Pembuktian Rahmi Putri Ramadani dari Simeulue

Rahmi Putri Ramadani
Rahmi Putri Ramadani, saat berpidato pada yudisium sarjana di Aula Gedung Pascasarjana, UIN Ar-Raniry, Senin (8/1/2024). Foto: Komparatif.ID/Syah Reza Ayub.

Komparatif.ID, Banda Aceh– Rahmi Putri Ramadani (22) tidak serta merta menjadi sarjana di UIN Ar-Raniry. Dara dari Pulau Simeulue tersebut harus melewati berbagai onak demi mewujudkan cita-cita menjadi sarjana.

“Nakhoda yang hebat tidak terlahir dari air laut yang tenang,” ucap Rahmi Putri Ramadani, raut wajah penuh semangat saat memberi sambutan di hadapan peserta yudisium Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry pada Senin, 8 Januari 2024. Ia dipilih oleh Fakultas Adab dan Humaniora menyampaikan pesan-kesan, mewakili 116 rekan-rekannya yang akan diwisuda di pengujung Januari.

Kata bijak yang keluar dari Rahmi Putri Ramadani, mahasiswi Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) itu tentu tidak sembarangan pilih. Untuk sampai ke Darussalam, Banda Aceh, Rahmi Putri Ramadani harus menyeberang laut dengan kapal roro. Lalu melanjutkan perjalanan darat dengan total jarak tempuh sekitar 13 jam.

Baca: Ahmad Ghufran, Lulusan Terbaik Magister Manajemen USK yang Dikagumi Profesor

Jelas cukup jauh bagi seorang perempuan untuk tujuan menuntut ilmu. Dengan jarak demikian, akan menjadi tantangan tersendiri. Apalagi di hadapan akan melewati kenyataan hidup dengan berbagai lika-liku yang harus dilalui, jelas lintasan pesimis akan terus mengganggu langkah.

Langkah optimis Rahmi Putri Ramadani semakin kuat menapak bumi, karena ada lautan doa dan segudang asa dari keluarga yang jauh di seberang pulau, supaya Rahmi Putri Ramadani mampu menyelesaikan studi tepat waktu.

Semua yang pernah kuliah pasti tahu seperti apa beratnya menanggung beban impian keluarga. Beban psikologis demikian cukup menguji optimisme apalagi di semester akhir kuliah. Sehingga tak jarang akan muncul pertanyaan di benak, Apakah mampu melewati pendidikan di kampus ini? Rasanya seperti memikul tanggungjawab besar.

Benar saja, kondisi demikian diungkapkan oleh mahasiswi asal Simeulue itu di atas podium, “Dulunya orang-orang mengatakan anak pulau seperti saya tidak pantas untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kemudian saya berusaha membuktikan kepada mereka, anak pulau seperti saya mampu mencapai apa yang saya impikan,” tegasnya.

Sejak awal sambutan, rasa percaya diri tampak dari suaranya yang lugas dengan tempo naik turun layaknya seorang orator. Suara optimis dara kelahiran Suka Karya, Simeulue Timur tersebut, ternyata menghujam relung jiwa pendengar, bak petir yang membangunkan imajinasi seorang punjangga yang terjeda saat menulis syair. Sepintas narasinya sederhana, namun beberapa kata bijak yang terselip dalam catatannya itu membuat peserta ada yang harus mengusap-usap air mata. Mungkin merasakan nasib yang sama dalam perjuangan meraih sarjana di perantauan.

Pidato Rahmi Putri Ramadani Memantik Dekan

Rahmi Putri Ramadani tidak hanya membuat suasana ruang aula lantai 2 Pascasarjana UIN Ar-Raniry itu haru, tetapi memantik Dekan Fakultas yang menjadi pemimpin dalam prosesi ‘sakral’ itu untuk membahas hal yang sama. Dalam sambutannya, Dr. Syarifuddin, M.Ag., P.hD memompa semangat lebih dahsyat lagi.

