Komparatif.ID, Banda Aceh— Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh Marthunis, S.T., D.E.A mengklaim imbauan pembatasan jam malam untuk siswa-siswi di Aceh mendapat dukungan positif dai berbagai kalangan, mulai dari pejabat daerah hingga warganet.
“Ini (pembatasan jam malam siswa) sudah menjadi isu nasional, komentar netizennya juga positif. Jadi saya kira kalau memang kita konsen dengan anak bangsa pasti akan mendukung,” ujarnya usai meninjau persiapan Sekolah Unggul Garuda di SMAN 10 Fajar Harapan, Banda Aceh, Kamis (8/5/2025).
Menurut Marthunis, imbauan agar siswa sudah berada di rumah maksimal pukul 22.00 WIB bukan hanya langkah perlindungan, tapi juga bagian dari membentuk karakter generasi muda yang sehat dan disiplin.
Ia menambahkan ide ini tak lepas dari nilai-nilai budaya dan religius yang selama ini dijunjung di Aceh. Marthunis mengarakan mengacu pada ajaran Islam, malam dianggap waktu yang ideal untuk istirahat, sementara pagi hari digunakan untuk beraktivitas.
Tak hanya soal spiritualitas, Marthunis juga menyoroti tingginya potensi kenakalan remaja yang kerap terjadi di malam hari. Ia pun mengimbau agar para orang tua turut aktif mengawasi anak-anak mereka.
“Jam sepuluh malam, orang tua sudah harus tahu anaknya ada di rumah. Kecuali ada keperluan seperti les, itu pun biasanya selesai tidak lewat dari jam sepuluh,” lanjutnya.
Baca juga: Sekolah Unggul Garuda Transformasi Tidak Ubah Kurikulum Awal
Dalam menjalankan kebijakan ini, Marthunis menjelaskan Disdik tidak akan melibatkan aparat penegak hukum, melainkan lebih menekankan peran keluarga sebagai pengawas utama. Pihaknya menganggap pendekatan persuasif dan partisipatif dari orang tua jauh lebih efektif dibanding pendekatan koersif.
Selain itu, Marthunis mengaku akan memperkuat pengawasan terhadap tenaga pendidik, meski dengan pendekatan yang lebih longgar dibandingkan siswa.
“Guru itu sudah dewasa, tentu pendekatannya berbeda. Tapi kita akan pastikan tak ada guru yang bolos atau jadi contoh buruk,” ujarnya merespons laporan adanya guru yang terjaring razia di warkop saat jam sekolah beberapa waktu lalu.
Ia juga menanggapi skeptisisme sejumlah pihak yang meragukan efektivitas aturan ini. Menurutnya, sinyal dukungan yang terus mengalir dari kepala-kepala daerah membuktikan bahwa kebijakan ini bukan sekadar wacana.
“Bupati Aceh Barat, Aceh Jaya, hingga Simeulue semuanya menyatakan dukungan. Ini bisa jadi awal dari gelombang dukungan lebih luas,” pungkasnya.