Komparatif.ID, Lhokseumawe– Pihak Universitas Negeri Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, Selasa (12/4/2022) membantah menganugerahkan gelar teuku kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kepala Humas Unimal Teuku Kemal Fasya,M. Hum, dalam siaran persnya menyebutkan
Pada tanggal 9 April 2022, Universitas Malikussaleh, melaksanakan beberapa kegiatan yang mendapatkan publikasi dan respons meluas.
Pertama, kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah Pelantikan Pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Cabang Lhokseumawe Raya.
“Seperti diketahui bahwa kegiatan tersebut ikut dihadiri oleh Ketua Umum Kagama, Bapak H. Ganjar Pranowo, M.I.P yang juga Gubernur Jawa Tengah. Adapun yang menjadi Ketua Kagama Cabang Lhokseumawe Raya adalah Rektor Unimal, Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, ASEAN Eng,” sebut Kemal.
Kedua, pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, ASEAN Eng yang langsung dilantik oleh ketua FRI, Prof. Dr. Ir. Panut Mulyono, IPU, ASEAN Eng.
Proses kegiatan ini ikut disaksikan oleh pengurus Senat Universitas Malikussaleh. Pengukuhan ini sendiri menjadi pengukuhan Guru Besar kelima yang mengabdi membesarkan kampus yang dikenal sebagai Jantong Hatee Rakyat Pasee ini.
Ketiga, kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak H. Ganjar Pranowo kepada sivitas akademika Unimal, termasuk mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah.
Kuliah umum tersebut berisi pandangan kebangsaan Sang Gubernur Jawa Tengah tersebut termasuk memotivasi para generasi muda untuk berdikari dan tidak tergantung pekerjaan hanya sebagai ASN.
Gagasan itu ikut mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis pada problem sosial-politik-ekonomi nasional dan menjadi pihak yang bisa menjadi problem solver alih-alih menjadi problem maker. Mahasiswa harus menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban dan moral dalam mengusung upaya perubahan.
Pada kegiatan terakhir, Rektor Unimal beserta Ketua Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe melakukan kegiatan peusijuek kepada tokoh bangsa tersebut. Peusijuek itu sendiri merupakan bagian dari prosesi adat yang lazim dilakukan di Aceh untuk memuliakan tamu yang datang.
Tokoh yang dipeusijuek adalah Gubernur Jawa Tengah dan Rektor UGM. Dalam pertemuan itu dilakabkan pula kepada H. Ganjar Pranowo sebagai Teungku, yang dalam tradisi, fungsi, dan perannya di konteks berbahasa dan budaya Aceh sangat beragam, salah satunya adalah sebutan untuk orang terhormat, yang biasa diberikan kepada tokoh politik, pendidikan, adat, bahkan agama.
Jadi di dalam pertemuan itu tidak pernah adalah prosesi pemberian gelar teuku kepada siapapun, oleh siapapun, baik oleh pihak Unimal atau MAA.
“Unimal menyadari bahwa institusi ini bukanlah insitusi adat yang berwenang memberikan gelar adat. Hal itu dibuktikan dengan tidak ada dokumen resmi apapun yang dihasilkan dalam pertemuan itu, kecuali adalah proses pengakraban antara tamu dan tuan rumah dengan perbincangan yang baik (peumameh haba).”