Banyak dari remaja Aceh yang khawatir tentang masa depan yang akan dihadapi lima tahun ke depan. Bahkan mereka sudah berada pada tahap ketakutan menghadapinya dengan berbagai alasan. Hal ini tentunya diperkuat dengan kasus yang ditemukan penulis di meja konseling.
Mereka setiap hari merasa dipaksa oleh keadaan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak disukai, terkadang mencari arti sebuah hubungan pada keluarga dengan orang tua yang tidak lagi bersama. Permasalahan ekonomi, diperlakukan tidak adil oleh teman sebaya, dan harus menerima tekanan dari lingkungan yang tidak bersahabat.
Bahkan banyak dari remaja yang mengatakan ingin mengakhiri hidup dari pada nantinya memiliki masa depan yang gagal. Bahkan ada remaja yang sudah melakukannya dengan melukai diri sendiri menggunakan benda tajam, minum obat dalam dosis yang banyak dan lain sebagainya.
Ketakutan akan masa depan ini kerap terjadi pada remaja yang disebut dengan quarter life crisis atau krisis pada usia seperempat abad.
Baca: Wanita Masa Kini Tolak Menikah Dengan Pengangguran
Quarter life crisis adalah suatu priode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami oleh remaja pada usia pertengahan, hal ini juga dipengaruhi oleh ketidakstabilan yang memuncak (mental dan emosional), perubahan yang drastis, banyak pilihan- pilhan yang disertai rasa panic dan tidak berdaya.
Ciri Quarter Life Krisis Pada Remaja
Remaja yang mengalami ketakutan terhadap masa depan akan memiliki pikiran negatif kepada dirinya sendiri, seperti cemas terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi, frustasi pada cita-cita yang tidak mampu diwujudkannya, dan depresi yang pada akhirnya berpegaruh pada kehidupan.
Keadaan ini tentunya akan membawa remaja pada keadaan kelelahan baik secara fisik (mengeluh lemas, banyak tidur) dan mental (tidak ada motivasi). Setiap hari mereka merasa terjebak dalam keadaan yang salah, berusaha keluar dari keadaan tidak nyaman, namun lagi-lagi mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Kondisi ini juga bisa membawa remaja pada keterpurukan akademis karena ketidakmampuan mereka berkonsentrasi, mudah hilang fokus. Lambat laun ini akan berpengaruh pada kesempatan yang datang yang perlahan hilang karena remaja cendrung tidak memiliki komitmen.
Dalam hai ini remaja yang hilang jati diri akan berpengaruh pada hubungan interpersonal baik dengan keluarga maupun dengan orang lain. Ketidakmampuan mengontrol diri ini menjadi pemantik amarah yang kapan saja bisa terjadi pada siapapun yang menjadi lawan bicara mereka.
Remaja yang mengalami kegalauan terhadap masa depan tentunya akan terbawa dalam keseharian dan berbahaya jika mereka melakukan self talk tentang segala sesuatu yang negative dan kemudian diyakini oleh dirinya sendiri, ini akan memperparah kondisi mentalnya.
Remaja yang terus menerus menempatkan dirinya sebagai korban dari keadaan dan memberi lebel negatif terhadap apapun yang ada pada dirinya akan mudah memicu stress yang kemudian berdampak pada prilaku, ekspresi dan emosionalnya.
Keadaan ini akan berujung pada ketidakberdayaan dalam bentuk insecure,keadaan dimana remaja tidak lagi percaya diri. Pada keadaan ini remaja cenderung menempatkan dirinya yang selalu berbanding dengan pencapaian orang lain yang terlihat mudah dan membahagiakan.
Penyebab Quarter Life Crisis
Bingung terhadap identitas diri (identity confusion), remaja seolah tidak mengenal siapa mereka dan apa tujuan hidupnya. Alasan mereka dilahirkan pun kerap ditanyakan ketika mereka tidak menemukan jalan untuk melanjutkan hidup. Pikiran dan perasaan yang terus berada dalam kecemasan dan insecurity terhadap masa depan yang mereka tidak akan mampu dijalani, memikirkan tentang rumah tangga, pekerjaan, kemampuan finansial dan lain sebagainya.
Remaja dengan masa kecil yang penuh dengan kekecewaan terhadap harapan yang diberikan oleh orang tua namun pada akhirnya tidak tercapai. Orang tua yang memberikan estimasi sukses yang terlalu tinggi juga menjadi stressor bagi remaja dalam proses pembuktian yang sesuai harapan.
Meskipun terasa sangat berat, quarter life crisis ini merupakan saat yang tepat untuk menilai dan menjadikan tolak ukur evaluasi dalam kehidupan yang akan dijalani oleh remaja. Islam mengajari bahwa untuk tidak cepat berputus asa terhadap apa yang sedang terjadi di kehidupan karena sejatinya ujian ada untuk menguji ketahanan iman setiap insan.
Hal Positif yang Bisa Dilakukan
Kenali diri sendiri. Mengenali diri sendiri secara utuh adalah sebuah proses penerimaan diri terhadap apa yang kita miliki termasuk apa yang tidak kita suakai pada diri sendiri, seperti: tubuh yang kecil, hidung yang tidak mancung, kulit yang tidak putih. Tentu ini memerlukan usaha yang keras untuk dapat mengubah mindset negative menjadi bentuk self loving.
Fase krisis ini bukanlah akhir dari semuanya. Ini adalah keadaan normal dan dialami oleh semua remaja yang ada di muka bumi yang takut akan masa depan yang gagal. Namun yang membedakannya adalah bagaimana mereka mampu keluar dari masalah ini dan menjalani kehidupan dengan baik. Tentunya remaja memerlukan support system akan membantu mereka keluar dari kriris ini, orang tua, teman dan tenaga professional mungkin menjadi solusi.
Tidak kalah pentingnya adalah setelah menerima diri seutuhnya kemudian berusalah untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain yang proses hidupnya sudah pasti tidak sama dengan. Yakinlah semua manusia dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda dan mampu latih tentunya, jadikan bakat dan minat yang ada pada diri sebagai potensi, sekecil apapun itu hargailah.
Tentunya hidup ini memiliki tujuan yang kita buat dalam goals yang ingin kita wajudkan, capaian ini memerlukan tolak ukur pencapaian. Maka menulis sekecil apa pun pencapaian yang telah dicapai dalam jangka waktu pendek dan jangka panjang adalah self reward atas usaha keras yang sudah dilakukan.
Setiap kesuksesan memerlukan rencana yang matang dan proses yang panjang percayalah pada setiap proses yang sedang di lakukan disertai usaha dan doa tentunya. Sabar dalam pencapaian dengan hasil yang diinginkan. Terkadang kita merasa waktu yang kita habiskan lebih panjang dan coabaanny alebih banyak dari pada orang lain.Tanpa sadar kita sedang melukis pelangi diatas kepala orang lain tanpa sadar bahwa pelangi kita lebih indah warnanya.
Semoga dengan tulisan ini semakin banyak orangtua yang bisa menyelematkan remaja dari ketakutan mereka terhadap masa depan. Jangan menunggu datangnya masalah baru dihadapi, akan tetapi mencegah jauh lebih bijaksana. Jadilah orang tua yang kelak akan dirindukan dan terus dibicarakan dalam kebaikan oleh mereka ketika kita sudah tidak bisa menyapa, memeluk dengan tatapan hangat.