Selip Biaya Mu’uk, Juragan Truk Pecat Sopir dan Kernet

Selip Biaya Mu'uk, Juragan Truk Pecat Sopir dan Kernet Ilustrasi: Komparatif.ID.
Ilustrasi: Komparatif.ID.

Komparatif.ID,Banda Aceh—Hanafiah (60) –sebut saja demikian—seorang juragan truk di salah satu kabupaten/kota di Aceh. Usaha transportasi barang ia lakoni berbekal pengalaman. Ia merupakan salah satu juragan truk yang buta huruf.

Meski buta huruf, juragan truk tersebut tidak buta angka. Ia sangat hafal warna, jumlah dan aroma uang kertas. Dia juga lihai membaca angka di faktur yang dibawa pulang oleh sopir truknya.

Baca: Kentut di Dalam Disneyland, Seorang Pria AS Dipenjara

Ternyata, di antara beberapa sopir dan kernet yang bekerja pada armada milik Hanafiah, ada dua jang jahil bin bakhil. Mereka adalah –nama samaran—Lhok Gong dan Ale Puntong. Lhok Gong merupakan sopir senior yang sedari kecil hidup dari gudang ke gudang. Demikian juga Ale Puntong, sedari kecil hidup di terminal dan gudang.

Dua “sejoli” ini pada dasarnya punya dedikasi bagus dalam bekerja. Tugas mereka tunaikan dengan baik. Reputasi mereka soal itu tak diragukan. Tapi, kalau perkara perempuan, mereka juga jagonya.

Setiap kali mengantar barang ke Sumatra Utara, mereka selalu singgah di Bukit Arjuna, sebuah tempat mesum paling legendaris di kalangan awak truk.

Para pelacur di Bukit Arjuna merupakan eks pekerja seks komersial di Kota Medan. Mereka yang tidak lagi laku di kota, menepi ke lokalikasi tradisional Bukit Arjuna.

Di sanalah, tiap-tiap selesai menunaikan tugas, Lhok Gong dan Ale Puntong singgah. Menghabiskan waktu hingga tiga jam.

Setiap selesai “berlayar” bersama kupu-kupu malam, mereka mencatatkan pengeluaran itu ke dalam faktur tagihan ke Hanafiah. Angkanya tidak besar, hanya kisaran Rp200 ribu. Nama item yang ditulis di faktur tersebut mu’uk.

Berkali-kali mereka berdua berhasil mengecoh juragan truk yang sangat menyayangi mereka. Uang mu’uk dibayarkan tanpa curiga.

Pada suatu hari, Hanafiah yang sedang menghitung biaya keluar, iseng-iseng meminta bantu temannya membacakan item-item yang ditulis di dalam faktur.

Temannya Hanafiah membaca satu persatu. Makan siang, makan malam, makan pagi, minum kopi, beli rokok, isi angin ban, biaya untuk polisi dan pak ogah, dan biaya mu’uk.

Si teman terbelalak. Dia baru mendengar ada biaya mu’uk. Demikian juga Hanafiah.

Mereka berdua mencari-cari apa yang dimaksud mu’uk. Setelah sejenak berpikir, mereka pun terperangah.

Hanafiah lekas membuka file lama. Dia mencari faktur yang dibawa pulang Lhok Gong dan Ale Puntong. Ternyata pada semua faktur operasional tertulis kata mu’uk.

Juragan truk tersebut naik pitam. Dia marah besar. Betapa tidak beradapnya kedua pekerja itu, tega-teganya memasukkan biaya bersetubuh dengan pelacur ke dalam tagihan untuk perusahaan.

Alhasil keduanya diberhentikan, dan kedua pria bandel itu hanya cekikikan. Di luar kantor, tawa mereka meledak. Dasar cepelai! Hardik juragan truk tersebut.
Redaksi

Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

Artikel SebelumnyaSineas Aceh Nilai Fadli Zon Tak Paham Trend Budaya Digital
Artikel SelanjutnyaArnia Fatmawati, Anak Petani Miskin Abdya Kuliah di Teknik Nuklir UGM
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

1 COMMENT

  1. Yang perlu disadari dari tulisan ini adalah, berzina di kalangan supir merupakan sesuatu normal atau sudah menjadi suatu normalisasi di masyarakat, bahwa supir klo nggak nyabu ya zina, mungkin dan bisa saja.

    di lain hal, ketidakadanya standarisasi penulisan bahasa aceh, yang membuat bahasa aceh punah. jangankan kalangan bawah yang berpendidikan rendah, yang kalangan elit penulisan bahasa acehnya juga nggak ada standar. bahkan ahli bahasa yang memang riset di bahasa aceh juga penulisan bahasa acehnya berantakan. liat aja wikipedia bahasa aceh, tulisan bahasa acehnya suka-suka mereka aja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here