menyajikan berbagai perspektif dalam melihat sebuah persoalan, sehingga masyarakat memiliki wawasan lebih luas untuk menentukan pilihan.
Nezar menilai, cara pandang ini akan memperkuat relevansi media di tengah perubahan besar yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi digital. Dalam konteks ini, verifikasi tidak hanya dipahami sebagai tahapan teknis, tetapi juga sebagai komitmen etis yang membedakan karya jurnalistik dengan produksi konten yang serba cepat dan instan. Kejelasan fakta, sumber yang valid, dan proses pemeriksaan informasi menjadi hal yang harus dipertahankan agar publik tidak terseret dalam arus informasi palsu.
Nezar menegaskan, tantangan ke depan adalah menjaga agar media tetap memegang prinsip verifikasi sekaligus beradaptasi dengan ekosistem digital yang terus berubah.
Dengan cara ini, pers akan tetap menjadi benteng informasi yang kredibel, sekaligus memastikan bahwa demokrasi memiliki ruang bernafas di tengah derasnya konten buatan teknologi kecerdasan buatan.