Tragedi Teungku Bukhari, Jasad Membusuk Dijaga Istri yang Gila

Teungku Bukhari penjahit sepatu
Yati (kiri) berdiri di pintu kiosnya di kawasan Kopelma Darussalam, Selasa (15/4/2025) malam. Ia tidak mengizinkan polisi mengevakuasi jenazah suaminya yang telah membusuk. Foto: Dok. Polresta Banda Aceh.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Teungku Bukhari ditemukan meninggal dunia di kios tempat ia dan istrinya tinggal selama bermukim di Banda Aceh. Kematian Teungku Bukhari meninggalkan banyak kesan manis di ingatan warga sekitar. Pria miskin itu seorang suami baik hati yang sangat mencintai salat Subuh berjamaah.

Yati, perempuan paruh baya itu histeris ketika polisi dan warga mencoba menerobos masuk ke kios tempat ia dan suaminya menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan penuh cinta.

Ketika pertama kali polisi datang, Yati langsung siaga di pintu sembari berujar, “suami saya belum mati.” Wajahnya tegang, ia tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam kios, tempat jenazah suaminya yang telah meninggal dunia tiga hari lalu.

Baca: Penjahit Sepatu di Darussalam Ditemukan Tewas, Istri: Suami Saya Belum Mati

Polisi dan warga pada Selasa (15/4/2025) malam tidak berhasil membujuk sang wanita pengidap gangguan mental tersebut. Dengan sedikit paksaan, mereka berhasil memindahkan Yati dari pintu. Perempuan ODGJ tersebut meraung, tapi polisi dan warga tidak punya banyak waktu lagi membujuk sang perempuan.

Polisi masuk ke dalam gubuk, mendapati bila jasad Teungku Bukhari (60) telah membusuk di atas dipan ringkih. Kondisi jenazah telah menghitam seluruhnya. Bau tak sedap langsung menyergap lebih dalam indera penciuman. Berbekal masker sederhana, polisi berhasil mengalahkan aroma jenazah. Jasad pria itu kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.

***

Teungku Bukhari telah lama menjadi penyedia jasa reparasi sandal dan sepatu. Istilah umumnya tukang sol. Ia membuka usaha di tepi jalan di Gampong Tanjong Selamat, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Awalnya dia hanya membeli satu gubuk kecil. Kemudian dia membeli gubuk satu lagi yang bersisian dengan tempat usahanya menjadit sepatu dan sandal. Ia membeli gubuk satu lagi dari seorang pria lebih muda, yang memilih menjual lapak karena membutuhkan uang.

Setelah membeli lapak, si penjual lapak yang kira-kira sekarang berusia 40 tahun, dipekerjakan oleh Bukhari. Mereka sempat ribu-ribut dan berkelahi, tapi Bukhari memaafkannya. Dan diberikan lagi tempat berusaha.

Laki-laki itu juga sering meminta uang kepada Teungku Bukhari. Bila ada uang, selalu diberikan. Demikian informasi yang disampaikan oleh beberapa narasumber di lokasi penemuan jenazah.

Sepuluh tahun terakhir, Yati mengalami gangguan jiwa. Teungku Bukhari tidak menceraikan istrinya. Meski tak kunjung sembuh, ia tetap mempertahankan keluarga kecilnya itu.

Meski mengidap gangguan jiwa, Yati tidak mengganggu terlalu serius. Ia hanya marah-marah bila ada warga yang bercanda mengatakan bahwa suaminya selingkuh. Ia juga akan merepet bila ada pelanggan wanita.

Bertengkar tentu saja ada. Mau bagaimana lagi, hidup seatap dengan ODGJ, tentu tidak mungkin tanpa kendala serius. Tapi pria itu tak begitu terganggu.

Empat hari lalu, Teungku Bukhari tidak terlihat. Kiosnya tutup. Meski demikian, temannya itu tetap datang ke sana dan bekerja seperti biasa. Yati juga demikian, tidak menunjukkan hal-hal yang mencurigakan.

Warga bertanya-tanya kemana pria gaek itu? sebab tidak biasanya pria itu tidak datang ke masjid pada Subuh. Ia merupakan salah satu jamaah tetap salat Subuh pada masjid di dekat tempat ia tinggal. “Karena rajin salat Subuh berjamaah, ia dipanggil Teungku,” sebut seorang narasumber.

Hingga kemudian aroma busuk menyebar di sekitar kios. Beberapa pemilik toko mencari tahu dari mana sumber bau.

