Siti Zulaikha, Penjaja Tirom dari Lambada

Siti Zulaikha Lambada pedagang tiram
Siti Zulaikha, ibu rumah tangga dari Lambada, Ingin Jaya, Aceh Besar. Setiap hari menjajakan tiram ke rumah-rumah warga di Banda Aceh. Foto: Tangkapan layar.

Komparatif.ID, Banda Aceh– Setiap hari Siti Zulaikha menyusuri lorong-lorong di Kota Banda Aceh. Sembari menyunggi ember hitam di kepala, dia menawarkan tiram kepada siapa saja.

Rabu (17/9/2025) pagi langkah kaki Siti Zulaikha berhenti di depan Sekretariat Aceh Bergerak, di Gampong Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh. Perempuan berkulit gelap tersebut menurunkan ember hitam anti-pecah yang disunggi di kepala.

Baca: Tiram Jumbo Acek, Kenikmatan Dalam Kelembutan

Ember itu ditaruh di atas meja kecil di halaman Aceh Bergerak. Seperti biasa, ia melempar senyum kecil kepada Davi Abdullah, sineas Aceh yang jadi langganan tetap.

Davi memilih bungkusan plastik berisi tiram (tirom,Aceh) yang ditaruh di dalam ember. Siti Zulaikha ikut memilih. Ia memberikan rekomendasi kepada Davi.

Davi membeli beberapa bungkus tiram. Kemudian membayarnya. “Bila Kak Siti ke sini, saya selalu membeli tiram-tiram yang ia jual,” kata Davi.

Siti merupakan perempuan dari Lambada, Ingin Jaya, Aceh Besar. Pekerjaannya menjadi pengecer tirom dengan cara berkeliling Kota Banda Aceh dengan berjalan kaki.

Dagangan utamanya tirom hasil kerja keras perempuan-perempuan lain di Lambada. Selain tirom, ia juga menjajakan ikan asin. Sesekali, bila sedang musim ikan bilis, ia ikut menjual pepes hasil karyanya.

Ibu tiga anak itu memilih menjadi penjaja tiram demi membantu perekonomian keluarga. Ia ingin memperkuat pertahanan dapur yang logistik utamanya dipasok oleh sang suami.

Setiap hari, Siti Zulaikha bisa mendapatkan margin Rp50 ribu sampai Rp70.000 per hari. Siti bersyukur, karena dengan pendapatan darinya, ekonomi keluarga ikut terbantu.

Ada sedikit cerita lucu tapi tragis. Tiga tahun belakangan, Siti tidak lagi mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sembako. Bukan karena kesalahan pemerintah desa. Tapi karena kesalahpahaman mahasiswa yang pernah mensurvey dirinya.

Saat disurvey oleh si mahasiswa, dia menyebut dirinya jualan tiram. Mungkin dikira oleh si surveyor, Siti pedagang besar.

Sejak saat itu sistem menolak dokumen keluarganya menjadi penerima PKH. Keuchik sudah membantu, tapi dokumennya tetap ditolak sistem.

Seorang pengusaha Aceh yang juga PNS, Murthalamuddin, mengaku kagum atas etos kerja Siti Zulaikha. Tanpa disadari oleh Siti, perempuan itu telah masuk dalam rantai pasok produk lokal untuk diserap oleh konsumen akhir.

Tiram-tiram dari Lambada yang dikumpulkan oleh ibu-ibu di sana, dijajakan oleh Siti ke konsumen akhir di Banda Aceh. Orang-orang seperti Siti telah berandil besar dalam pemberdayaan ekonomi di tingkat bawah.

Murthalamuddin mengajak memperkuat lini produksi masyarakat kelas bawah dengan cara membeli dagangan mereka. “Dengan demikian kita telah berkontribusi untuk membantu perekonomian mereka,” kata Murthalamuddin.

Artikel SebelumnyaDikalahkan Persija, Juang FC Juara 4 Piala Soeratin U-17 2025
Artikel SelanjutnyaBank Aceh Investasikan Rp8 T di Luar Daerah, Yah Fud Minta Hal Ini pada Mualem
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

1 COMMENT

  1. Jualannya ke rumah2 makan, karena kadang2 rumah makan suka kehabisan stok tiram. kadang2 tiap ditanya lagi susah. antara betul2 susah dapat stok, atau memang susah (karena mahal).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here