Rahmi Putri Ramadani
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Dr. Syarifuddin,M.Ag., P.hD. Foto: Komparatif.ID/Syah Reza Ayub.

“Perubahan itu sebuah keniscayaan, sebagaimana bumi yang terus berputar itu melakukan pergerakan. Apabila manusia melakukan pergerakan, perjalanan dan beradaptasi dengan lingkungan, maka ia akan mencapai kesuksesan.”

Ia mempertegas ucapannya itu dengan mengutip kata Imam Asy-Syafii dengan logat Arab khas santri, yang maknanya, “Aku melihat bahwa air tergenang itu rusak, maka apabila air itu mengalir, ia suci dan mensucikan.”

Baca: Munzirwan, Alumnus Umuslim yang Lulus Pascasarjana USK Dalam Tempo 1,7 Tahun

Dekan yang akrab disapa Cek Din, menjelaskan maksud kata tersebut bahwa jangan berfikir stagnan dan merasa nyaman dengan keadaan, apalagi bergantung pada kekayaan orangtua. Jika menetap di kampung halaman, seseorang akan stagnan. Karena biji emas ketika masih berada dalam tanah ia tidak akan bernilai. Tetapi setelah emas diangkat, diproses dan diolah sedemikian rupa, maka ia akan berharga dan menjadi mahal.

Nasihat calon guru besar tersebut terasa seperti sebuah pompa ban yang diisi dengan angin hingga membuat semangat semakin meluap.

Ketua Alumni FAH UIN Ar-Raniry Jovial Pally Taran, di acara yang sama dalam orasi ilmiahnya mengutip pernyataan populer Rocky Gerung, “ijazah itu tanda Anda pernah sekolah, bukan tanda anda pernah berpikir.” Kata-kata itu pernah diunggah oleh Rocky di akun Twitter-nya 11 Januari 2018 silam, dan menjadi kutipan populer kritis menyorot wajah pendidikan terutama perguruan tinggi.

Ijazah atau titel akademis yang tertulis di selembar kertas sejenis concord itu tampaknya bukanlah apa-apa. Orang percetakan akan mudah membuatnya tanpa perlu kuliah. Tetapi, lembaran itu bagi yang benar-benar menikmati proses pendidikan dengan serius, sesungguhnya memiliki nilai dan sejarah yang mendalam.

Nilai pada hakikatnya tidak terletak pada kertas dan tinta yang tertulis di atasnya, tetapi pada episode yang dilewatkan bertahun-tahun yang kemudian memperoleh gelar sarjana yang diinginkan. Nilai itu pada perjuangan menyelesaikan pendidikan.

Narasi gerung bukan kebenaran hakiki. Masih terbentang ruang kritik yang teramat besar. Redaksi pernyataan Rocky Gerung masih terasa tidak merepresentasikan ruh filsafat yang selalu berada dalam rule kebijaksanaan. Dalam redaksi yang sedikit berbeda, lebih tepat, “ijazah itu tanda Anda pernah sekolah, dan tanda Anda pernah berpikir.”

Rahmi Putri Ramadani merupakan contoh terbaru. Bahwa ia telah sukses berpikir setelah ia menimba ilmu sebanyak mungkin di sekolah. Tempat ia menimba ilmu selalu memberikannya ijazah; sebagai tanda bila ia pernah sekolah sekaligus ikut ditempat sebagai manusia yang berpikir.

Artikel SebelumnyaPolisi Gagalkan Rencana Tawuran 5 Remaja Bersenjata di Langsa
Artikel SelanjutnyaMengenal Kaha, Transportasi Kota Banda Aceh Tempo Dulu
Syah Reza Ayub
Jurnalis Foto Komparatif.

1 COMMENT

  1. Luar Biasa Semoga Beritanya Menjadi Inspirasi Bagi Anak-anak Mahasiswa umumnya Khususnya dari Pulau Simeulue 👍👍Terima kasih Bg Reza🤝👍

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here