“Saya diberitahu oleh istri via chat WA tentang bau busuk yang sangat tajam. Awalnya istri saya menduga bila ada bangkai hewan di sekitar toko. Tapi begitu dicari tahu, sumber bau dari dalam kios. Lalat juga mulai berhimpun di sekitar kios,” kata Riza, seorang pedagang yang membuka toko di dekat kios Bukhari.

Riza pun bergerak cepat. Ia memberitahu ketua pasar. Ketua pasar mencoba menelusuri sumber bau. Ketika memastikan bahwa aroma busuk berasal dari dalam gubuk, ia segera melapor ke aparatur gampong. Mereka kemudian membuat laporan ke polisi.

Drama kemanusiaan tersaji saat polisi mencoba masuk ke dalam kios. Yati menolak siapapun masuk ke kiosnya. Ia mengatakan suaminya belum mati. Dia berteriak-teriak mengusir siapapun yang mencoba masuk.

Setelah upaya persuasif gagal dilakukan, polisi terpaksa menangani Yati dengan cara agak keras. Dia ditarik paksa dari pintu. Yati melawan, tapi polisi juga tidak boleh kalah. Sebab mereka memastikan bahwa aroma busuk bersumber dari jasad Bukhari.

Keterangan Polisi

Kapolsek Syiah Kuala  Iptu Cut Layla Surya, Rabu (16/4/2025) menerangkan menurut keterangan beberapa saksi yang juga warga sekitar, empat hari lalu Teungku Bukhari sempat mengeluh sakit kepala dan sakit mata. Pascakeluhan itu, Teungku Bukhari tak terlihat lagi, padahal biasanya ia selalu terlihat bekerja di depan kiosnya.

Iptu Cut menjelaskan, warga juga sempat menanyakan keberadaan Teungku kepada Yati. Perempuan itu menjawab bila suaminya sedang sakit. menurut keterangan yang dikumpulkan polisi, Teungku dan Yati juga sering bertengkar.

“Keluarga korban yang sempat dihubungi via telepon juga mengakui bahwa YT mengalami gangguan kejiwaan, bahkan YT sering kesurupan,”terang Kapolsek.

Lebih lanjut Kapolsek mengatakan, tak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad Teungku. Selain itu, Yati pun tak dapat dimintai keterangan lantaran ia selalu berbicara ngawur, bahkan tak mengetahui identitasnya sendiri.

“Yang bersangkutan (YT) selalu ngawur saat ditanya, bahkan identitasnya sendiri tidak tahu. Saat ditanya terkait kematian suaminya, dia bilang kalau ‘sudah empat hari gak mati suami saya’,” jelasnya.

Saat ini, kata Cut Uya, jenazah Teungku Bukhari telah dibawa pulang pihak keluarga ke kampung halamannya di Bireuen. Mereka juga menolak untuk visum, yang ditandai dengan membuat surat pernyataan penolakan.

“Keluarga menolak jenazah divisum, saat ini juga telah dibawa pulang ke kampung halaman. Untuk YT hingga sekarang masih di Polsek, nantinya akan diambil oleh perangkat desa,” pungkasnya.

Kenangan dari Sahabat

Faisal Radli, seorang politisi Partai Golkar di Bireuen, menceritakan, pria yang ditemukan membusuk di dalam kiosnya merupakan warga Keude Lapang, Gandapura, Bireuen. Dia berangkat ke Banda Aceh setelah musibah gempabumi dan tsunami Aceh yang terjadi pada Minggu (24/12/2004).

Dia ke Banda Aceh dibawa oleh Faisal Radli sebagai buruh harian lepas pada program cash for work. Sebuah pekerjaan bersih-bersih kota. Salah satu proyek cash for work itu dipimpin oleh Faisal Radli.

“Setelah program selesai, beliau tidak ikut pulang. Ia beralih menjadi tukang sol, dan menetap di Banda Aceh. Kami tidak pernah lagi bertemu bertahun-tahun setelahnya. Tahu-tahu beliau telah meninggal dunia,” kata Faisal, yang mengakui bila sang pria lansia merupakan lelaki yang baik hati.

Artikel SebelumnyaWarga Langsa Temukan 2 Senpi Sisa Konflik Saat Buka Kebun
Artikel SelanjutnyaPemerintah Aceh Resmikan Penggunaan Pusat Rehab ODGJ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here