Komparatif.ID, Jakarta— Perantau yang belum berubah menjadi lebih baik, berarti ia belumlah dapat disebut orang yang berhijrah. Demikian salah satu pesan yang disampaikan Teungku Muhammad Yusuf, Minggu (3/12/2023) di Jakarta, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang digelar Bamus Pidie Jaya.
Agamawan yang sering disapa abiya Jeunib tersebut menyebutkan orang yang merantau bermakna memiliki tekad untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik ketimbang di kampung halaman. Akan tetapi bila selama di tanah rantau, tidak mengubah keadaan diri, sehingga tidak berhasil mencapai tujuan, maka ia belum dapat disebut telah berhijrah.
Salah satu hal yang harus dibuang jauh-jauh supaya perantau mendapatkan kesuksesan yaitu rasa malas. Baik malas bekerja maupun malas beribadah. Sifat malas merupakan penghambat utama seseorang gagal mengembangkan diri menjadi lebih baik.
Pria bertubuh semampai itu mengajukan satu alasan utama mengapa seseorang rela meninggalkan kampung halaman, dan mencari peruntungan di negeri orang. Alasannya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
Baca juga: Peringati Maulid Nabi, MS Jantho Santuni 100 Anak Yatim
“Kenapa kita memilih merantau? Karena ingin mengembangkan diri. Salah satunya melawan rasa malas. Dengan harapan di tanah rantau kita memiliki etos kerja dan etos ibadah yang lebih baik,” kata Teungku Muhammad Yusuf, yang merupakan pemimpin Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah.
Cendekia alumnus Mudi Mesra Samalanga tersebut yang sehari-hari membina dayah berbasis yatim dan piatu, menekankan rasa malas merupakan musuh paling serius bagi jiwa-jiwa yang ingin mencapai kesuksesan. Oleh karena itu dia menekankan bagi siapa saja yang telah merantau tapi gagal berkembang, maka sejatinya ia belumlah berhijrah. Karena salah satu misi hijrah mencapai perubahan kearah lebih baik.
Pada kesempatan itu, Abiya Jeunib mengajak semua orang yang ada di majelis dakwah maulid untuk meningkatkan rasa kepedulian kepada anak yatim dan piatu. Karena kepedulian tersebut merupakan ajang beramal, sekaligus upaya melatih kepedulian.
“Islam agama yang sempurna. Lurus dan peduli. Islam mengajari kita hukum yang tegas dan lengkap baik dalam urusan ibadah maupun dalam urusan muamalah. Tidak ada kesusahan bagi umat Islam ketika hidup di dunia, kalau kita saling mengasihi dan peduli sesama. Salah satu ajaran Agama kita, adalah kewajiban mengasihi anak yatim, bahkan ada sanksi yang berat untuk yang menyia-nyiakannya,” katanya.
Ketua Umum Badan Musyawarah Pidie Jaya Said Malawi mengatakan, perayaan maulid adalah kalender rutin setiap tahunnya, yang dilaksakan masyarakat Pidie Jaya yang berada di perantauan; Jabodetabek.
“Ini ajang kami warga Pidie Jaya di Jabodetabek untuk silaturahmi sekaligus mensyukuri atas rahmat Ilahi, dengan merayakan maulid. Terkadang, dengan kesibukan masing-masing diantara kita tidak saling bertemu,” ujarnya.
Acara maulid kali ini dihadiri oleh banyak tokoh asal Pidie Jaya yang saat ini ada di Jakarta. Selain itu hadir pula Anggota DPR-RI Rafly Kande, Direktur Utama PT Padoma Global Neo Energi (PGNE) Papua Barat T. Heriwansyah, Ketua Umum Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (TIM) Muslim Armas, Pengacara J Kamal Farza, dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya, juga Asisten I Sekdakab Pidie Jaya Said Abdulllah.