SPBU di Aceh Minim Pasokan BBM Bersubsidi

Antrean panjang di SPBU Lamnyong, Banda Aceh pada 28 November 2022. Sampai Jumat (9/12/2022) pemandangan serupa belum berubah di banyak SPBU di Aceh. Pihak Pertamina menyebutkan tidak ada kelangkaan BBM subsidi di Aceh. Foto: Komparatif.id/Muhajir.
Antrean panjang di SPBU Lamnyong, Banda Aceh pada 28 November 2022. Sampai Jumat (9/12/2022) pemandangan serupa belum berubah di banyak SPBU di Aceh. Pihak Pertamina menyebutkan tidak ada kelangkaan BBM bersubsidi di Aceh. Foto: Komparatif.id/Muhajir.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Sejak seminggu lalu, antrian kendaraan di Stasiun Pembangkit Bahan Bakar Umum (SPBU) di Banda Aceh, dan sejumlah kabupaten/kota lainnya, menjadi pemandangan umum. Minimnya pasokan solar dan pertalite bersubsidi diduga menjadi penyebab utama.

Sejumlah keluhan disampaikan oleh pemilik kendaraan roda empat dan enam. Mereka kesulitan mendapatkan bahan bahar bersubsidi. Bahkan tak jarang setelah berjam-jam antre, justru harus pulang dengan rasa kecewa.

“Sudah seminggu lebih kondisi seperti ini. Setiap isi solar selalu harus antre berjam-jam. Kalau di Banda Aceh sudah tidak ada obat lagi. Seluruh SPBU antreannya panjang,” sebut Munawar, Rabu (7/12/2022).

Baca juga: Naikkan Harga BBM, Presiden Jokowi Dinilai Egois

Dia mengatakan, pada jam sibuk antrean mengular sampai ke badan jalan sangat mengganggu. Ditambah lagi tidak adanya yang mengatur kelancaran lalu-lintas, menambah ruwet.

“Terganggu juga pikiran Ketika pengguna jalan mengklakson tak henti karena antrean telah mengular ke badan jalan hingga dua baris,” sebut Munawar.

Indra (40) sopir bus umum berbadan sedang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) menyebutkan minyak solar seringkali kosong mulai memasuki Lhokseumawe hingga ke Banda Aceh. Pada awal Desember 2022, dia mengaku sampai terlambat membawa penumpang ke Banda Aceh, karena kesulitan mendapatkan bahan bakar di perjalanan.

“Padahal saya membawa rombongan. Seharusnya lebih cepat sampai ke Banda Aceh. Tapi karena sulitnya mendapatkan solar di perjalanan, akhirnya mereka terlambat. Untung semuanya memahami kondisi, kalau tidak pasti saya jadi sasaran repetan,” sebut Indra.

Atas sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi, sejumlah pihak mendesak Ombudsman RI Perwakilan Aceh turun tangan. Sebagai Lembaga yang mengawasi pelayanan publik, lembaga tersebut harus secepatnya menegur para pihak yang melaksanakan tugas menyuplai bahan bakar untuk masyarakat.

Ketua Ombudsman RI Perwakilan Aceh Dian Rubianty, Sabtu (10/12/2022) dalam siaran persnya menerangkan Ombudsman juga mengawasi pelayanan publik yang dimandatkan oleh negara kepada Pertamina.

Kendala utama saat ini di Aceh, kata Dian, di tengah pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, tingkat konsumsinya justru bertambah. Ia menjelaskan, pada Desember 2022 pemerintah menaikkan harga BBM, demi mengurangi tekanan terhadap APBN.

Setelah pengurangan subsidi, pemerintah melakukan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap. Salah satu bentuknya dengan mewajibkan konsumen menggunakan aplikasi MyPertamina.

“Pembeli yang mendaftar atau pendaftar akan diklasifikasikan ke dalam kriteria-kriteria kendaraan yang tidak berhak membeli pertalite dan solar bersubsidi tersebut, termasuk mobil mewah,” sebut Dian.

Hasil koordinasi Ombudsman RI Perwakilan Aceh dengan PT Pertamina (Persero) Marketing Operasion Region I Branch Aceh, pada Kamis (8/12/2022) antrean panjang di SPBU tidak ada kaitannya dengan pengurangan kuota BBM bersubsidi untuk Aceh.

Menurut Pertamina, kata Dian, saat ini justru terjadi tren peningkatan permintaan sebesar 13 persen dibandingkan tahun lalu.

Selain itu juga tidak ada kendala dalam pengiriman pada Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Sementara itu penggunaan aplikasi MyPertamina masih sangat rendah di Aceh, sehingga Pertamina belum dapat mengoptimalkan pengendalian penyaluran subsisi BBM tepat volume.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Dirreskrimum Polda Aceh pada Jumat (9/12/2022) yang ikut dihadiri oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Kepala Dinas ESDM, dan sejumlah pihak lainnya, muncul data tentang penyaluran BBM di Aceh.

Sesuai data yang disampaikan Dirreskrimum Polda Aceh, setiap SPBU regular di Aceh yang berjumlah 118, tiap-tiap SPBU mendapatkan jatah penjualan 8-16 ton solar bersubsidi, dan 8-16 ton pertalite.

Sesuai pantauan polisi sejak 6 sampai 8 Desember, antrean panjang di 30 SPBU di Aceh, atau 25,24 persen.

Hasil pantauan polisi, ditemukan beberapa penyebab munculnya antrean panjang. Pertama terlambatnya pasokan BBM dari Depot Pengisian BBM Krueng Raya. Kedua, adanya pengurangan kuota pada beberapa SPBU sejak Oktober 2022, yang semula 16 ton kini hanya 8 ton per hari.

Penyebab lainnya terjadinya antrean panjang, karena pengguna kendaraan takut tidak mendapatkan jatah BBM bersubsidi, sehingga rela mengantre selama berjam-jam begitu mengetahui truk tangka pengangkut BBM masuk ke SPBU.

“Intinya tidak ada kelangkaan BBM. Hanya saja stok harian yang tidak mencukupi, disebabkan oleh berkurangnya kuota sejumlah SPBU di Aceh,” sebut seorang perwakilan Polda Aceh.

Artikel SebelumnyaKandasnya Cita-cita Brazil Rengkuh Kembali Tropi Piala Dunia
Artikel SelanjutnyaRonaldo Menangis, Pendukung Maroko Histeris
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here