Tentara, Nenek dan Bahasa

Humor Aceh

nenek tentara sirih
Ilustrasi karya AI.

Pada suatu pagi di masa DOM, sekelompok tentara yang sedang melaksanakan Operasi Jaring Merah di pedalaman Aceh Utara, singgah pada sebuah rumah panggung milik seorang nenek berusia sekitar 70 tahun.

Di beranda, sang nenek duduk di atas sehelai tikar beunot, yang sudah lusuh. Tepi-tepinya sudah tidak menyatu dalam anyaman.

Si nenek senang mengunyah sirih sembari membaca nazam Aceh.

Baca: Pak Salam

Ketika melihat sekelompok tentara masuk ke beranda rumahnya, ia mengentikan membaca nazam. Ibu jari dan telunjuknya segera menjepit tembakau puta, yang diselipkan di gusi bawah. Tembakau yang telah dipilin sebesar tahi kambing tersebut, digeser ke gusi bawah sebelah kiri.

Tentara bertanya, “Ada sirih rupanya, Nek,”

Sembari tersenyum nenek tersebut menyawab, “Hana, si Rih ka dijak u blang,”

Seorang Prajurit yang kebingungan, bergumam, ”Apa,Nek”

“Itulah, apa-apanya ka dijak u blang.”

“Aneh nenek ini,” celetuk tentara lain lagi yang tak mengerti nenek itu sedang mengatakan apa.

“Nyan keuh hai, Pak. A si Nèh katrep that ka tan. Na jikubah aneuk yatim dua boh. Jinoe aneuk nyan ngón kudrah Po, ka rayek ban dua.”

Tentara itu kebingungan. Karena tidak nyambung, mereka pun pamit.

Ketika prajurit itu pergi, si nenek bergumam.

“Keupu jih teuman si Rih lé awak nyan? Puka jipeulaku le si Rih teuma? Nyoe ka susah kuh.” Katanya sembari berdoa supaya Idris cucunya tidak mengalami musibah.

Artikel SebelumnyaBahas Blok Andaman Selatan, Muzakir Manaf Bertemu Dirut PGN
Artikel SelanjutnyaDeep Learning Memperkuat Merdeka Belajar: Apakah Pendidikan Indonesia Siap Berubah?
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here