SKK Migas: 17 Proyek Hulu Migas Terlambat Beroperasi

SKK Migas: 17 Proyek Hulu Migas Terlambat Beroperasi
Ilustrasi. Foto: Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Jakarta– SKK Migas melaporkan hingga 30 Juni 2025, 17 proyek hulu migas terlambat beroperasi (onstream). Selain itu 10 rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) masih terkatung-katung alias stranded.

Hal itu disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto pada konferensi pers Kinerja Hulu Migas Tengah Tahun 2025 di Jakarta, Senin (21/7/2025).

“Stranded PoD dan onstream yang terlambat itu salah satu yang gede itu adalah WK Masela,” ujarnya dikutip dari siaran langsung.

Keterlambatan sejumlah proyek tersebut turut memengaruhi capaian lifting migas nasional yang masih berada di bawah target. SKK Migas melaporkan realisasi lifting migas pada semester I-2025 hanya mencapai 1.557,1 ribu barel setara minyak per hari (mboepd). 

Angka ini masih 3,29 persen di bawah target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 1.610 mboepd. Djoko mengatakan tren lifting harian mulai menunjukkan peningkatan sejak awal Juli, dengan kenaikan sekitar 100 barel per hari.

Baca juga: Hingga Juni 2025, Realisasi Investasi Hulu Migas Sentuh Rp116,9 T

Dari sisi minyak, realisasi lifting tercatat sebesar 578 ribu barel per hari (mbopd), atau setara dengan 95,5 persen dari target APBN sebesar 605 mbopd. Sementara itu, realisasi penyaluran gas hingga akhir Juni 2025 tercatat mencapai 5.483 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd), atau sekitar 97,4 persen dari target APBN sebesar 5.628 MMscfd.

Selain 17 proyek hulu migas terlambat beroperasi, Djoko menyebut SKK Migas sedang memproses terminasi 14 wilayah kerja (WK) eksplorasi per Juli 2025. Langkah tersebut dilakukan menyusul sejumlah wilayah yang dinilai tidak menunjukkan perkembangan signifikan, terutama di sektor migas non konvensional. 

Djoko menjelaskan penghentian sebagian besar dari 14 wilayah kerja itu merupakan blok migas non konvensional atau dikenal sebagai wilayah kerja metana batubara (Coal Bed Methane/CBM). Menurutnya, potensi wilayah tersebut masih terkendala oleh berbagai tantangan teknis.

“14 WK dalam proses terminasi kebanyakan ini WK migas non konvensional, wilayah kerja CBM (Coal Bed Methane),” lanjutnya.

Selain 14 WK yang dalam proses terminasi, SKK Migas juga tengah mengevaluasi tiga wilayah kerja eksplorasi lainnya. Evaluasi tersebut akan menentukan kelanjutan dari blok-blok migas tersebut, apakah akan dilanjutkan pengembangannya atau turut dihentikan. 

Hingga pertengahan 2025, SKK Migas mencatat sebanyak 43 wilayah kerja eksplorasi yang masih aktif. Sementara itu, 105 wilayah lainnya yang telah masuk dalam fase eksploitasi atau produksi.

Tak hanya fokus pada terminasi wilayah kerja, SKK Migas juga menyoroti rendahnya pengembangan dari sejumlah penemuan migas. Tercatat ada 279 struktur penemuan migas yang belum dikembangkan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). 

Artikel SebelumnyaHingga Juni 2025, Realisasi Investasi Hulu Migas Sentuh Rp116,9 T
Artikel SelanjutnyaUlama dan Ormas Islam Dorong MUI Pusat Terbitkan Tausyiah tentang Blang Padang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here